Tak terasa klinik sebentar lagi memasuki
dua tahun berjalan secara operasional, dan seperti komitmen pada para keluarga
besar klinik, setiap tahun diadakan 1x Jalan2 ala “Rawat Jalan” alias seharian jalan-jalan
namun pulang pergi, dan 1x jalan2 ala “Rawat Inap” alias jalan-jalan dengan
menginap. Jika tahun pertama ke Pangandaran dan Kampung Gajah, maka tahun kedua
kali ini untuk “Rawat Inap” kami memilih ke Yogya. Sayangnya tidak semua keluarga
besar klinik dapat bergabung, sehingga total peserta adalah 20 dewasa dan 1 anak
(yakni keponakan yang turut ikut). Berikut link blog saat kami ke Pangandaran
Setelah memilih tanggal dimana kebetulan
hari Jumat merupakan hari libur Hari
Raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 25/3/2016, dan karena kuatir dengan pengalaman
buruk kami saat terjebak berjam-jam di Nagrek saat ke Yogya beberapa tahun lalu,
maka kami memilih menggunakan KA Lodaya dibanding naik bis. Sesampai di Yogya
subuh dini hari, langsung dijemput bis lokal yang kami sewa menuju tempat
sarapan.
Untuk memudahkan mobilitas rombongan,
jauh-jauh hari kami sudah memesan bis dari Menara Trans, dengan PIC Pak Sigit,
dan drivernya yang bernama Pak Aan. Bis ini kami sewa dengan biaya 2,6 juta
sudah termasuk supir dan bahan bakar selama dua hari (tidak termasuk tip supir).
Kami lalu melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan Stasiun Tugu. Senang
sekali mendapatkan supir seperti Pak Aan, orangnya sabar dan ramah.
Awalnya beruntung sekali rasanya mendapat
bis dengan mesin Elf Isuzu dan karoseri Adiputro, yang masih sangat baru, namun
nantinya dalam perjalanan AC nya sempat bermasalah dan mengakibatkan anggota
rombongan bagaikan direbus dalam gerbong kereta pengungsi Jepang saat zaman
penjajahan dulu. Kami lalu menuju Cafe Semesta untuk sarapan, makanannya
lumayan, lagian memang tidak mudah mencari sarapan sepagi itu.
Perjalananpun lanjut menuju Gua Pindul di
daerah Gunung Kidul dengan melintasi kota Yogya, selama sekitar 1,5 jam menempuh jarak sekitar
55 km. Ada beberapa spot menarik sebenarnya namun karena harus sampai secepatnya
kami tidak sempat berfoto. Nama Goa Pindul sendiri berasal dari kisah
perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang dutus oleh Panembahan
Senopati di Mataram untuk membunuh bayi laki-laki buah cinta putri Panembahan Senopati
yaitu Mangir Wonoboyo dari Mangiran (Bantul). Dalam perjalanannya, kedua abdi
itu sepakat untuk tidak membunuh sang bayi, keduanya lalu pergi lalu pergi
kearah timur (arah Gunung Kidul) hingga tiba disuatu dusun didaerah Karang Mojo.
Disana keduanya menggelar tikar dan alas tempat tidur bekas persalinan sang
bayi kemudian menguburnya.
Dusun tersebut dinamakan Dusun Gelaran.
Sementara itu karena sang bayi terus saja menangis, maka kedua utusan itu pun
memutuskan untuk memandikan Sang Bayi. Ki Juru Mertani naik kesalah satu bukit
dan menginjak tanah di puncak bukit, dan dengan kesaktiannya tanah yang diinjakpun runtuh dan mengangalah sebuah gua besar
dengan aliran air dibawahnya. Sang bayi kemudian dibawa turun dan dimandikan di
dalam goa di lubang tadi. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur (Jawa :
kebendhul) batu yang ada didalam. Karena peristiwa tersebut akhirnya goa itu
dinamakan Goa Pindul.
Lanjut ke Part #2 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-klinik-nadhifa-al-ghiffari_66.html
Lanjut ke Part #2 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-klinik-nadhifa-al-ghiffari_66.html
No comments:
Post a Comment