Pagi-pagi setelah sarapan di Burger King
(dan cek sertifikasi halal sebelumnya) kami berkemas ke USS, kali ini semua
anggota rombongan lengkap. Sampai di Vivo City melihat antrian panjang untuk
membeli tiket, baru terasa betapa strategi kami membeli duluan saat masih di
Jakarta tepat sekali. Tanpa membuang-buang waktu kami langsung menuju shuttle
ke Sentosa Island dan berhenti di stasion pertama alias Water Front.
Karena sudah pernah kesini, sebenarnya USS
buat kami tidak terlalu menarik, namun Si Bungsu masih ingin sekali lagi, dan
memang saat kesini beberapa tahun lalu ada wahana yang tidak sempat kami coba
yakni The Mummy dan Water World. Saat itu waktu kami habis untuk antri di
Transformer, dan begitu keluar energi dan waktu sudah mendekati ambang batas.
Nah karena itu kami cuma berkeliing keliling dan mencoba beberapa wahana yang
belum pernah kami datangi sebelumnya seperti
- Pussy in the Boots
- The Mummy
- Sesame Street.
- Donkey Comedy
- Light, Camera and Action (meski sudah pernah kesini sebelumnya tapi tetap takjub melihat special effectnya)
- Waterworld
Sambil menunggu jam tayang Waterworld kami
makan di Mels Drive Inn, dan lewat jalan belakang kami kembali ke pusat wahana,
ternyata kami melewati lokasi yang eksotis ala suasana pinggiran pelabuhan di
Eropa. Kejutan bagi kami, ada tempat
yang disetting demikian menarik tetapi tidak berada di lokasi utama.
Kejadian lucu di Donkey Comedy, saat di absen oleh mbak-mbak MC, meski ada
berbagai penonton yang berasal dari berbagai negara, ternyata tidak satupun
yang berasal dari Singapore. Sepertinya USS sudah sangat membosankan bagi
penduduk Singapore meski masih menjadi daya tarik bagi penonton dari negara
tetangga di sekitar Singapore.
The Mummy termyata roller coaster dengan
diiringi special effect yang sesuai dengan filmnya, cukup ekstrim
gerakan-gerakan roller coasternya termasuk gerakan mendadak mundur dengan
kecepatan tinggi. Si Bungsu yang sudah mengecek sebelumnya di Youtube memilih
menunggu di luar, apalagi Pussy in The Boots sebelumnya sudah membuatnya cukup
ketakutan. Sebelum masuk, kami harus menitipkan semua barang di loker berbayar,
setelah keluar dari wahana baru saya mengerti kenapa semua barang-barang harus
dititipkan di loker, soalnya kacamata saja nyaris lepas akibat gerakan roller coasternya.
Waterworld hanya ada dua pertunjukan
perhari, sekitar jam 13:00 dan sekitar jam 16:00, penonton luar biasa banyak, namun
ternyata kapasitas kursi di dalam juga tidak kalah banyak, sehingga ribuan penonton dapat masuk sekaligus
dan ternyata masih cukup banyak kursi kosong alias sekitar 20% bangku. Pertunjukkannya
merupakan live show dengan dibintangi aktor tampan dan aktris cantik yang langsung beraksi menggunakan
berbagai perahu, dan Jet Ski yang dipacu dengan cepat dan kadang disengaja
menyemprotkan air ke arah penonton. Suasananya mengingatkan saya akan
pertunjukan cowboy di Taman Safari. Sebelum acara dimulai petugas yang bergaya
jagoan dengan seenaknya menyemprot para penonton dengan senapan air. Jika tidak
ingin basah sebaiknya anda menghindari duduk di bagian depan.
Sekitar enam dari anggota rombongan, memilih menggunakan express ticket , namun harus membayar kembali seharga tiket alias sekitar 500.000 IDR. Dengan tiket khusus ini mereka bisa antri di tempat tertentu yang memungkinkan untuk menjelajahi semua wahana secara cepat.
Saat keluar dari USS sambil menunggu rekan
yang lain bergabung, tanpa disangka-sangka kami bertemu Pak Razak, tour leader
sekaligus merangkap sebagai petugas intelijen Singapore, yang tempo hari
menemani kami jalan-jalan di Singapore. Si Bungsu yang terkesan dengan Pak
Razak langsung minta saya mendampinginya untuk bersalaman, dengan ramah Pak
Razak yang memang masih keturunan Indonesia, langsung menyambut kami.
Istri sebenarnya sempat
ingin ke Imbiah Station dan Beach Station sambil menunggu anggota rombongan
yang lain, namun karena hari kedua masih merupakan acara kelompok, saya memilih
menunggu yang lain berkumpul lalu makan malam di Bugis Junction. Sayang sekali
tidak ada tempat yang benar-benar nyaman di Bugis Junction, kalau saja kami ke Kampong Glam atau Clarke Quay mungkin kami
bisa menikmati makan malam bersama-sama yang lebih seru. Setelah makan kami ke Smiggle menemani Si
Bungsu, paha yang sudah lecet dan betis yang sudah “berkonde” memaksa saya
menunggu di salah satu stand Standard Chartered yang sudah ditinggalkan
penjaganya.
Lanjut ke Part #4 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-lagi-ke-singapore-part4-of.html
Lanjut ke Part #4 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-lagi-ke-singapore-part4-of.html
No comments:
Post a Comment