Tiket yang kami miliki terdiri satu tiket
besar yang menghubungkan dua helai tiket kecil, masing-masing disisi kiri dan
kanan. Sisi yang satu mewakili Flower Dome sedangkan sisi lainnya Cloud Forest.
Barangkali tidak banyak yang tahu, destinasi nomor 1 di Singapore ini mampu
meraih 20 Juta pengunjung hanya dalam 3 tahun sejak pendiriannya.
Gambar diatas, merupakan salah satu penampakan Gardens by The Bay di Internet yang membuat kami penasaran untuk melihatnya secara langsung. Dari pintu depan, untuk menghemat stamina, kami menaiki bis terbuka dan mengingatkan saya akan Dusun Bambu yakni lokasi wisata di Lembang.
Gambar diatas, merupakan salah satu penampakan Gardens by The Bay di Internet yang membuat kami penasaran untuk melihatnya secara langsung. Dari pintu depan, untuk menghemat stamina, kami menaiki bis terbuka dan mengingatkan saya akan Dusun Bambu yakni lokasi wisata di Lembang.
Lokasi Gardens by The Bay ini sangat dekat
dengan Marina Bay, jadi saat di pintu masuk kita sudah bisa ambil beberapa foto
di taman bagian depan dengan latar belakang Marina Bay. Sebenarnya sayang juga
melewatkan pemandangan dari pintu masuk menuju ke Flower Dome dengan
menggunakan bis terbuka, namun kami juga sadar harus menghemat stamina.
Begitu kita masuk, langsung disambut
dengan air terjun dan udara seperti di pegunungan. Sedih juga melihat betapa
air terjun palsu ini menjadi lokasi dengan kunjungan wisatawan yang begitu
tinggi, padahal air terjun aslinya dengan mudah kita temukan di banyak tempat
di Indonesia. Bagi saya air terjun di Cloud Forest, terlihat tidak alami diantara pelataran logam, kabel baja
dan kaca.
Lalu kami mulai merambat menaiki jembatan
logam mengelilingi air terjun sampai ke tempat tertinggi. Rumah kaca Cloud Forest
yang lebih tinggi dari Flower Dome sekitar 4 meter. Nampak sebuah kolam yang
airnya begitu tenang, sehingga saya sempat mengira terbuat dari kaca. Tenangnya
air ini menandakan struktur bangunan Cloud Forest yang kokoh. Menjelang pintu keluar nampak kumpulan stalaktit dan stalakmit, yang rasanya terlihat aneh, karena lebih mirip ruang pamer dibanding gua dimana kita biasanya menemukan obyek ini.
Secara umum lokasi ini mengingatkan saya
akan film Avatar, khususnya pohon-pohon raksasa artifisial alias Supertree Grove,
dan konon kabarnya, film The Guardian of Galaxy menjadikan Gardens by The Bay
menjadi inspirasi bagi Planet Xandar. Tadinya saya kira desain Garden by The
Bay ada hubungannya dengan Ridwan Kamil, ternyata didesain oleh Grant
Associates untuk Bay South and Gustafson Porter untuk Bay East, yang keduanya
berasal dari UK. Ridwan Kamil sendiri lebih berperan untuk masterplan di Marina Bay Waterfront.
Di masa lalu Singapore River merupakan pusat perdagangan khususnya sejak Singapore mengalami cikal bakal modernisasi tahun 1819. Selama masa kolonial, perdagangan dengan kapal yang melintasi sungai ini, menggunakan Clarke Quay sebagai gudang. Tahun 1977 sampai dengan 1987, Pemerintah Singapore membersihkan Singapore River dan resmi dibuka tahun 1993. 10 tahun setelahnya difasilitasi tempat bagi para penyewa yang membuka berbagai restoran yang dihubungkan dengan pedestrian yang nyaman bagi para turis.Ada festival rutin dan live music yang semakin membuat tempat ini menarik khususnya di malam hari.
Lanjut ke Part #3 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-lagi-ke-singapore-part3-of.html
2 comments:
haha bagi saya kalimat ini keren om "Bagi saya air terjun di Cloud Forest, terlihat tidak alami diantara pelataran logam, kabel baja dan kaca. "
Betul sekali, perlu belajar banyak dari Singapore bagaimana mengemas paket wisata, lahhh air terjun palsu, lalu gua palsu dengan stalaktit dan stalakmit tempelan saja bisa mereka jual.
Post a Comment