Hemm banyak orang bilang, kalau ada kesempatan raihlah, karena kesempatan belum tentu datang 2x, banyak artis yang sekarang terkenal hanya karena kebetulan lewat di Mall, lantas ketemu talent scout, dan hupla ! Beberapa tahun kemudian menjadi artis terkenal. Sebaliknya Dahlan Iskan, dalam buku "Surat Dahlan", disebutkan bahwa beliau selalu percaya kesempatan datang berkali kali tinggal kita-nya mau atau tidak memanfaatkan kesempatan tsb.
Begitu juga banyak band, yang hanya muncul di cafe2 kecil, menyanyikan lagu buatan sendiri, seorang produser yang kebetulan liburan dan menonton terpesona, dan hupla ! Lagi2 band tersebut menjadi band top. Ini juga pernah terjadi pada MK, vokalis wanita yang saat ini ganti nama menjadi MJ. Saat show-nya disalah satu kafe di Bandung ternyata ditonton mantan istri salah seorang musisi ternama yang suka memajang simbol illuminati di album-nya.
Sekitar 20 tahun yang lalu, seorang sepupu yang sukses dalam bidang jurnalistik (sebut saja AZ), minta aku menjadi guide ketika membuat reportase untuk bahan resensi salah satu film yang sedang diputar di Bandung. Saat malam menjelang dan perut keroncongan kami makan sate padang di Jalan Karapitan (saat ini pemilik-nya sudah berpulang dan diteruskan oleh anak almarhum, namun rasa-nya tak lagi sama). Takjub dengan rasa sate yang "nendang abis", AZ cerita, bahwa sate ini mengingatkan-nya akan sate yang sama persis di bawah jam gadang, Bukit Tinggi. Terus dia menambahkan lagi "Bagaimana pun tidak ada makanan yang lebih pas kecuali dinikmati langsung di pusat-nya". Kata2 ini membuat aku terobsesi selama dua puluhan tahun menantikan kesempatan itu tiba.
Sekitar tahun 2009, abang-ku setelah sempat bercerai menikah kembali dengan seorang gadis yang berasal dari Padang Sidempuan. Karena Ayah kami, sudah berpulang ke Sang Maha Pencipta, sedangkan kakak dan adik tidak bisa join, akhirnya aku memutuskan untuk menghadiri acara tersebut mewakili saudara sekandung. Namun saat itu jalan Medan - Padang Sidempuan rusak berat, sehingga akan memerlukan waktu lebih dari 9 jam. Maka aku memutuskan untuk menggunakan rute Padang - Padang Sidempuan, meski dalam kondisi normal diperlukan waktu yang kurang lebih sama yakni 9 jam.
Pada hari H, anak dan istri mengantar-ku ke Prima Jasa Bandung - Soekarno Hatta (saat itu masih di Bandung Super Mall, kini TSM) dengan wajah sedih karena tidak bisa ikut , dan lalu terbang ke Padang. Namun karena penerbangan terlambat, travel Padang - Padang Sidempuan tak bisa menunggu-ku lebih lama lagi. Menyadari tak ada yang bisa menjemput untuk rute Padang - Padang Sidempuan, aku mengontak seorang teman yang paman-nya memiliki usaha travel di Padang. Sayang-nya Avanza sudah habis, dan yang ada cuma Innova. Aku tadinya lebih mengincar Avanza, karena bahan bakar-nya juga akan lebih hemat.
Jam 9 malam aku mendarat di Padang, dan lantas bersama seorang supir kurus kami langsung menuju Padang Sidempuan. Perjalanan melewati hutan gelap dengan jalan berkelok kelok dan batang2 pohon yang menaungi jalanan, suasana misterius sangat terbangun, khususnya karena beberapa hewan aneh sejenis musang dan juga ular menyeberangi jalan dan belum lagi bunyi2an hewan hutan yang bersahut2an di ketinggian pohon yang memagari jalanan.
Ketika tengah malam melewati Bukit Tinggi, aku sontak kaget, melihat asap mengepul dari kipas tukang sate persis di bawah Jam Gadang, wawww ! Dreams Come True ! langsung saja aku minta supir berhenti, namun dia mengatakan nanti saja pak saat pulang supaya lebih santai, toh kita lewat sini lagi. Hemm benar juga, pikir-ku, supaya kami tidak terlambat tiba. Lagian tidak mungkin acara menunggu-ku, jadi aku-lah yang harus datang lebih awal. Singkat cerita kami tinggalkan sate tsb dan langsung menuju Padang Sidempuan.
Selesai acara pernikahan, tanpa menginap, siang-nya kami langsung menuju Padang kembali, untuk penerbangan pagi hari kesesokan harinya. Jadi selama dua malam itu plan-nya adalah tidur di mobil secara bergantian. Karena supir terlihat lelah aku menawarkan untuk gantian menyetir, cukup mengerikan ternyata jalan lintas Sumatera ini, jurang dan tebing yang rentan longsor menghiasi jalan. Kami juga sempat berhenti di jalan untuk menikmati durian. Tak berapa lama kami bergantian, dan tak terasa kembali melewati Bukit Tinggi, dan aku kembali minta berhenti. Namun sang supir bertanya "Kenapa sih pak harus yang ini, yang paling enak sih bukan disini pak, tapi SMS !" SMS ? pikir-ku, "SMS itu Sate Mak Syukur pak" jelas supir yang melihat aku bingung. "Lebih baik kesana pak, kalau bapak mau mencoba sate padang terbaik" tegas-nya lagi. Baiklah pikir-ku, sambil melihat tukang sate dibawah Jam Gadang yang semakin kecil dan semakin menjauh lalu asap-nya terlihat semakin kabur dan menipis.
Kami sempat mampir di toko oleh2 yang menjamur di sepanjang jalan di Bukit Tinggi dan sepertinya buka 24x7, dan membeli oleh2 khas seperti keripik sanjai. Anehnya beberapa merek-nya menggunakan nama artis papan atas Indonesia a.k.a Christine Hakim.
Lalu aku pun sempat jatuh tertidur, dan terbangun ketika supir mendadak bicara "Maaf pak, sepertinya SMS sudah tutup, karena memang laris, jadi cepat habis-nya". Hahhhhh aku kaget sekali, waduh aku sudah melepaskan kesempatan yang lewat di depan mata untuk obsesi 20 tahun menikmati sate padang di bawah Jam Gadang, dan kini kehilangan SMS juga, rasanya benar2 menyesal. Entah kapan aku bisa kembali ke sana, dan ini jadi pengalaman yang sangat berharga. Aku membiarkan orang lain, mengubah mimpi ku, saat sudah terbentang didepan mata. Jadi jika anda menginginkan sesuatu pastikan anda-lah yang mengontrol agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang di-inginkan.
Kini sudah mendekati 25 tahun mimpi tersebut masih belum juga terealisasi, semoga kelak ada waktu dan kesempatan untuk mewujudkan-nya.
No comments:
Post a Comment