Bekerja di MNC otomatis anda harus
menguasai Bahasa Inggris, namun masih tanda tanya bagi saya jika MNC nya dari
negeri-negeri Asia sepertinya halnya Samsung, atau misalnya Huawei. Dalam
gedung dimana saya bekerja saat ini setiap hari bertemu saat di lift dengan
karyawan Huawei yang sehari-hari menggunakan Bahasa Mandarin.
Pada perusahaan saya saat ini, meski sudah
sama-sama menggunakan Bahasa Inggris tidak berarti situasi menjadi lebih mudah,
kadang kita harus berpikir keras saat lawan bicara menggunakan aksen Amerika,
Inggris, Irlandia, Jepang, Australia,
Thailand, China, Malaysia atau Singapore. Salah satu yang tersulit adalah aksen
India yang “T” dan “D” nya sangat kental, atau aksen Singapore yang terdengar
lucu karena banyak menggunakan misalnya “Lah” diujung kalimat.
Hal-hal yang bisa memudahkan dalam
berkomunikasi dan saya praktekkan sehari hari adalah membuat materi tertulisnya
lebih dahulu, dan akan lebih baik jika disertai gambar. Hal yang sama bisa kita
minta pada lawan diskusi agar jelas apa yang dia maksud. Lalu kalau masih belum
cukup jelas, kita bisa menggunakan Office Communicator, yang sangat mirip
fungsinya dengan chatting dan bisa melibatkan banyak orang sekaligus. Setelah meeting jangan lupa buat MoM atau
minta presenternya yang membuatkan untuk menghindari situasi ambigu.
Hal lain yang diperlukan adalah keberanian menyatakan
pendapat yang memang sangat diperlukan dalam budaya internasional, kebanyakan
orang asing akan tanpa tendeng aling-aling menyerang saat diskusi, sementara
kebanyakan orang Indonesia terlalu kuatir menyakiti perasaan lawan bicara. Sering-sering kalau tidak siap, kita bisa
jadi bulan-bulanan. Kuncinya adalah kuasai masalah, pahami prosedur dan miliki data yang cukup, dalam
hal ini data akan membantu bobot pernyataan anda. Pastikan anda cukup mengerti sampai ke level micro bahkan kadang sampai ke level rumus, kejutan bagi saya selevel Country President Director
atau Regional Manager pun ternyata paham sampai ke level micro.
Saat masih bekerja untuk British Telecom,
salah satu PIC yang sering harus saya jumpai adalah seorang keturunan Irlandia
bernama Kevin Russel, sedihnya saat dia berbicara, saya kesulitan memahami
maksudnya. Akhirnya saya malah senyum sendiri, karena salah
satu Direktur saya yang bahkan pernah mengambil program master IT di Inggris pun mengalami hal
yang sama. Sambil tersenyum simpul beliau mengatakan salah satu aksen Inggris paling
sulit adalah aksen Irlandia.
Kesimpulan
Jangan kuatir mengenai grammar dan tenses,
selama lawan bicara anda mengerti, lanjut saja, kebanyakan problem orang
Indonesia memang lebih pada keberanian. Sebaliknya Philippina atau India sangat
percaya diri, namun yang paling tinggi kepercayaan dirinya adalah China, bahkan
dalam lingkungan MNC kadang perwakilan dari China dengan santainya tetap
berbahasa China *.
* Saya jadi ingat perjalanan ke Shenzhen,
dimana saya tersesat, karena nyaris tak ada yang bisa berbahasa Inggris, dan
semua petunjuk jalan menggunakan huruf Mandarin. Perjalanan ke Shenzhen dapat
dilihat di
Ke Part 3 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_54.html
No comments:
Post a Comment