Pagi-pagi kami
bangun dan langsung menyantap nasi kambing briyani yang sudah dipanaskan istri
dengan microwave yang memang tersedia di unit kami di The Zon Residences.
Sekitar jam 08:00 kami berjalan-jalan ke KLCC Park. Taman ini cukup luas dan
asri, meski hari Minggu, untung tidak terlalu ramai, lalu kami menyusuri
jembatan indah di tengah kompleks taman. Setelah puas foto sana sini kami
lanjut kembali ke Bukit Bintang karena kedua anak kami masih saja belum
menemukan sepatu yang mereka cari.
Rencana awal
sebenarnya jalan-jalan ke Batu Cave, namun setelah dicek ulang sepertinya lebih
menarik menggunakan HOHO alias Hop On Hop Off dengan membayar sekitar 45 RM,
tapi anehnya di internet review pengguna HOHO KL sepertinya lebih banyak yang
kecewa termasuk karena bus yang sudah tua lalu interval menunggu bisa 30 menit sd satu jam,
dan berbagai hal lainnya. Untung istri sempat baca-baca brosur GOKL Bus, yang
malah gratis dengan 4 rute yang dibedakan berdasarkan empat warna yakni biru,
merah, hijau dan ungu dengan frekuensi kedatangan 5 sd 15 menit.
Ungu : Pasar Seni / Central Market - Bukit Bintang
Hijau : KLCC - Bukit Bintang
Merah : KL Sentral - Tunku Abdul Rahman
Biru : Medan Mara - Bukit Bintang
Ungu : Pasar Seni / Central Market - Bukit Bintang
Hijau : KLCC - Bukit Bintang
Merah : KL Sentral - Tunku Abdul Rahman
Biru : Medan Mara - Bukit Bintang
Dengan menaiki
GOKL Bus rute Ungu, kami pun menuju Central Market, setelah sebelumnya
menyantap ayam goreng kentang di Texas Fried Chicken. Sedikit menyesal makan
disini, karena lantai dua Central Market ternyata ada lebih banyak pilihan.
Berbeda dengan mall di sekitar Bukit Bintang, kali ini saya dan terutama istri
semangat melihat lokasi belanja yang unik ini, karena memang banyak sekali
pernik-pernik karya seni.
Saya dan istri
menyempatkan membeli kartu yang bisa dilipat keluar dan kedalam alias 3D pop up
card, sehingga terkesan tiga dimensi, karya seniman sekaligus anak-anak muda Malaysia
dengan brand “loka made” yang sengaja tinggal di Penang saat mengeksplorasi
keindahan tradisi dan bangunan-bangunan tua namun cantik. Karya anak-anak muda
kreatif ini bisa dilihat di http://www.lokamade.com/
Menjelang sore,
kami menuju KL Tower, menara dengan tinggi kurang lebih 421 meter, namun
lagi-lagi hujan turun dengan derasnya. Turun di Halte kami terpaksa berteduh
sebentar, dan saat gerimis kami melanjutkan perjalanan dan kejutan buat kami,
lokasi KL Tower dari halte masih cukup jauh, dengan jalan menanjak dan dikombinasikan dengan tangga curam sampai
akhirnya mencapai lantai dasar KL Tower. Sebenarnya ada shuttle ke lokasi ini
untuk menghindari jalan terjal yang cukup menguras tenaga pejalan kaki, sayang
kami baru tahu belakangan.
Meski ada cukup banyak atraksi di KL Tower selain Observation Deck, Sky Deck, Animal Mini Zoo, F1 Simulator, Blue Collar Aquarium, Upside Down House, dan XD Theater kami hanya bisa mengunjungi tiga pertama saja dengan tiket terusan seharga 110 RM. Penyebabnya adalah kami tiba terlalu sore akibat hujan yang cukup lama dan deras, pula kami berharap bisa menangkap momen sunset.
Petugas
menyarankan kami untuk terlebih dahulu ke mini zoo, karena sky deck masih
ditutup untuk mengindari sambaran petir pada para wisatawan diakibatkan hujan
sebelumnya. Setelah menikmati kebun binatang kecil yang apik sekaligus resik,
sekaligus mengingatkan saya akan Featherdale Wildlife Park di pinggiran Sydney,
kamipun naik ke Observation Deck, tidak puas karena banyaknya kaca, kami lanjut
ke Sky Deck. Sayang Kuala Lumpur sedang diselimuti kabut dan awan tebal, Si
Sulung agak kecewa dan langsung mengatakan kok mirip sekali saat kami ke The
Peak di Hongkong, jauh-jauh naik eh.. awan dan kabut tebal menyelimuti kota.
Namun kepalang
tanggung, saya yang memang sengaja tidak membawa tripod SLR karena ukurannya
yang besar, langsung mengeluarkan tripod mini (yang biasa dipakai buat action
camera) dan berusaha mengabdikan momen istimewa menjelang pergantian malam ke
siang dengan shutter terbuka selama 25 detik, malangnya tripod mini ini
sepertinya terlalu lemah menyangga kamera SLR saya, sehingga berulang kali
tertunduk menahan beban.
Saat kembali pulang
ternyata mobile phone saya mengalami situasi low batt yang cukup parah,
sehingga terpaksa menunggu taksi meteran yang menurunkan penumpang di pelataran
KL Tower. Akhirnya kami menaiki taksi Innova ini dan langsung ke restoran Selera
Ampang, sebuah restoran yang beroperasi 24x7, dengan jarak kira-kira 450 meter
dari hotel. Biaya taksinya sekitar 17 RM, dengan supir India yang sepanjang
jalan berbicara seakan akan ngerap. Sesampai di Selera Ampang kami memesan Nasi Goreng Sapi 4 porsi, saya memesan Lychee Ice Tea dua gelas besar saking hausnya. Tak lupa sisa makanannya yang ternyata masih banyak, kami bawa pulang untuk sarapan keesokan harinya sebelum ke KL Sentral untuk menaiki ETS Train ke Penang.
Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2017/05/kuala-lumpur-penang-part-5-dari-8.html
No comments:
Post a Comment