Kami lalu menuju
Kampung Nelayan Chew Jetty, dimana perkampungan masa lalu alias abad 19 tetap
dipelihara dan dikelola dengan cantik, meski dikelilingi bangunan-bangunan masa kini yang
modern. Terdiri dari dua bagian dimana bagian satu sepanjang 182 meter dan
bagian dua sepanjang 122 meter yang menyatu dibagian depan dan semuanya
terletak diatas air.
Perkampungan yang memiliki 75 bangunan ini dihuni perantauan dari propinsi Fujian di China. Lantainya disusun dari papan keras yang mirip dengan struktur kayu besi dari Kalimantan, dan disela-selanya terlihat riak air laut. Bagi saya perkampungan ini sangat menarik, bersih, dan ramai didatangi karena item-item yang dijual nyaris oleh setiap rumah memang menarik. Tak heran lokasi ini termasuk UNESCO World Heritage Site. Sepintas mirip dengan rumah-rumah nelayan di Kalimantan.
Perkampungan yang memiliki 75 bangunan ini dihuni perantauan dari propinsi Fujian di China. Lantainya disusun dari papan keras yang mirip dengan struktur kayu besi dari Kalimantan, dan disela-selanya terlihat riak air laut. Bagi saya perkampungan ini sangat menarik, bersih, dan ramai didatangi karena item-item yang dijual nyaris oleh setiap rumah memang menarik. Tak heran lokasi ini termasuk UNESCO World Heritage Site. Sepintas mirip dengan rumah-rumah nelayan di Kalimantan.
Arts Street alias Gat Lebuh Armenian (Gat digunakan untuk setiap jalan yang bermuara ke laut), terletak dekat Chew Jetty, jadi dengan berjalan kaki kami telusuri jalan indah dengan berbagai lukisan dinding alias mural nan ekspresif dengan salah satu "icon"nya yakni Kids on Bicycle karya Ernest Zachaveric. Nyaris setiap bangunan dibiarkan apa adanya namun tetap mengandung pesona seni yang tinggi, bahkan termasuk bangunan yang dinding-dindingnya mengelupas sana-sini. Kami menelusuri jalan ini seakan menembus lorong waktu masa lalu sampai ke ujung jalan Armenia, dimana terdapat bangunan cantik George Town World Heritage Inc.
Karena rasa haus yang semakin kuat, kami lantas menuju Gurney Plaza melihat-lihat mall yang konon kabarnya menjadi destinasi orang-orang Indonesia yang khususnya ke Penang dalam rangka berobat. Penang memang memiliki beberapa Rumah Sakit yang konon kabarnya berkualitas tinggi. Di salah satu cafe kami berhenti untuk menikmati Es Krim Kelapa ala Thailand yang pertama kali saya nikmati saat ke Hat Yai, lalu beberapa gelas Air Kelapa. Hat Yai di Thailand Selatan, memang cuma berjarak sekitar 200 km dengan Penang, mungkin itu sebabnya buah-buahan, termasuk es krim kelapa dan rumah makan masakan ala Thailand banyak kita temui di Penang.
Sementara istri
dan anak-anak berkelling, saya menemani Bu Christine di lantai bawah sambil
mencoba beberapa alat kesehatan pijat elektrik. Baru saya menyadari mobile
phone Samsung Note saya lenyap, untungnya setelah mengontak langsung, dan Bu
Christine berbicara langsung, pemuda yang menemukan mobile phone saya, ybs langsung
mengembalikannya. Salut juga pada pemuda tersebut, mungkin akan berbeda
hasilnya jika saya kehilangan di Jakarta.
Dari sini kami diajak Bu Christine makan Pasembur dan
Sate Sapi serta Sate Ayam di Gurney Drive Hawker Center, untuk makan malam.
Suasananya agak crowded, dan dengan meja-meja yang tidak beraturan. Pasembur sendiri
merupakan sejenis makanan yang terdiri dari tahu, kentang, bakwan udang (di
Penang disebut sebagai Cucur Udang), udang goreng berukuran lumayan besar, yang
dipotong potong ala siomay kalau di Indonesia, lalu ditaburi irisan bengkuang
dan timun serta kuah yang sepintas mirip sambal Ampera. Entah karena salah
memilih komponen, buat saya rasa Pasembur ini biasa saja, namun kentang dan
tahunya cukup lezat. Sementara sate sapinya agak mirip Sate Maranggi, namun
lebih manis. Link berikutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2017/05/kuala-lumpur-penang-part-7-dari-8.html
No comments:
Post a Comment