Apa
itinerary kami ? begitu sampai di Bandara Hasanuddin yang skr terlihat sangat
megah, AU langsung menyongsong kami dengan senyum khas, dan bergegas mengantar
kami menuju ke 2 buah bis yang sudah disiapkan, beberapa kendaraan pribadi yang
digunakan ajudan beliau, juga patwal dari kepolisian untuk mengawal rombongan.
Kami segera masuk bis dan berangkat menuju Tana Toraja yang berjarak 300 km dari bandara. Di Maros, AU mengajak kami sarapan Coto Makassar, sayang saya lupa memesan daging saja, alhasil mangkok coto saya, dipenuhi potongan otak, babat, ginjal dan lain-lain. Setelah perut dihangatkan coto dengan 2 buah ketupat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Cuaca sangat terik, karena kami mulai menelusuri rute pantai. Menjelang shalat Jumat, di Masjid At Taqwa di Barru, sekitar jam 12:22, kami pun berhenti dipinggir pantai dan menuaikan shalat Jumat.
Kami segera masuk bis dan berangkat menuju Tana Toraja yang berjarak 300 km dari bandara. Di Maros, AU mengajak kami sarapan Coto Makassar, sayang saya lupa memesan daging saja, alhasil mangkok coto saya, dipenuhi potongan otak, babat, ginjal dan lain-lain. Setelah perut dihangatkan coto dengan 2 buah ketupat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Cuaca sangat terik, karena kami mulai menelusuri rute pantai. Menjelang shalat Jumat, di Masjid At Taqwa di Barru, sekitar jam 12:22, kami pun berhenti dipinggir pantai dan menuaikan shalat Jumat.
Masjid di
sepanjang perjalanan berukuran besar, dan rata2 dilengkapi AC sehingga terasa
sejuk. Saya jadi terinspirasi bagaimana perkampungan nelayan sederhana seperti
ini, bisa membangun masjid-masjid berukuran besar, indah dengan fasilitas
lengkap. Kuncinya tentu saja adalah gotong royong. Sekitar 7 tahun lalu saat ke
Sorowako, saya ingat bagaimana masjid2 besar dan bagus ini, akan terus menerus
kita temui sepanjang perjalanan. Ajaibnya
disekelilingnya terlihat rumah2 yang sangat sederhana milik masyarakat
setempat.
Jam 14:28,
akhirnya kami sampai di Parepare, daerah kelahiran Presiden Habibie, dan
langsung menuju Restoran Asia, jalan Baso Daeng Patompo 25 . Dari luar tampak
biasa, namun restoran ini menyediakan ruang-ruang berukuran besar yang dapat
memuat semua rombongan. Makanannya sangat enak, dan melimpah ruah. DI salah satu sudut jalan nampak monumen
beliau dengan Bu Ainun.
Setelah
kenyang, kami kembali melanjutkan perjalanan dan berhenti di sebuah lokasi
untuk menikmati camilan dan kopi Toraja yang terkenal. Lokasi ini dipenuhi
turis-turis bule mancanegara, karena pemandangannya memang luar biasa. Dikenal
dengan nama Bukit Nona, namun penduduk setempat menyebutnya Buttu Kabobong
(sesuatu yang seharusnya disembunyikan) karena dianggap mirip dengan perangkat
reproduksi wanita.
Tak puas di
beranda warung, saya naik sendirian 2 lantai sampai di roof top, dan kembali
melakukan beberapa pengambilan gambar. Eh ternyata di lantai paling atas sudah
ada dr Boy Abidin SpOG, rekan seangkatan istri yang lebih dikenal sebagai host dr.
OZ dan kebetulan memiliki channel sendiri di Youtube, bersama kameraman
andalannya yakni Mas Pudji.
Tengah malam
akhirnya kami sampai ke Tana Toraja, setelah menempuh jalan2 dengan banyak rute
pendakian. Kotanya lumayan ramai, dan meski sudah jam 21:00, warung2 terlihat
masih buka dan ramai. Ada banyak warung yang menjual minuman keras dan juga
Baso Babi. Buat wisatawan muslim ada baiknya bertanya-tanya sebelum membeli
makanan disini. Kami akhirnya berhenti disebuah warung muslim berukuran kecil.
Hidangan ala prasmanan sudah disiapkan, dan kursi2 plastik. Kami makan
bersama-sama dalam suasana sangat kekeluargaan.
Link berikutnya di https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-3-dari-6.html
Link berikutnya di https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-3-dari-6.html
No comments:
Post a Comment