Jam 12:53
kami sampai di perkampungan Kete Kesu, dan karena terlalu lama di Burake,
kunjungan ke Pemakaman Lemo akhirnya dilewat. Sebenarnya Lemo ini salah satu
makam yang sangat sering muncul di publikasi destinasi wisata Tana Toraja,
karena ceruk batunya relatif lebih banyak dan tebing batunya lebih tinggi
ketimbang Londa.
Kete Kesu
terlihat lebih rapi, dan ada banyak bangunan Tongkonan yang berukuran besar dan
menunjukkan bahwa pemiliknya bukan orang sembarangan mengingat jumlah tanduk
kepala kerbau di bagian depan Tongkonan.
Lingkungan
di sini sepintas sangat mirip dengan lansekap di Pulau Samosir, kumpulan rumah
adat berbaris rapi, dan ruang luas diantaranya. Di kejauhan nampak gunung dan
pohon kelapa layaknya lukisan aliran Jelekong, yakni kampung pelukis di Jawa
Barat, yang tema pedesaannya seringkali menghiasi becak zaman tahun 1970 an.
Kami makan
siang disini dengan bekal nasi kotak, sementara anjing kampung dan ayam Kete
Kesu mengelilingi kami sambil berharap mendapatkan sepotong dua potong lauk
ataupun sebutir dua butir nasi. Setelah makan, saya dan istri minta izin masuk
ke salah satu rumah adat, yang desain pintunya sangat rendah, sehingga harus
masuk dengan membungkuk. Di bagian luar, nampak berjejer-jejer rahang kerbau
yang dari jauh terlihat seperti jejeran ikan asin jambal roti tengah dijemur.
Karena istri
asik melihat kumpulan toko souvenir, saya memutuskan untuk pertama kalinya
menikmati kopi Toraja – Arabica. Pahit
dan harumnya langsung menohok, dan memanaskan tenggorokan.
Menjelang
jam 15:00 kami menuju Pasar Rantepao, dan parkir disebelah masjid Agung untuk
menuaikan shalat Lohor. Lalu rombongan berpencar mencari pernik2 lokal. Saya
merapat ke rombongan yang asik menikmati durian. Ukurannya relatif kecil, namun
aroma gasnya cukup menendang. Jam 15:30 kami kembali menuju hotel, dan
melewatkan beberapa destinasi lain seperti Ne’Gandeng (museum), Pallawa
(perkampungan adat), Batu Tumonga, Kalimbuang Bori (kompleks megalith), Kampung
Adat Ranteallo, Air Terjun Kalean, dan Ollon.
Ingin
rasanya mengunjungi semuanya, apa daya waktu terbatas, dan esok pagi kami harus
meninggalkan Tana Toraja yang indah ini.
Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-6-dari-6.html
Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-6-dari-6.html
No comments:
Post a Comment