Friday, January 31, 2020

Jalan2 ke Tana Toraja – Part #4 dari 6 : Burake Hills dan Pemakaman Londa



Setelah sarapan dengan menu standar hotel, kami kembali menaiki bis menuju Burake Hills, yakni perbukitan dengan patung Yesus berukuran raksasa setinggi 45 meter di  Makale yang diresmikan tahun 2015. Patung ini  mengingatkan saya akan Rio de Janeiro, yang juga memiliki patung raksasa seperti ini.  Landasan patung dikelilingi jembatan kaca sepanjang 90 meter yang dibangun tahun 2018. Sayang kacanya sudah sedikit buram dan konstruksi bajanya terlihat sudah mulai berkarat, sehingga pemandangan dibawahnya terlihat kurang jelas.




Untuk masuk kesini, selain membayar tiket sebesar IDR 50.000, pengunjung wajib mengganti kaos kaki dengan yang disediakan petugas, sepertinya untuk menjaga agar kaca tetap jernih. Pemandangan disini bahkan lebih luas dari 180 derajat. Harus diakui alam Tana Toraja memang cantik sekali dengan berbagai kontur perbukitan dan gunung.




Di beberapa spot sangat mirip dengan Stone Garden di Padalarang, demikian juga dengan jenis batuannya, entah apakah daerah ini dulu terkoneksi dengan laut, sebagaimana Stone Garden. Rasanya agak menyesal juga tidak membawa drone ke sini, beberapa penampakan di internet menunjukkan pemandangan spektakuler dari atas.

Sekitar jam 11:00, kami meninggalkan Burake, dan menuju Londa, salah satu pemakaman di tebing batu yang merupakan destinasi makam selain Lemo dan Kete Kesu. Begitu mencapai Londa, suasana langsung terasa mistis, udara terasa agak lembab, kami berjalan beriring2an menuruni lembah, menelusuri tangga batu. Terlihat sebuat tebing cukup besar, dengan berbagai peti mati yang digantung dengan konstruksi kayu di langit2 depan gua. Bagian tengah gua dibuat ceruk kotak dengan memahat batu, dan disusun boneka2 yang menatap aneh pada wisatawan dalam kesunyian yang mencekam.








Boneka yang disusun dalam ceruk batu di atas gua, terlihat sangat hidup dan berbeda dengan boneka yang dibuat pada periode sebelumnya.  Sepertinya perajin boneka masa kini memiliki kemampuan yang jauh lebih baik. Kesemua boneka menggunakan pakaian, juga atribut tertentu seperti kaca mata, tongkat dan lain-lain.





Tak semua jenazah disimpan dalam peti mati, sebagian dalam bentuk rangka yang tersebar di dalam gua. Bagian depan gua, sudah langsung terlihat 3 buah tengkorak seakan-akan menjaga gerbang masuk, dan terdengar penunjuk jalan melarang pengunjung menyentuh tengkorak tersebut. Bebatuan guanya halus dan tidak terlihat penampakan stalaktit maupun stalakmit yang jelas. Penunjuk jalan membantu kami menyinari lorong-lorong di dalam gua dengan menggunakan lampu petromaks yang dijunjung diatas kepala mereka.  Saya dengan ransel penuh peralatan kamera mengalami kesulitan untuk masuk lebih dalam, lalu memutuskan untuk keluar.

Link berikutnya https://hipohan.blogspot.com/2020/01/jalan2-ke-tana-toraja-part-5-dari-6.html

No comments: