Saat Galileo Galilei mengatakan bumilah yang mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya maka hidupnya berubah, dari ilmuawan yang disegani menjadi musuh gereja. Saat Henry Ford membuat kereta tanpa kuda, semua orang berpikir itu tidaklah mungkin namun akhirnya mobil membanjiri dunia. Saat Wright bersaudara ingin membuat manusia dapat terbang semua orang juga mentertawakan-nya. Jadi apa yang dulu menurut kita tidak mungkin justru ternyata mungkin saja setelah waktu membuktikan.
Saat Arysio Nunes dos Santos (http://hipohan.blogspot.com/2010/03/atlantis-lost-continent-finally-found.html) mengatakan Indonesia adalah Atlantis, banyak orang yang menyangsikan, namun beliau membuat tabel dan membandingkan semua lokasi di dunia yang diduga sebagai Atlantis. Dan saat beliau mengatakan bahwa di lokasi tersebut harus ada Super Volcano sebagai penyebab tsunami (karena tenggelam hanya dalam 1x24 jam), daratan dibawah laut di sepanjang pantai harus terbukti sebagai lokasi yang menyimpan bukti2 peradaban, cara bertani, kekayaan alam, bahan tambang seperti emas, maka ternyata teori ini menjadi sulit untuk dibantah.
Jadi jangan pernah memandang rendah sesuatu yang rasanya tidak mungkin, nah seperti itulah yang saya rasakan saat membaca buku KH Fahmi Basya, yang alih2 menerima begitu saja penelitian Von Erp yang menyatakan Borobudur peninggalan dinasti Syailendra abad ke delapan, tetapi beliau justru berusaha mencari bukti sebaliknya. Awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan buku ini, namun melihatnya berkali kali setiap kali ke toko buku jujur saja membuat penasaran.
Tidak tanggung2 KH Fahmi Basya memberikan 40 bukti eksak, mulai dari pelat emas yang ditemukan di pemandian Ratu Boko dengan pesan “basmallah”, adanya hutan Saba (yang sekarang dinamakan Wonosobo, dimana wono artinya hutan), lokasi yang dinamakan dengan Sleman (diyakin sebagai asal kata Sulaiman) , relief unik di Borobudur seperti seorang wanita yang berjalan di kolam penuh ikan, relief lelaki yang berbicara dengan burung, relief pria yang bertelekan pada sebuah tongkat, adanya sarang semut, ratu yang memimpin kerajaan, buah yang luar biasa pahit, altar penyembahan matahari, bagian istana yang dipindahkan, dan lain2. Jika Arysio harus membandingkan dengan banyak kandidat Atlantis, seperti Sardinia, Kreta, Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta, maka sebaliknya KH Fahmi Basya cukup membandingkan dengan Yaman yang selama ini diduga sebagai asal ratu Saba.
Apa sih sumber yang digunakan beliau dalam menyimpulkan penelitian ini ?, pertama tentu saja Al Qur’an, kedua hasil penelitian langsung di Borobudur, hasil penelitian peninggalan di sekitar lokasi, informasi mengenai Yaman sebagai salah satu kandidat lokasi, termasuk informasi2 seperti situs piramid raksasa di perairan papua, dll. Tidak tanggung2 KH Fahmi Basya sendiri sudah melakukan penelitian ini sejak 1979 dan sudah lebih dari 20x melakukan penelitian di lokasi2 tersebut. Namun diluar fakta2 yang diangkat kadang terkesan beliau melakukan utak atik angka dan mengingatkan saya akan gaya Jaber Bolushi, yang buku-nya cukup fenomenal namun mengundang kontroversi.
Saya sendiri meski pernah ke Borobudur beberapa kali, namun sama sekali tidak pernah terpikir sebagaimana yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya. Bagaimana dengan anda ? tidak percaya ? silahkan saja, namun penjelasan KH Fahmi Basya yang juga dosen di UIN Syarif Hidayatullah cukup kuat, hanya saja kalau teori ini diterima, bagaimana beliau menjelaskan penampakan patung Buddha yang boleh dikatakan mirip dengan semua penampakan patung tersebut di negara2 yang memang mengamalkan Buddha sebagai keyakinan. Selain itu sebagaimana keyakinan umat muslim bahwa semua Nabi mengajarkan agama yang sama, jadi cukup aneh kalau kita bisa melihat penampakan patung (baca : berhala) nyaris disekujur Borobudur, kecuali yang dimaksud KH Fahmi Basya adalah dibuat oleh Ratu Boko alias Ratu Bilqis menurut keyakinan beliau. Pertanyaan berikutnya, lantas kalau Borobudur dianggap dibuat dengan bantuan mahluk non manusia (karena menurut KH Fahmi Basya batu yang ada di Borobudur bukan dipahat melainkan dibentuk seperti adonan), bagaimana dengan candi2 lain yang tak kurang rumit seperti Prambanan. KH Fahmi Basya sendiri memang mengundang orang untuk membuktikan kalau memang hipotesa beliau salah.
Saat Arysio Nunes dos Santos (http://hipohan.blogspot.com/2010/03/atlantis-lost-continent-finally-found.html) mengatakan Indonesia adalah Atlantis, banyak orang yang menyangsikan, namun beliau membuat tabel dan membandingkan semua lokasi di dunia yang diduga sebagai Atlantis. Dan saat beliau mengatakan bahwa di lokasi tersebut harus ada Super Volcano sebagai penyebab tsunami (karena tenggelam hanya dalam 1x24 jam), daratan dibawah laut di sepanjang pantai harus terbukti sebagai lokasi yang menyimpan bukti2 peradaban, cara bertani, kekayaan alam, bahan tambang seperti emas, maka ternyata teori ini menjadi sulit untuk dibantah.
Jadi jangan pernah memandang rendah sesuatu yang rasanya tidak mungkin, nah seperti itulah yang saya rasakan saat membaca buku KH Fahmi Basya, yang alih2 menerima begitu saja penelitian Von Erp yang menyatakan Borobudur peninggalan dinasti Syailendra abad ke delapan, tetapi beliau justru berusaha mencari bukti sebaliknya. Awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan buku ini, namun melihatnya berkali kali setiap kali ke toko buku jujur saja membuat penasaran.
Tidak tanggung2 KH Fahmi Basya memberikan 40 bukti eksak, mulai dari pelat emas yang ditemukan di pemandian Ratu Boko dengan pesan “basmallah”, adanya hutan Saba (yang sekarang dinamakan Wonosobo, dimana wono artinya hutan), lokasi yang dinamakan dengan Sleman (diyakin sebagai asal kata Sulaiman) , relief unik di Borobudur seperti seorang wanita yang berjalan di kolam penuh ikan, relief lelaki yang berbicara dengan burung, relief pria yang bertelekan pada sebuah tongkat, adanya sarang semut, ratu yang memimpin kerajaan, buah yang luar biasa pahit, altar penyembahan matahari, bagian istana yang dipindahkan, dan lain2. Jika Arysio harus membandingkan dengan banyak kandidat Atlantis, seperti Sardinia, Kreta, Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta, maka sebaliknya KH Fahmi Basya cukup membandingkan dengan Yaman yang selama ini diduga sebagai asal ratu Saba.
Apa sih sumber yang digunakan beliau dalam menyimpulkan penelitian ini ?, pertama tentu saja Al Qur’an, kedua hasil penelitian langsung di Borobudur, hasil penelitian peninggalan di sekitar lokasi, informasi mengenai Yaman sebagai salah satu kandidat lokasi, termasuk informasi2 seperti situs piramid raksasa di perairan papua, dll. Tidak tanggung2 KH Fahmi Basya sendiri sudah melakukan penelitian ini sejak 1979 dan sudah lebih dari 20x melakukan penelitian di lokasi2 tersebut. Namun diluar fakta2 yang diangkat kadang terkesan beliau melakukan utak atik angka dan mengingatkan saya akan gaya Jaber Bolushi, yang buku-nya cukup fenomenal namun mengundang kontroversi.
Saya sendiri meski pernah ke Borobudur beberapa kali, namun sama sekali tidak pernah terpikir sebagaimana yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya. Bagaimana dengan anda ? tidak percaya ? silahkan saja, namun penjelasan KH Fahmi Basya yang juga dosen di UIN Syarif Hidayatullah cukup kuat, hanya saja kalau teori ini diterima, bagaimana beliau menjelaskan penampakan patung Buddha yang boleh dikatakan mirip dengan semua penampakan patung tersebut di negara2 yang memang mengamalkan Buddha sebagai keyakinan. Selain itu sebagaimana keyakinan umat muslim bahwa semua Nabi mengajarkan agama yang sama, jadi cukup aneh kalau kita bisa melihat penampakan patung (baca : berhala) nyaris disekujur Borobudur, kecuali yang dimaksud KH Fahmi Basya adalah dibuat oleh Ratu Boko alias Ratu Bilqis menurut keyakinan beliau. Pertanyaan berikutnya, lantas kalau Borobudur dianggap dibuat dengan bantuan mahluk non manusia (karena menurut KH Fahmi Basya batu yang ada di Borobudur bukan dipahat melainkan dibentuk seperti adonan), bagaimana dengan candi2 lain yang tak kurang rumit seperti Prambanan. KH Fahmi Basya sendiri memang mengundang orang untuk membuktikan kalau memang hipotesa beliau salah.