Keesokan paginya,
agar sempat snorkling di Manjarite dan paling tidak singgah ke Pulau Kelor,
pagi-pagi sekali, kapal sudah berlayar. Saking gelapnya, Kraeng Herman dengan
tubuhnya yang kurus berdiri di bagian ujung haluan kapal, angin laut meniup
baju tipisnya berkibar kibar, tangan kiri dilingkarkan ke tali kapal, dan
tangan kanan memegang senter, sambil sesekali memberi isyarat pada Kapten Amal.
Sepertinya untuk mencegah kapal terbentur karang saat melewati selat sempit
antara Pulau Padar dan Pulau Rinca.
Namun arus sangat
kuat, di beberapa tempat terlihat pusaran air, dan meski mesin sudah
meraung-raung, sudah hampir satu jam, kami tidak juga berhasil maju, bahkan
hampir-hampir mundur. Akhirnya saat matahari mulai muncul, Kapten Amal mengubah
arah perahu melambung menuju Pulau Komodo, lalu di bagian ujung diarahkan kembali
ke Pulau Rinca. Namun kami kehilangan
sekitar 1,5 jam gara-gara arus tersebut.
Untuk sarapan, Kraeng Herman "berkreasi" dengan memanfaatkan sisa bahan yang ada, maka jadilah Nasi Goreng Ayam Melon Spesial. Jangan anggap enteng dengan kemampuan Kraeng Herman, masakannya konsisten selalu lezat, juga setiap makan selalu ada hidangan penutup, kombinasi melon, nanas, semangka, pisang dan susu coklat. Sedangkan untuk minum persis dibawah tiang kapal selalu tersedia 4 buah gelas plastik, termos yang selalu terisi air panas, dan juga Nescafe sachet serta gula pasir. Sayang sambal yang "nendang" seperti saat di Warung Sasa Labuan Bajo tidak tersedia.
Akhirnya kami sampai juga ke Pulau Rinca, kapal langsung merapat di teluk sempit di Loh Buaya. Di dermaga nampak, sebuah papan dengan tulisan hati-hati terhadap buaya, yang membuat suasana sedikit mencekam. Entah kenapa kali ini, Kapten Amal ingin ikut serta. Maka kami berenam pun langsung menyusuri hutan kecil dan lanjut ke sebuah jalan kecil yang di kiri dan kanannya terlihat rawa-rawa. Sesampai di markas para ranger nampak beberapa tengkorak kerbau yang dipajang di sebuah rak kayu, dan Si Sulung langsung berpose.
Tak perlu
menunggu lama seekor Komodo betina seukuran dua meter nampak malas-malasan di
depan dapur para ranger. Meski di Pulau Rinca seharusnya Komodo rata2 lebih
kecil karena lebih sulit mencari makanan, namun Komodo yang kami lihat justru
berukuran besar. Dari sini, ranger mengajak kami melihat Komodo yang lebih
besar dengan perkiraan usia sekitar 30 tahun, tubuhnya nyaris sepanjang 3
meter. Ranger selalu mengingatkan kami
agar tidak lari, karena Komodo akan cenderung agresif dan mengejar. Jangan remehkan kecepatan Komodo, karena
mereka bisa mencapai kecepatan 18 km / jam, jika terpaksa.
silahkan lanjut ke link berikutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2017/07/jelajah-nusa-tenggara-timur-part-12.html
No comments:
Post a Comment