Thursday, July 20, 2017

Seminar Baca Kilat - Juni Anton

Sabtu kemarin 15/7/2017 saya menemani Si Bungsu mengikuti seminar Baca Kilat. Untuk mengikuti acara ini setiap keluarga boleh hadir dengan maksimal sepasang suami istri dan dua anak alias empat orang. Peserta dipungut biaya Rp, 180.000 untuk acara selama 3 jam. Acara ini diadakan di Aston Cihampelas, sayang saya tak sempat jalan2 ke Teras Cihampelas, destinasi wisata baru yang belum lama di resmikan walikota Bandung a.k.a. Ridwan Kamil.  
Saat pendaftaran ulang, setiap keluarga diberikan sebuah buku tentang Baca Kilat karya Agus Setiawan dan Juni Anton. Setelah semua peserta berkumpul, maka acara langsung dimulai oleh Juni Anton, alumnus Psikologi Binus yang berasal dari Tanjung Pinang.

Mirip dengan gaya Tukul yang sering “mengejek” dirinya sendiri, bukannya berusaha membuat peserta kagum dengan sosoknya, Juni Anton malah secara terus terang mengatakan bahwa sejak SD hingga SMA nilai-nilai baik yang dia peroleh adalah benar-benar dari hasil menyontek. Tidak main-main, dari hasil contekan tersebut Juni Anton bahkan berhasil meraih rangking tiga (karena duduk di samping ranking kesatu) , dan akhirnya memperoleh beasiswa di jurusan Psikologi, Binus.

Namun saat perjalanan menuju Jakarta, Juni Anton akhirnya merenung dan sadar bahwa hal buruk tersebut tidak bisa diteruskan, sehingga dia bertekad untuk berusaha dengan sekuat tenaga. Sayangnya text book di Psikologi tebal-tebalnya luar biasa, sebagian besar menggunakan bahasa asing pula. Juni Anton akhirnya cuma bisa meraih 3,5 lalu 3,5 dan malah turun menjadi 3,3 di semester ketiga

Sampai suatu saat Juni Anton bertemu Agus Setiawan yang membantunya memahami bagaimana menggunakan otak, dan bahwa selama ini kita lebih sering mengabaikan alam bawah sadar saat merekam informasi, sehingga sangat sulit buat kita untuk mempelajari sesuatu. Ibarat fenomena gunung es, potensi 90% alam bawah sadar, ternyata selama ini sering kita abaikan. Segera setelah belajar Baca Kilat, Juni Anton berhasil meraih IP 4, selama empat semester berikutnya. Lalu Juni Anton lulus hanya dalam 3,5 tahun.

Sampai dengan 2 jam acara berlangsung Juni Anton masih belum menceritakan teknik yang digunakan untuk aktifasi alam bawah sadar. Saya dan istri saling berpandangan dan agak sulit memrediksi bagaimana acara ini bisa meyakinkan kami sekeluarga akan teknik yang digunakan. Sampai akhirnya sampailah kebagian yang paling saya tunggu.

Teknik yang diperkenalkan pertama adalah studi kasus mengenai hewan air dari famili Spongilidae, dan peserta ditantang untuk menghapal karakteristik dalam waktu yang sangat singkat. Juni Anton lalu menjelaskan teknik “Main Mapping”, yang pertama kali saya kenal justru dari buku karya Toni Buzan hanya saja dengan nama yang berbeda alias “Mind Mapping”. Informasi dikirim ke bawah sadar dengan menggunakan lingkaran, lalu digambar percabangannya serta dilengkapi dengan gambar-gambar ikon kecil. Akan lebih bagus jika menggunakan warna-warni, sehingga pesannya yang disampaikan benar-benar melekat di bawah sadar. Jadi saya masih belum menemukan sesuatu yang baru sampai di titik ini.



Teknik kedua adalah bagaimana menghapal dalam waktu terbatas sebanyak 20 item saat harus berbelanja misalnya 1. Sabun, 2. Minyak dst, dan peserta hanya sanggup menghapal 11 item, itupun tidak berurutan. Sebagai jawaban Juni Anton memberikan “Jembatan Keledai” berupa angka 1 sd 20, misal 1. Unicorn (karena bertanduk satu), 2. Colokan listrik (karena berkaki dua), lalu kita diminta merangkai Unicorn dengan Sabun dalam satu kalimat, misalnya Unicorn mandi dengan menggunakan sabun, atau Colokan listri dibersihkan dengan minyak, semakin lucu akan semakin bagus karena lebih mudah diingat dll. Teknik ini akan langsung masuk ke bawah sadar, dan terbukti kemudian seminggu setelah seminar saya masih bisa menyebutkan urutan 20 item yang harus dibeli saat belanja.

Hal lain adalah menjelaskan bagaimana otak bekerja misalnya membaca paragraph yang terdiri dari kata-kata dimana, yang benar hanya huruf pertama dan huruf terakhir. Akibat pengetahuan yang dihimpun di bawah sadar, kita dapat membacanya sejauh menggunakan bahasa yang kita ketahui. Namun saat menggunakan bahasa asing, pikiran bawah sadar mengalami kesulitan untuk memahaminya. Hal ini juga tidak terlalu asing bagi saya, mengingat sempat viral di sosmed.

Sayang rasa penasaran saya mengenai bagaimana membaca satu halaman hanya dalam satu detik dan mengerti apa yang dibaca, tidak dibahas, namun malah disarankan untuk  mengikuti workshop selama dua hari dengan biaya 3,950.000 per orang. Secara logika, saya menduga teknik yang dipakai adalah kombinasi hypnotherapy, karena sesuai penelitian, sebenanrnya bawah sadar mampu menyimpan informasi yang sangat banyak, namun dibutuhkan teknik khusus untuk mengeluarkannya.  Karena Si Bungsu belum berhasil kami bujuk untuk ikut workshop, maka kami sudahi acara Baca Kilat sampai disini saja. Namun saya berencana akan membaca buku tersebut dan lanjut untuk mencari buku Agus Setiawan mengenai membaca 1 halaman per detik. 





3 comments:

Sardi Jr. said...

jadi selama 3 jam itu dapat apa saja buat bekal anak belajar?

Dadi said...

Padahal sy mau daftarin anak ikut baca kilat

Unknown said...

Memang seperti itu, sdh lazim. Jadi waktu 3 jam itu untuk dia promosi agar mau ikut workshop. Trik bisnis. Saya pernah juga menghadiri seminar serupa, tentang bagaimana membebaskan diri dari hutang riba. Triknya mirip.