Sabtu kemarin 15/7/2017
saya menemani Si Bungsu mengikuti seminar Baca Kilat. Untuk mengikuti acara ini
setiap keluarga boleh hadir dengan maksimal sepasang suami istri dan dua anak
alias empat orang. Peserta dipungut biaya Rp, 180.000 untuk acara selama 3 jam.
Acara ini diadakan di Aston Cihampelas, sayang saya tak sempat jalan2 ke Teras
Cihampelas, destinasi wisata baru yang belum lama di resmikan walikota Bandung
a.k.a. Ridwan Kamil.
Saat pendaftaran
ulang, setiap keluarga diberikan sebuah buku tentang Baca Kilat karya Agus
Setiawan dan Juni Anton. Setelah semua peserta berkumpul, maka acara langsung
dimulai oleh Juni Anton, alumnus Psikologi Binus yang berasal dari Tanjung
Pinang.
Mirip dengan gaya
Tukul yang sering “mengejek” dirinya sendiri, bukannya berusaha membuat peserta
kagum dengan sosoknya, Juni Anton malah secara terus terang mengatakan bahwa
sejak SD hingga SMA nilai-nilai baik yang dia peroleh adalah benar-benar dari
hasil menyontek. Tidak main-main, dari hasil contekan tersebut Juni Anton
bahkan berhasil meraih rangking tiga (karena duduk di samping ranking kesatu) ,
dan akhirnya memperoleh beasiswa di jurusan Psikologi, Binus.
Namun saat
perjalanan menuju Jakarta, Juni Anton akhirnya merenung dan sadar bahwa hal
buruk tersebut tidak bisa diteruskan, sehingga dia bertekad untuk berusaha
dengan sekuat tenaga. Sayangnya text book di Psikologi tebal-tebalnya luar
biasa, sebagian besar menggunakan bahasa asing pula. Juni Anton akhirnya cuma
bisa meraih 3,5 lalu 3,5 dan malah turun menjadi 3,3 di semester ketiga
Sampai suatu saat
Juni Anton bertemu Agus Setiawan yang membantunya memahami bagaimana
menggunakan otak, dan bahwa selama ini kita lebih sering mengabaikan alam bawah
sadar saat merekam informasi, sehingga sangat sulit buat kita untuk mempelajari
sesuatu. Ibarat fenomena gunung es, potensi 90% alam bawah sadar, ternyata selama
ini sering kita abaikan. Segera setelah belajar Baca Kilat, Juni Anton berhasil
meraih IP 4, selama empat semester berikutnya. Lalu Juni Anton lulus hanya
dalam 3,5 tahun.
Sampai dengan 2
jam acara berlangsung Juni Anton masih belum menceritakan teknik yang digunakan
untuk aktifasi alam bawah sadar. Saya dan istri saling berpandangan dan agak
sulit memrediksi bagaimana acara ini bisa meyakinkan kami sekeluarga akan
teknik yang digunakan. Sampai akhirnya sampailah kebagian yang paling saya
tunggu.
Teknik yang diperkenalkan
pertama adalah studi kasus mengenai hewan air dari famili Spongilidae, dan
peserta ditantang untuk menghapal karakteristik dalam waktu yang sangat
singkat. Juni Anton lalu menjelaskan teknik “Main Mapping”, yang pertama kali
saya kenal justru dari buku karya Toni Buzan hanya saja dengan nama yang
berbeda alias “Mind Mapping”. Informasi dikirim ke bawah sadar dengan
menggunakan lingkaran, lalu digambar percabangannya serta dilengkapi dengan gambar-gambar
ikon kecil. Akan lebih bagus jika menggunakan warna-warni, sehingga pesannya
yang disampaikan benar-benar melekat di bawah sadar. Jadi saya masih belum
menemukan sesuatu yang baru sampai di titik ini.
Teknik kedua
adalah bagaimana menghapal dalam waktu terbatas sebanyak 20 item saat harus
berbelanja misalnya 1. Sabun, 2. Minyak dst, dan peserta hanya sanggup menghapal
11 item, itupun tidak berurutan. Sebagai jawaban Juni Anton memberikan
“Jembatan Keledai” berupa angka 1 sd 20, misal 1. Unicorn (karena bertanduk
satu), 2. Colokan listrik (karena berkaki dua), lalu kita diminta merangkai
Unicorn dengan Sabun dalam satu kalimat, misalnya Unicorn mandi dengan
menggunakan sabun, atau Colokan listri dibersihkan dengan minyak, semakin lucu
akan semakin bagus karena lebih mudah diingat dll. Teknik ini akan langsung
masuk ke bawah sadar, dan terbukti kemudian seminggu setelah seminar saya masih
bisa menyebutkan urutan 20 item yang harus dibeli saat belanja.
Hal lain adalah
menjelaskan bagaimana otak bekerja misalnya membaca paragraph yang terdiri dari
kata-kata dimana, yang benar hanya huruf pertama dan huruf terakhir. Akibat
pengetahuan yang dihimpun di bawah sadar, kita dapat membacanya sejauh
menggunakan bahasa yang kita ketahui. Namun saat menggunakan bahasa asing,
pikiran bawah sadar mengalami kesulitan untuk memahaminya. Hal ini juga tidak
terlalu asing bagi saya, mengingat sempat viral di sosmed.
Sayang rasa
penasaran saya mengenai bagaimana membaca satu halaman hanya dalam satu detik
dan mengerti apa yang dibaca, tidak dibahas, namun malah disarankan untuk mengikuti workshop selama dua hari dengan
biaya 3,950.000 per orang. Secara logika, saya menduga teknik yang dipakai
adalah kombinasi hypnotherapy, karena sesuai penelitian, sebenanrnya bawah
sadar mampu menyimpan informasi yang sangat banyak, namun dibutuhkan teknik khusus
untuk mengeluarkannya. Karena Si Bungsu
belum berhasil kami bujuk untuk ikut workshop, maka kami sudahi acara Baca
Kilat sampai disini saja. Namun saya berencana akan membaca buku tersebut dan lanjut untuk mencari buku Agus Setiawan mengenai membaca 1 halaman per detik.
3 comments:
jadi selama 3 jam itu dapat apa saja buat bekal anak belajar?
Padahal sy mau daftarin anak ikut baca kilat
Memang seperti itu, sdh lazim. Jadi waktu 3 jam itu untuk dia promosi agar mau ikut workshop. Trik bisnis. Saya pernah juga menghadiri seminar serupa, tentang bagaimana membebaskan diri dari hutang riba. Triknya mirip.
Post a Comment