Monday, October 31, 2016

Nasi Gule Sapi Bu Slamet - DJBC

Sekitar 14 tahun lalu, saya terlibat dalam proyek implementasi Sistem Kepabeanan dan Cukai Nasional di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Selama sekitar empat tahun lebih, saya dan team sekitar 115 orang berinteraksi bersama sehingga lama-lama terasa seperti keluarga besar. Kami juga kadang refreshing bersama, nonton film ataupun bahkan buka bersama saat bulan puasa. Hubungan ini lebih dekat lagi saat deployment dijalankan dengan keliling ke puluhan kota untuk mengimplementasi sistem tersebut.

Untuk mempermudah interaksi dengan nara sumber, saat itu kami ditempatkan di Wisma Anjing Pelacak di bagian belakang kantor Bea dan Cukai. Wisma ini pada saat tertentu digunakan untuk asrama bagi para pelatih Anjing Pelacak.  Saya termasuk sebagai salah satu anggota team implementasi IT yang turut menginap dan sempat mengalami pengalaman supranatural di Wisma Anjing Pelacak ini.

Lambat laun, saya mulai hapal beberapa warung disekitar DJBC, mulai Garang Asem di Bujana Tirta Raya, Gule Kepala Ikan Khas Padang tapi masakan ala Jawa, Gule Sapi Bu Slamet diatas got persis di dekat pintu belakang kantor DJBC atau di pinggir jalan Bujana Tirta I. Atau kalau beruntung pagi2 di belakang ini juga penjual Nasi Uduk bersepeda yang rasanya cukup lumayan.  Mau agak jauhan sedikit ada Bebek Kaleyo Rawamangun, Sate Blora Jalan Balai Pustaka Baru atau Sate Padang Ajo Manih dijalan yang sama yang hanya buka saat malam.

Di bagian depan kantor DJBC, tepatnya di sebelah kiri ada juga Warung Tegal yang digbagian depannya juga dijadikan sebagai tempat pencucian mobil ala kadarnya. Kadang saya sarapan pagi Nasi Ikan Kembung Sambel plus Tempe Goreng panas, sambil menunggu mobil dibersihkan. Nah dari semua tempat makan tersebut buat saya yang paling berkesan adalah Gule Kepala Ikan  Bu Slamet. 

Senin pagi, seperti kebiasaan mingguan lima belas tahun terakhir, saya memacu Si Merah, kendaraan kesayangan menuju Jakarta, sepanjang jalan berkali kali saya harus ekstra hati-hati mengingat hujan deras tiga minggu terakhir ternyata menyebabkan sepanjang jalan bolong-bolong cukup parah. Lalu disambut kemacetan parah di tol dalam kota, setelah terperangkap sekian lama, dan perut mulai terasa kerconcongan entah kenapa teringat Warung Gule Sapi Bu Slamet, maka tanpa ragu saya arahkan mobil ke Tanjung Priok menghindari ruas Cawang yang nyaris tak bergerak.

Keluar di pintu tol Jatinegara, saya lalu melewati jalur cepat, melewati Kantor DJBC lalu mencari putaran balik lalu masuk ke Jalan Bujana Tirta persis sebelum Kantor DJBC. Begitu belok ke jalan Bujana Tirta I, saya langsung terkejut melihat warung-warung diatas jembatan ternyata sudah hilang semua, termasuk Warung Gule Sapi Bu Slamet yang konon kabarnya merupakan favorit salah satu mantan Dirjen DJBC yakni Eddy Abdurrahman. Tak mau langsung berputus asa, saya memutuskan untuk tanya sana sini, ternyata menurut beberapa orang yang saya temui, 10 bulan lalu, Bu Slamet pindah ke basement Gedung Utama DJBC, maka saya pun kembali memacu Si Merah dan langsung masuk pelataran parkir DJBC.

Nasi Gule Bu Slamet dan Peyek Udang

Kejutan buat saya, Yadi,  Cleaning Services di Wisma Anjing Pelacak dulu, menyambut saya dengan ramah dan dengan seragam security, segera saya salam Yadi dan meminta rekannya memotret kami berdua. Senang rasanya melihat Yadi kini memiliki masa depan yang lebih baik.

Yadi dan Saya

Setelahnya saya langsung menuju basement, dan akhirnya bertemu dengan Bu Slamet yang kini nampak kurus namun tetap tak kehilangan senyuman hangatnya. Tak terasa sepiring nasi hangat, semangkuk Gule Sapi dengan aroma sedap (tetap dengan ciri khasnya penuh dengan potongan daging empuk dan dalam jumlah banyak), peyek udang khas Bu Slamet (juga dengan taburan udang dimana-mana) dan segelas jeruk hangat menyapu bersih kekesalan terjebak macet, dan semua cukup ditebus dengan 40.000 saja. Berbeda dengan kebanyakan gule, meski ramai dengan  berbagai bumbu, kuah Gule Sapi Bu Slamet tetap relatif encer, dan rasanya sungguh pas di lidah. Bu Slamet selalu menggunakan daging berkualitas tinggi, dan dengan teknik tertentu diolah sehingga benar-benar empuk. 

Bu Slamet dan Senyuman Khasnya

Ah nikmatnya...segera saya ucapkan terimakasih pada Bu Slamet dan tak lupa memberikan tips sekedarnya. Semoga Bu Slamet dapat mewariskan resep ini pada keturunannya dan dapat terus kita nikmati. Oh ya bagi yang menyukai Rawon, Bu Slamet juga menyediakan menu tersebut dan tentu saja tidak kalah enaknya. 




No comments: