Wednesday, May 28, 2014

Jalan jalan ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu #2 dari 5 : Pulau Tidung Kecil, Pantai Saung Cemara Kasih dan Jembatan Cinta


Di Pulau Tidung, kami disambut Pak Cipto, keturunan Jawa yang sudah lama menetap di Pulau Tidung, beliau adalah koordinator yang ditunjuk travel untuk mengurus semua kebutuhan kami selama di Pulau Tidung. Lantas dengan sepeda kami meninggalkan pelabuhan menuju salah satu rumah penduduk. Beliau mengenalkan kami dengan seorang pemuda bernama Dede yang rencananya akan menjadi guide kami.



Penginapan kami memiliki dua kamar tidur, satu pakai ac dan yang lain pakai kipas angin, sebuah ruang tamu dengan tv, ruang dapur, dan dua kamar mandi, serta teras yang dilintasi lalu lalang orang-orang yang menuju Jembatan Cinta, salah satu spot sunrise dan sekaligus merupakan jembatan menuju Pulau Tidung Kecil, kawasan tak berpenghuni sekaligus daerah konservasi Pohon Bakau.





Tak lama makan siang langsung diantar ke penginapan, berupa gulai ayam negeri, sambal, kerupuk dan lalapan. Bingung dengan menu ayam yang sepertinya tidak pas dengan suasana Pulau Tidung, saya dan istri segera menyusuri jalan dengan bata semen yang memang merupakan urat nadi transportasi pulau ke salah satu warung sea food bernama Café Paradiso, dan memesan baronang saus asam manis, serta empat gelas jus buah. Lalu kami menikmati makan siang pertama di Pulau Tidung.




Pulau Tidung adalah pulau berukuran 109 hektar atau yang terbesar di Kepulauan Seribu, berpenduduk sekitar 5000 orang. Arti nama Tidung sendiri konon dari suatu tempat di Kalimantan yang bernama Tana Tidung, namun dalam bahasa setempat Tidung artinya tempat berlindung.  Profesi penduduk disini kebanyakan adalah penyedia layanan bagi para tamu seperti penginapan, bisnis kuliner, guide, penyewaan sepeda, penjualan cindera mata dan tentu saja nelayan. Di pulau ini ada sebuah Puskesmas, Kantor Polisi, dua buah SD, dua buah SMP, sebuah SMK, dan sebuah MTS. Bagi yang melanjutkan kuliah, mau tak mau harus meninggalkan pulau ini, begitu juga cita cita Dede, guide kami yang baru saja lulus sekolah menengah dan sangat ingin melanjutkan kuliah di UI.




Selepas dzuhur kami memulai perjalanan mengelilingi pulau, dan menuju kearah barat, tepatnya sebuah pantai dengan pasir halus bernama Saung Cemara Kasih, ternyata pulau ini cukup besar, nyaris bersepeda 30 menit dengan melewati labirin gang2 rumah penduduk, lalu melewati padang ilalang,  akhirnya sampailah kami di  lokasi. Duduk2 dibawah pohon cemara, lalu bermain ayunan yang dipasang persis di bibir pantai. Tak lupa memesan pisang goreng yang rasanya lezat sambil menyeruput air kelapa. Air laut disini sangat jernih, dan terlihat dari pantai seakan akan berlapis lapis mulai dari hijau terang sampai biru gelap.





Dari sini kami istirahat sebentar di penginapan, lalu menjelang sore kami menuju jembatan cinta. Disini lagi2 suguhan air kelapa dan 20 potong otak2 kami santap di bawah pepohonan, sambil bersenda gurau. Setelah fisik kembali pulih, kali ini kami menuju Pulau Tidung Kecil dengan berjalan kaki sekitar 800 meter melewati dermaga. Nampak berbagai macam kegiatan water sport, mulai dari banana boat, canoe, snorkling, dan lain lain di sini. Di beberapa titik di jembatan tampak juga komunitas memancing yang dengan sabarnya menunggu umpan mereka disambar ikan. Menjelang sore sekumpulan pengunjung berbaur dengan anak anak setempat melakukan aksi loncat dari puncak jembatan, namun harus hati-hati karena di bagian bawah tempat lalu lalang perahu.


 
Sepertinya Jembatan Cinta menjadi pusat kegiatan wisata di Pulau Tidung. Berjejer berbagai macam kios, mulai dari penyewaan perahu, penitipan barang, es krim, dan lain lain yang sayangnya terkesan adu keras sound system.
 

No comments: