Wednesday, January 13, 2016

Memelihara Rasa Lapar

Masih jelas dalam ingatan kompetisi Moto GP 2015 dimana Rossi sebagai pembalap senior ternyata mampu memelihara rasa lapar dalam dirinya sehingga penentuan gelar juara terpaksa baru diketahui pada race terakhir. Itupun kalau tidak terkena pinalti, ada kemungkinan Rossi lah yang meraih gelar juara. 



Dalam sepakbola kita melihat striker Swedia, Henrik Larsson yang bergabung dengan Manchester United, justru saat usianya 36 tahun, alih-alih menjadi pemain cadangan karena usianya, Larsson justru menjadi pemain kunci dan menuai pujian dari Alex Ferguson sbb; 

"He's been fantastic for us, his professionalism, his attitude, everything he's done has been excellent".

Suatu saat ketika Ciputra menjadi salah satu pembicara pada acara kantor lama saya, dia bertanya "Menurut anda, mana proyek properti saya yang paling berhasil ?", ketika hadirin sibuk menyebutkan nama-nama proyek yang pernah ditangani beliau, dengan tenangnya Ciputra mengatakan "Proyek terbaik saya adalah yang saat ini sedang akan saya kerjakan". Hemm di usia beliau yang saat itu sudah melewati 80 tahun, kata-katanya kuat menancap dalam benak saya.  

Salah satu atasan saya, selalu memelihara rasa lapar tersebut meski usianya sudah menjelang masa pensiun, tidak pernah ada kata cukup, namun harus terus meningkat dari waktu ke waktu. Saat meeting aura "pantang menyerah" memenuhi ruangan dan menular pada setiap anggota team. Seperti biasa beliau tidak pernah mau mendengar alasan, dan lebih senang menyalahkan diri sendiri daripada hal-hal diluar dirinya. 

Beralih ke musik, ada istilah "one hit maker", sukses membuat satu atau sangat sedikit lagu, mendadak terkenal dan lalu menghilang. Di Indonesia misalnya Budi dengan lagu "Doremi", atau almarhum Alda dengan "Aku Tak Biasa" serta Fryda dengan "Segala Rasa Cinta". Namun ada juga yang bertahan dengan beberapa album seperti band rock legendaris Pink Floyd, sukses dengan "The Dark Side of The Moon", lalu "Wish You Were Here", lanjut ke "Animal", dan meraih puncak di "The Wall" serta mulai menurun di "The Final Cut" lalu tiga album sesudahnya tak pernah lagi sekelas dengan album-album tersebut. 

Namun sebaliknya Dream Theater, sejak album kedua, boleh dibilang hanya sedikit menurun di "Six Degrees of Inner Turbulence", selebihnya selama lebih dari 20 tahun berkarya sampai 2013 mereka merilis 10 album berkelas, yang tak mungkin dilakukan kalau mereka tidak memiliki rasa lapar untuk terus menghasilkan yang terbaik. 

Mari kita memelihara rasa lapar dalam diri kita, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Nabi, "bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”. Berikut beberapa contoh, bagaimana sosok-sosok dibawah ini menjadi inspirasi, bagi generasi yang lebih muda. 


Bernard Hopkins - mengalahkan Jean Pascal da­lam perebutan gelar kelas berat ringan WBC saat berusia 46 tahun.
Kazuyoshi Miura - masih memperpanjang kontrak di Yokohama FC saat usia 47 tahun.
Katsusuke Yanagisawa - mendaki Everest saat 71 tahun.
Charin Yuthasastrkosol - masih menari balet saat 71 tahun.  
Pramoedya Ananta Toer - masih menyelesaikan novel terakhirnya saat usia 80 tahun. 
Rosihan Anwar - masih terus menulis menjelang 88 tahun. 
Dimitrion Yordanidis - masih mengikuti maraton 42 km saat 98 tahun. 
Estrid Geertsen - masih terjun payung meski sudah berusia 100 tahun. 


No comments: