Besok 1 Mei 2013 atau biasa disebut Mayday, lagi2 Jakarta disibukkan oleh aksi buruh, hemm sebenar-nya ini sesuatu yang benar atau tidak sih ? Bagi saya pribadi situasi seperti ini cukup membuat kesulitan sendiri seperti macet-nya jalan, resiko ditunggangi pihak2 tertentu, belum lagi di beberapa lokasi buruh yang sebenarnya lebih senang bekerja dipaksa ikut dan bahkan kadang diancam untuk ikut. Jika melihat cara2 seperti ini, bias jadi sebagian besar buruh sebenar-nya tidak mau ikut namun karena peer pressure akhirnya terpaksa ikut. Resiko investasi di Indonesia menjadi tinggi karena ini. Itu juga mungkin sebab-nya Thailand, China, atau bahkan Vietnam Negara yang jauh lebih muda dari Indonesia lebih menarik bagi investor.
Tidak tanggung2 dalam demo ini, lokasi yang akan disasar antara lain Istana Negara, Istana Wakil Presiden, Bundaran HI, Gedung MPR/DPR, Kawasan Senayan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Gedung KPK, Kejaksaan Agung, Gedung Jamsostek, Balaikota DKI Jakarta, Gedung MK, dan Mabes Polri. Diduga akan akan sekitar 2500 bus yang digunakan untuk demo ini. Dalam beberapa demo buruh yang terjadi, pernah juga jalan tol Jakarta - Bandung via Cikampek diblokir, sehingga banyak orang yang bertujuan ke Bandung terpaksa mencari jalan memutar. Bukan cuma sekali namun bahkan berkali-kali. Akibatnya terjadi antrian belasan kilometer, padahal mungkin dalam antrian kendaraan ada ambulans, orang2 yang punya kepentingan khusus, atau bahkan orang2 yang kesakitan menahan hajat misalnya dan lain lain.
Dalam salah satu rapat persiapan demonstrasi seperti ini yang kebetulan saya saksikan sendiri, mereka bahkan biasa mengorbankan benda tertentu agar demonstrasi lebih memberikan efek. Misal-nya membakar mobil dan lain lain, dalam beberapa kejadian bahkan konon kabarnya satu atau lebih orang diset sebagai martir, untuk lebih menggelorakan perlawanan. Silahkan lihat link http://hipohan.blogspot.com/2013/03/perencanaan-yang-baik-adalah-separuh.html yang menggambarkan bagaimana demo diimplementasikan. Saya sendiri termasuk yang tidak yakin apakah aktivis gerakan2 seperti ini juga merupakan bagian dari buruh, atau lebih ke penggerak yang mendapatkan rejeki dari kepentingan2 elit politis tertentu. Bagaimanapun suara buruh termasuk cukup signifikan sebagai "vote getter".
Tidak ada yang memaksa seseorang untuk menjadi buruh. Di lain pihak ada banyak hal yang bisa kita pilih lapangan pekerjaan, seperti kata Robert Kiyosaki dalam kuadran-nya, pilihan tersebut bisa karyawan, bisa profesional, bisa sebagai enterpreneur dan bisa juga menjadi investor. Dalam hal ini dibanding buruh yang senang-nya demo dan menganggu kepentingan orang lain, saya justru lebih kagum pada penjual koran misalnya, atau bahkan tambal ban di pinggir jalan, mereka mencari rejeki secara halal dan tidak merugikan orang lain. Banyak pengusaha seperti warung tegal bahkan mampu memberi kehidupan bagi orang lain.
Ada banyak profesi lain, seperti penjual buah, penjual kue, tukang cukur, penjual pulsa, penjual HP bekas, penjual pulsa, penjual bunga, penjual buku bekas, penjual minuman, supir, broker mobil bekas, pengelola sampah, tukang bangunan, tukang cukur keliling, karyawan toko, petani, nelayan, pembuat kue, perajin, montir, penjahit, dll. Anda bahkan bisa menuliskan ratusan profesi lagi selain contoh yang saya sebutkan diatas.
Kita mungkin masih ingat nenek Yati, pemulung berusia 65 tahun, yang berkorban dua ekor kambing. Disaat orang lain mungkin merencanakan aksi2 buruh, Nenek Yati malah memilih fokus pada kerjaan-nya, namun tetap dapat peduli pada sesamanya. Dan ajaib-nya Nenek Yati untuk kedua kambing itu rela menabung tiga tahun sedikit demi sedikit demi obsesi-nya membantu sesama. Dari orang2 seperti Nenek Yati ini kita bisa belajar, menjadi berarti bagi sesama dan bukan justru mengganggu.
Selain nenek Yati, kita juga harus belajar dari seorang Nuryati Solapari (entah kenapa nama-nya mengandung "yati" juga) seorang lulusan SMA yang memilih bekerja menjadi TKI di Arab Saudi untuk mengumpulkan biaya kuliah. Lalu pulang dan melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Sultan Ageng Tirtayasa, dan setelah lulus kemudian meraih master di bidang hukum dari Universitas Jayabaya. Wanita peraih "Migrant Worker Award 2010" ini berencana mengambil program doktor di Universitas Padjajaran dan saat ini beliau berprofesi sebagai dosen di almamater-nya. Luar biasa, daripada sibuk demo sana sini meminta semua pihak harus mendengar tuntutan kita, Nuryati memilih untuk fokus pada cita2nya sekaligus memilih untuk merubah nasib-nya yang dimulai dari diri sendiri.
Akhir kata, menjadi buruh atau tidak menjadi buruh adalah pilihan, jadi jika sesuai maka terimalah, namun jika dirasa tidak sesuai, maka tinggalkanlah. Allah memberikan begitu banyak rejeki yang ditebarkan di muka bumi, jangankan kita manusia, bahkan seekor nyamuk atau semut pun rejeki-nya sudah di jamin oleh Allah. Selama kita mau berusaha dan bekerja keras.
No comments:
Post a Comment