Tak lama saat kami pindah ke Bandung dari Babat, Asikin pun muncul dengan segenap kerinduannya di rumah kontrakan kami di daerah Nilem, Buah Batu, Bandung. Asikin datang terhuyung2 membawa ransel besar militer yang padat dan gemuk. Saat tas tersebut dibuka, isinya ternyata aneka oleh2, mulai jagung goreng khas, telor asin, kacang sampai wingko babat yang tersohor itu.
Saat oleh – oleh kemudian digelar di meja, dan kakakku dan aku mencicipi dengan serunya, Asikin kemudian bercerita, bahwa dalam perjalanan Kereta Api ke Bandung tersebut, Asikin sempat berjuang keras untuk mempertahankan oleh – olehnya tersebut. Ternyata, dalam perjalanan, ada seorang yang berpakaian dinas tentara yang mengincar ransel Asikin. Tentara itu mungkin mengira bahwa tas itu berisikan barang berharga, apalagi melihat bentuknya yang padat berisi dan kehati - hatian Asikin dalam menjaga ranselnya.
Tentara itu dengan sigap kemudian mengaku bahwa ransel itu adalah ranselnya (karena kebetulan warnanya dan bahannya seperti yang dipunyai tentara). Asikin tentu saja mempertahankan tas tersebut dan menantang balik sang tentara untuk menyebutkan apa2 saja isi tas-nya. Sang tentara tersebut kemudian terdiam dan langsung ngeloyor pergi.
No comments:
Post a Comment