Jam 09:00 kami
memulai perjalanan ke Masjid Raya Al Mahsun, lagi-lagi sedang ada acara besar
dengan sound system yang diputar dengan volume kencang, membuat kami tidak
tahan berlama-lama disini. Masjid ini merupakan masjid yang biasa dipakai para
Sultan di Istana Maimun. Bentuknya indah sekaligus megah, kira-kira 400 meter
dari situ, terletak kawasan Istana Maimun.
Menurut berbagai informasi, Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan yang ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyid turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Sedangkan Istana Maimun, didesain oleh arsitek Italia dengan memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid dengan menghadap ke utara. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan.
Istananya
terlihat tidak terawat, dan menurut Bang Ernov semua orang yang bekerja disini
adalah kerabat kerajaan, mulai dari tukang parkir, petugas tiket masuk, sampai pemilik toko-toko di bagian dalam. Si
Bungsu menyewa baju-baju kerajaan Istana Maimun dan berpose di kursi kerjaaan.
Bang Ernov juga bilang saat ini keluarga kerajaan hidup dari bayang-bayang
masa lalu, meski dulu Sultan merupakan pemilik nyaris setengah Medan, namun
para keturunannya kesulitan untuk bisa meneruskan kejayaan tersebut.
Atas ide Bang
Ernov, mumpung masih sepi beliau menyarankan kami ke Lontong Kak Lin di depan
SMA Negeri 1 Medan. karena masih kenyang, kami hanya memesan dua porsi, yakni
Lontong Kuah dan Lontong Pecel. Disini juga bisa membeli bumbunya secara
terpisah, jika ingin memasak sendiri di rumah.
Lanjut ke Jalan
Mojopahit, istri belanja oleh-oleh Bika Ambon Zulaikha sekedarnya, dan lalu ke
Jalan Kruing untuk membeli Bolu Meranti. Anak-anak memilih ke taukoMedan di
Jalan Sisingamangaraja untuk membeli pernik-pernik anak muda Medan masa kini.
Dari sini kami
mengunjungi bibi saya, alias adik perempuan Ibu yakni Tante Suleha di Perum
Mandala, Jalan Kenari Raya, sekalian bersilaturrahim. Saya menjelaskan pada
anak-anak bagaimana bibi dulu yang selalu membelikan saya berbagai bacaan,
memberikan uang jajan saat saya masih kanak-kanak dan tinggal di Sibolga, dan
hal-hal lainnya.
Karena waktu yang
sangat terbatas dan pesawat yang akan terbang pada jam 15:50, Bang Ernov
sedikit mengebut, setelah sampai di Bandara, lalu kami mengucapkan terimakasih
banyak atas layanan Bang Ernov yang mengesankan. Kami akhirnya baru sempat makan siang di
Bandara Kuala Namu, dan sampai di Grogol Jakarta menjelang jam 22:00, lalu lanjut menyetir ke Bandung dan tiba di
rumah jam 01:00 dini hari tanggal 29 Desember 2016. Secara keseluruhan perjalanan ini tak kurang
mengesankan dibanding perjalanan kami sebelumnya, meski ketiga koper saya yang
menggunakan kunci TSA menunjukkan angka 0 semua, serta kunci cadangan koper
istri terlihat bekas upaya pemutusan dan juga Koper Si Bungsu yang terbuka, mengindikasikan
adanya upaya pembongkaran paksa oleh petugas bagasi.
Tak terasa
berakhirlah perjalanan kami dengan lokasi yang dikunjungi sebagai berikut;
Medan - Bandara Kuala Namu
Medan - Ucok Durian
Medan - Bolu Meranti
Medan - Bika Ambon
Medan - Mie Aceh Titi Bobrok
Medan – Lontong Kak Lin
Medan - Masjid Raya Al Mashun
Medan - taukoMedan
Medan – Istana Maimun
Siantar – Toko Oleh-oleh Paten
Danau Toba - Parapat
Danau Toba – Pelabuhan Ajibata
Samosir – Makam Batu Tua Raja Sidabutar
Samosir
- Kursi Batu Persidangan
Samosir – Patung Sigalegale
Samosir – Pelabuhan Tomok
Samosir – Pasar Souvenir Tomok
Simarjarunjung – Siantar Hotel
Simalungun
- Rumah Adat Bolon
Tongging - Air Terjun Sipiso Piso.
Dairi – Taman Simalem Resort
Berastagi – Pasar Buah
Berastagi - Sinabung
Berastagi - Rumah Gugung Tirto Meciho Tempat-tempat yang belum sempat kami kunjungi di Medan, antara lain Vihara Gunung Timur, Kuil Dewi Kwan Im, Kuil Shri Mariamman, Kesawan, Merdeka Walk, dan Post Office. Sedangkan tempat-tempat di Berastagi yang juga belum sempat dikunjungi adalah Pagoda Swedaghon, dan Taman Lumbini.
No comments:
Post a Comment