Mendarat di
Medan, saya sekeluarga terkagum kagum dengan Bandara Kuala Namu. Penampilannya
sudah setara dengan bandara-bandara di kota modern Asia, sepintas mengingatkan
saya akan bandara Suvarnabhumi di Bangkok, namun dalam ukuran yang lebih kecil.
Ruang tunggu dihiasi karpet tebal layaknya Changi di Singapore dan tata
letaknya sudah berkelas internasional. Bandara ini juga dilengkapi dengan kereta
khusus bandara yang sayangnya tidak sempat kami jajal karena sudah menggunakan
kendaraan carteran Toyota Avanza dari Aulia Tour Travel.
Kami segera
mengontak guide kami berikutnya yakni Bang Ernov. Usianya sudah sekitar 51 dan
bertampang keras dan garang namun ternyata berhati baik, dan sangat humoris. Sambil mengomel mengenai sebagian besar suku Batak
yang menurutnya sangat susah menaati aturan parkir bandara, kami langsung
menuju Medan. Karena kebetulan saya ingin bertemu dengan keponakan yang belasan
tahun sudah tidak bersua, maka Bang Ernov menyarankan untuk makan di sekitar
Kuala Namu saja. Dalam waktu singkat, kami bisa langsung akrab dengan Bang
Ernov karena beliau ternyata pernah menjadi supir angkutan kota trayek Bandung yakni jurusan Abdul
Muis – Dago selama setahun. Bukan cuma itu, beliau bahkan pernah menjadi supir bis trayek Medan - Jakarta, di paling tidak dua perusahaan, selain Harum dan juga Liberty (sempat berganti nama menjadi Medan Jaya), pantas saja penguasaan medan dan kendaraannya diatas rata-rata.
Maka sesuai saran
Bang Ernov kami memutuskan makan di Ayam Cindelaras, karena masuk ke Medan di
jam seperti itu menurut Bang Ernov bisa terjebak kemacetan luar biasa, apalagi
sedang banyak arus mudik Natal dan Tahun Baru. Untungnya sambal Cindelaras
cukup membetot lidah dan Ca Kangkungnya juga terasa enak. Setelah perut terisi
barulah kami atur rencana berikutnya.
Sambil jalan Bang
Ernov menjelaskan bagaimana cara mengingat plat nomor di Sumatera Utara dan
sekitarnya, yakni dengan menggunakan cara sebagai berikut;
BL (Aceh) Banyak Lembu
BK (Medan) Banyak Kasus
BA (Padang) Banyak Ajo
BM (Pekanbaru) Banyak Minyak
BB (Tapanuli Utara termasuk Samosir) Banyak
Babi
Kami sempat
melewati Polonia, yang kini terlihat rusak dan tidak terawat, terlihat juga
diskotik dan bar dikawasan tersebut yang kalau menurut Bang Ernov kini menjadi
salah satu sentra kehidupan malam, dengan musik Dung ! Dung !, hemm bisa jadi
yang dimaksud Bang Ernov adalah musik EDM.
Singkat kata, menurut Bang Ernov sebagian kawasan Polonia kini menjadi
tempat maksiat. Si Sulung yang beberapa tahun lalu sempat bertualang sendiri
dan transit di Polonia untuk lanjut menggunakan Susi Air menuju Padang
Sidempuan, sempat kaget melihat kondisi Polonia.
Saya lalu
berusaha menghubungi keponakan yakni Ramadhan Mohammad Irfan Pohan alias Aye untuk
bertemu di Ucok Durian. Makan disini cukup unik yakni dipilihkan oleh penjual,
lalu kami boleh menukarnya jika tidak manis tanpa harus membayar lagi. Sebagai tambahan, kami memesan Roti Cane,
Pancake Durian, dan Aye memesan Sate Padang. Setelah memuaskan rindu, kami lalu
berpisah dan kembali ke Grand Angkasa untuk beristirahat. Bang Ernov seperti
biasa selalu membuat kejutan dengan komentar loh kok hotel ini ganti nama menjadi Grand
Mercure, dan sempat membuat kami sedikit bingung apakah ini hotel yang sama dengan
Grand Angkasa atau tidak.
Link berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2016/12/jelajah-banda-aceh-dan-sumatera-utara_34.html
Link berikutnya http://hipohan.blogspot.co.id/2016/12/jelajah-banda-aceh-dan-sumatera-utara_34.html
No comments:
Post a Comment