Meski tadinya menahan diri untuk berkomentar, tapi kok rasanya jadi gatal kalau tidak membahas Sari Roti, namun tak ingin berpanjang-panjang, saya langsung saja ke bab kesimpulan sbb;
1. Seharusnya Sari Roti tidak bereaksi berlebihan dengan memberikan klarifikasi. Ini bukan sesuatu yang harus cepat direspon, apalagi jelas-jelas tulisan "gratis untuk mujahid" di gerobak, cuma tulisan spidol sederhana di kertas A4 (sama sekali bukan gaya formil/korporasi).
2. Kalaupun mau memberikan klarifikasi hindari redaksional ambigu seakan akan membenturkan bahwa 212 bukan NKRI/Bhinneka .
3. Namun kalau sudah kejadian seperti ini, justru inilah dan bukan point 1 di atas yang menjadi tantangan sebenarnya buat PR Sari Roti dengan cepat merespon situasi dengan klarifikasi lanjutan, dan permintaan maaf, agar justru tidak berlarut larut.
Saya tidak menyalahkan orang-orang yang memboikot karena hak masing-masing orang dalam merespon redaksional ambigu Sari Roti, namun juga tidak menyetujui adegan orang menginjak-nginjak roti yang jelas2 perbuatan dosa (dilarang dalam Islam).
No comments:
Post a Comment