Suatu saat adik ibu paling kecil sedang ada tugas terkait proyek studi kelayakan jalur Kereta Api di Sumatera Utara, Karena kantor pusat PT KAI ada di Bandung, maka beliau yang nota bene tinggal di Medan sebagai salah satu staff pengajar di USU (Universitas Sumater Utara), memutuskan berangkat sendirian ke Bandung mewakili USU untuk memastikan proyek ini dapat dijalankan sebaik-baiknya. Karena proposal-nya ternyata harus berubah beberapa kali, maka beliau memutuskan untuk mengontak aku yang saat ini baru tingkat dua dan sedang bekerja (sambil kuliah) di sebuah proyek pembuatan sistem informasi di salah satu perusahaan perkebunan terbesar di Jawa Barat.
Singkat kata selama beliau mengerjakan proyek tsb, aku dan salah satu sahabatku diminta menjadi asisten beliau untuk membantu menyiapkan tabel2 yang diperlukan, gambar, penjilidan, peng”copy”an dan lain lain, akhirnya setelah berubah berkali kali, maka dokumen tersebut dapat kami selesaikan tepatnya di hari Minggu, karena besoknya harus sudah diserahkan ke PT KAI. Paman kemudian minta agar dokumen tersebut selesai di copy lalu dijilid lantas diserahkan ke hotel dimana beliau menginap.
Saat itu tempat foto copy yang buka di hari libur nyaris tidak ada, akhirnya setelah tanya sana sini, aku dan sahabatku menemukan tempat dimaksud di jalan Kebon Bibit, dan langsung melakukan penggandaan dokumen. Sayang-nya operator jilid tidak masuk pada hari itu, dan tidak satupun petugas yang ada disana mampu melakukan penjilidan. Meski demikian karena menganggap apa yang kami lakukan sudah luar biasa apalagi sudah mengerahkan energi sampai jauh malam, maka aku dengan kepala tegak kembali ke hotel serta konfirmasi progress tersebut pada Paman, sambil berharap Paman memuji apa yang sudah kami lakukan.
Ternyata reaksi Paman, sangat diluar dugaan, yang jelas Paman kecewa dengan hasil foto copy tanpa penjilidan, dan sama sekali tidak bisa menerima alasan kami soal tidak adanya operator jilid. Dan dengan tegas Paman memutuskan untuk bersama sama kami kembali ke tempat penjilidan meski sudah hampir tengah malam dengan si putih vw variant 1968 ku. Disana sesuai dengan apa yang kami ceritakan pada Paman, petugas di tempat foto copy menyatakan hal yang sama bahwa tidak ada petugas yang bisa melakukan penjilidan dan operator jilid hari itu tidak masuk. Tetapi Paman malah minta ditunjukkan ruangan penjilidan dan minta izin untuk melakukan-nya sendiri, lalu kami dipersilahkan menaiki tangga yang nyaris vertikal ke loteng.
Disana, ditengah tengah tumpukan buku dan dokumen di ruangan yang sangat sempit dan pengap Paman merenung sebentar lalu melakukan test untuk memastikan cara kerja mesin penjilid, setelah beberapa percobaan berhasil, tanpa ragu Paman langsung mencoba dengan laporan yang sebenarnya. Malam itu juga, kami berhasil menjilid semua dokumen yang diperlukan. Dan keesokan paginya Paman menyerahkan dokumen tsb ke PT KAI, dan dapat kembali ke Medan pada hari itu juga.
Aku merasa sangat malu dengan apa yang sudah kulakukan, dan malam itu aku berjanji untuk mengingat ini selalu, sehingga dapat menjadi motivasi untuk selalu berupaya menghasilkan yang terbaik dengan usaha semaksimal mungkin. Istilah internasional untuk effort seperti inilah yang dinamakan "extra miles", dan orang2 yang memiliki karakter seperti inilah yang umumnya dapat meraih sukses.
No comments:
Post a Comment