Menonton film ini jadi ingat ungkapan khas kritikus bagi film2 yang diadaptasi dari buku, ataupun dalam kasus ini tepatnya komik Tintin buatan Herge. Intinya adalah jangan pernah membandingkan karya buku / komik dengan film-nya, karena selalu ada deviasi antara keduanya. Jika sepakat soal ini barulah kita bisa dengan “netral” melihat film ini sebagaimana adanya dan sebagai karya seni yang berdiri sendiri.
Tentu tidak mudah bagi Spielberg menciptakan karakter tiga dimensi dari tokoh2nya begitu juga suara para tokoh sebagaimana Haddock yang dalam film sangat kuat aksen “r”-nya. Selain itu dari sisi cerita juga dicampur adukkan nya tokoh Sakharine dengan keturunan Rackham Merah dan justru menghilangkan Max bersaudara sebagai pemilik Marlinspike. Mengubah Marlisnpike jadi lebih mirip rumah hantu serta menjadikan bulu Snowy menjadi putih kotor. Sudah begitu ceritanya juga dicampur adukkan antara Rahasia Kapal Unicorn dan Kepiting Bercapit emas dan Harta Karun Rackham Merah.
Meski banyak deviasi, akan tetapi sebagai sebuah karya film, ceritanya sendiri menarik dan seru, kecuali adegan dimana Tintin berusaha dan rebutan dengan seekor burung elang peliharaan Sakharine di kawasan Maroko, yang berusaha mengambil ketiga perkamen / naskah tua yang tadinya tersimpan selama beratus tahun dalam tiang utama miniatur kapal unicorn. Adegan ini menurut saya terkesan sangat kartun dan “lebay”.
Adegan awal saat title bermunculan dibuat secara serius dengan model siluet, begitu serius-nya adegan pembuka ini sehingga layak dapat penilaian sendiri, dan mengingatkan saya akan film2 James Bond yang adegan pembukanya selalu di buat dengan sangat serius. Adegan setelah title juga memunculkan sosok Georges Remi secara cameo yang digambarkan sebagai pelukis di pasar barang antik dan sedang melukis Tintin. Sosoknya juga sempat muncul saat adegan menangkap burung kuning kecil saat salah satu figuran pingsan.
Adegan akhir, memberi pesan bahwa petualangan ini masih akan berlanjut, tentu saja penggemar Tintin masih akan menunggu sosok Prof. Cuthbert Calculus (atau Lakmus), salah satu tokoh legendaris dalam komik Tintin. Sepertinya tokoh ini akan muncul dalam petualangan berikutnya dimana Tintin dan kawan kawan berpetualang ke lokasi tenggelam-nya Kapal Unicorn. Saya pribadi sangat penasaran dengan bagaiman cara Spielberg membagi cerita selanjutnya, misal apakah Harta Karun Rackham Merah akan digabung dengan cerita lain ? apakah penerbangan 714 akan difilmkan ? atau bisa saja perjalanan ke Bulan diubah menjadi perjalanan ke Mars (karena petualangan ke Bulan saat ini bukan lagi menjadi sesuatu yang baru).
Sisi lain yang cukup menarik adalah justru Spielberg yang keturunan Yahudi yang memfilmkan karya Herge yang dulu sempat dapat julukan “Anti Semit”. Akhir kata film ini sangat layak ditonton dengan satu syarat (hanya buat penggemar komik-nya) sebagaimana yang saya jelaskan diatas, yaitu dengan menganggap karya ini sebagai film yang mandiri.
Tentu tidak mudah bagi Spielberg menciptakan karakter tiga dimensi dari tokoh2nya begitu juga suara para tokoh sebagaimana Haddock yang dalam film sangat kuat aksen “r”-nya. Selain itu dari sisi cerita juga dicampur adukkan nya tokoh Sakharine dengan keturunan Rackham Merah dan justru menghilangkan Max bersaudara sebagai pemilik Marlinspike. Mengubah Marlisnpike jadi lebih mirip rumah hantu serta menjadikan bulu Snowy menjadi putih kotor. Sudah begitu ceritanya juga dicampur adukkan antara Rahasia Kapal Unicorn dan Kepiting Bercapit emas dan Harta Karun Rackham Merah.
Meski banyak deviasi, akan tetapi sebagai sebuah karya film, ceritanya sendiri menarik dan seru, kecuali adegan dimana Tintin berusaha dan rebutan dengan seekor burung elang peliharaan Sakharine di kawasan Maroko, yang berusaha mengambil ketiga perkamen / naskah tua yang tadinya tersimpan selama beratus tahun dalam tiang utama miniatur kapal unicorn. Adegan ini menurut saya terkesan sangat kartun dan “lebay”.
Adegan awal saat title bermunculan dibuat secara serius dengan model siluet, begitu serius-nya adegan pembuka ini sehingga layak dapat penilaian sendiri, dan mengingatkan saya akan film2 James Bond yang adegan pembukanya selalu di buat dengan sangat serius. Adegan setelah title juga memunculkan sosok Georges Remi secara cameo yang digambarkan sebagai pelukis di pasar barang antik dan sedang melukis Tintin. Sosoknya juga sempat muncul saat adegan menangkap burung kuning kecil saat salah satu figuran pingsan.
Adegan akhir, memberi pesan bahwa petualangan ini masih akan berlanjut, tentu saja penggemar Tintin masih akan menunggu sosok Prof. Cuthbert Calculus (atau Lakmus), salah satu tokoh legendaris dalam komik Tintin. Sepertinya tokoh ini akan muncul dalam petualangan berikutnya dimana Tintin dan kawan kawan berpetualang ke lokasi tenggelam-nya Kapal Unicorn. Saya pribadi sangat penasaran dengan bagaiman cara Spielberg membagi cerita selanjutnya, misal apakah Harta Karun Rackham Merah akan digabung dengan cerita lain ? apakah penerbangan 714 akan difilmkan ? atau bisa saja perjalanan ke Bulan diubah menjadi perjalanan ke Mars (karena petualangan ke Bulan saat ini bukan lagi menjadi sesuatu yang baru).
Sisi lain yang cukup menarik adalah justru Spielberg yang keturunan Yahudi yang memfilmkan karya Herge yang dulu sempat dapat julukan “Anti Semit”. Akhir kata film ini sangat layak ditonton dengan satu syarat (hanya buat penggemar komik-nya) sebagaimana yang saya jelaskan diatas, yaitu dengan menganggap karya ini sebagai film yang mandiri.
No comments:
Post a Comment