Bagaimana cara membedakan ketiga gunung ini ?, Gunung Lembu memiliki dua puncak yang merupakan pundak lembu dan kepala lembu, bagian yang menurun di antara kedua puncak ini dianggap sebagai leher, dan memiliki vegetasi lumayan lebat termasuk hutan bambu. Gunung Bongkok dan Gunung Parang nyaris tidak memiliki vegetasi, dan khusus Gunung Parang puncaknya membulat ketimbang Gunung Bongkok. Gunung Bongkok dan Parang berdekatan sementara Gunung Lembu agak terpisah sendiri dan lebih dekat ke danau.
Saat mengitari Gunung Parang, nampak sebuah hotel kapsul menggantung di ketinggian. Sofyan cerita, hotel kapsul yang ternyata masih 1 unit ini (meski penampakan yang beredar di sosmed lebih dari satu), kurang diminati, karena harganya yang cukup mahal. Lagipula tidak bisa hanya sekedar memiliki uang untuk menginap disini namun juga harus memiliki keberanian.
Jalan yang ditempuh benar-benar asik, berkelok kelok dan mengitari gunung yang seakan-akan dipahat dari Batu, juga batu-batu besar yang sepertinya begitu saja dilemparkan dari langit dan mendarat seeenaknya di mana-mana. Kami menanjak terus melewati ladang, persawahan, turun naik, sampai akhirnya melewati portal bambu penduduk setempat. Sofyan menjelaskan bahwa kebanyakan profesi lelaki di pedesaan sini adalah sebagai tukang bangunan di kota-kota terdekat seperti Bekasi, Jakarta dan Bandung. Mungkin ini sebabnya rumah2 disini terlihat rapi dan relatif bagus untuk ukuran pedesaan.
Kalau dilihat sepintas kita mengira jembatan ini adalah jalan untuk menuju gunung, sebenarnya tidak, rangkaian jembatan bambu ini hanya untuk memudahkan kita mendaki spot-spot menarik disekitar pegunungan. Kalau anda dapat memilih sudut yang pas, akan bisa dihasilkan foto-foto dengan kesan jembatan ini memang jalan menuju ke puncak. Namun hati-hati jika bobot anda lumayan, dibeberapa tempat potongan bambunya sudah mulai ada yang pecah. Untuk lingkungan luar, umur bambu hanya 2 tahun, sedangkan dalam kondisi tidak terpapar matahari dan hujan bisa mencapai 4 sd 10 tahun.
Dari titik tertinggi terbentang Danau Jatiluhur lengkap dengan ratusan keramba ikannya terlihat di kejauhan. Nampak seekor lutung di salah satu pucuk pohon tertinggi, berayun ayun ditiup angin. Hemm menarik juga lokasi ini, apalagi kalau mengetahui bahwa semua ini adalah swadaya masyarakat setempat yang dimotori tokoh setempat alias Pak Zainal, hanya dengan bahan ala kadarnya, bambu dan tali sabut kelapa, serta tekad yang kuat memajukan desanya. Lokasi ini juga lebih memungkinkan bagi keluarga dengan anak-anak yang masih kecil. Namun sebaiknya harus tetap memperhatikan faktor keamanan, jangan sampai enak dilihat namun berbahaya saat digunakan.
Pak Zainal dan masyarakat desa sendiri berharap nantinya jembatan bambu ini akan saling sambung menyambung mengelilingi Gunung Parang dan memerlukan waktu satu jam untuk berjalan dari ujung ke ujung. Dan mereka berkomitmen untuk menjaga dan merawat jembatan ini agar tetap aman bagi pengunjung. Tak aneh masyarakat disini sempat dipuji Bupati, karena dinilai mampu menjadi contoh dengan swadaya, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Sekitar jam 17:00 saya dan istri diskusi selanjutnya kemana, kembali ke Bandung sepertinya agak beresiko karena sudah menjelang malam, tapi kalau menginap, kami juga asing dengan daerah ini. Kami diskusi dengan Ibar dan Sofyan, eh ternyata mereka merupakan team Kang Baban, dan serta merta menawarkan menginap di salah satu pondok di kaki Gunung Parang.
Selanjutnya ke link https://hipohan.blogspot.com/2019/01/jalan-jalan-ke-gunung-lembu-part-4-dari.html
No comments:
Post a Comment