Sunday, February 24, 2019

Maryam Menggugat – Maulana M. Syuhada

“Hendaknya kamu selalu jujur,
 karena kejujuran itu akan membaca kepada kebaikan.
 dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” 

(HR. Bukhari dan Muslim)


Seperti biasa, saya sering menjelajahi rak buku diskon di Togamas Bandung. Kali ini mata saya tertumbuk pada sebuah buku yang rasanya memiliki nama pengarang yang cukup familiar, akhirnya saya ingat pernah membaca salah satu buku beliau, yakni 40 Days in Europe, mengenai kisah sekelompok siswa yang melakukan tur angklung keliling dunia dengan dana pas-pasan. 
Tak ayal buku ini langsung saya boyong ke rumah, meski penampilannya sudah cukup kumal, kuning dan berdebu. Covernya seorang wanita berjilbab merah dengan wajah sendu. Buku apakah ini gerangan ? ternyata menceritakan perjuangan sang pengarang dalam melawan kampanye “savemaryam” oleh sebuah yayasan Inggris bernama Mercy Mission yang dinilai oleh pengarang bekerja dengan mengabaikan prinsip-prinsip Islam seperti kejujuran. 




Lewat riset yang cukup mendalam disela-sela waktu kuliah yang padat dalam menyelesaikan PhD di Lancaster, Maulana berhasil memberikan perlawanan yang cukup keras pada Mercy Mission, termasuk dalam bentuk tulisan ataupun debat secara langsung. Setelah berjuang, akhirnya buku yang kata pengantarnya ditulis Prof DR. Miftah Faridl setebal 217 halaman ini selesai juga dan diterbitkan Januari 2013. 

Bagi Maulana, Mercy Mission dengan inisiator Thawfique Chowdury yang berasal dari Pakistan, melakukan kampanye dan juga penggalangan dana, dengan melebih-lebihkan kondisi di Indonesia. Dimana dalam kampanye mereka disebutkan bahwa terjadi krisis kepercayaan terhadap Islam dengan menggunakan daerah sampel di Bekasi berdasarkan laporan ICG. Secara umum, bagi Maulana kampanye Mercy Mission ini dapat menjadi bahan bakar yang menyebabkan keresahan dan sekaligus ancaman pada kerukunan beragama di Indonesia.

Ada apa dengan Bekasi ?, sesuai laporan ICG, pada tahun-tahun tersebut memang terjadi situasi yang cukup hangat, terkait dengan perkembangan Bekasi sebagai satelit baru Jakarta. Pada saat itu kebetulan terjadi perpindahan besar-besaran salah satu suku di Indonesia yang kebetulan keyakinannya berbeda dengan mayoritas keyakinan penduduk asli Bekasi. Situasi ini menyebabkan munculnya kasus-kasus seperti kesulitan pendirian rumah ibadah dan lain-lain yang akhirnya menghangatkan situasi. Perkembangan jumlah minoritas ini (yang diakibatkan perpindahan dan bukan karena konversi keyakinan), yang sepertinya secara “salah” dibaca oleh Mercy Mission, dan lantas menjadikan ini sebagai bahan bakar untuk memicu sentimen agama dan digunakan untuk menggalang donasi secara besar-besaran.   

Secara umum, Maulana menyimpulkan kampanya “savemaryam” dari Mercy Mission sbb;


  • Hitungan yang tak jelas dasarnya dengan melebih2kan jumlah umat yang konversi keyakinan sebesar 2 juta per tahun. Faktanya dari tahun ketahun, jumlah umat Islam relatif stagnan, misalnya 1971 (87,51%), 1980 (87,94%), 1990 (87,21%), 2000 (88,22%) dan 2010 (87,18%)
  • Pemaparan trik2 ilegal yg dilakukan Mercy Mission baik dalam laporan maupun video untuk memanipulasi.
  • Penjelasan dari sisi agama, bahwa penghalalan segala cara (eg. manipulasi angka) untuk tujuan dakwah adalah salah (bathil).
  • Efek sosiologis dan potensi konflik antar umat beragama yg berpotensi terjadi akibat kampanye “savemaryam”, baik ketegangan antara kaum beragama, pemberian justifikasi kepada kelompok Islam garis keras untuk melakukan kekerasan kepada umat non Islam, termasuk radikalisasi.


Disamping hal2 diatas, kampanye “savemaryam” yang bertujuan menghimpun dana inipun tak jelas pertanggung jawaban pengelolaannya. Begitu juga dengan target2nya seperti membuat tv yang menjadi wadah bagi kelompok pemuda. Saat pengarang kembali ke Indonesia, apakah perjuanggannya selesai ? ternyata tidak, Maulana sempat terlibat membantu Daarut Tauhid untuk menjelaskan latar belakang Mercy Mission, dan berhasil menggagalkan rencana mereka bekerja sama dengan KH Abdullah Gymnastiar. 

Secara keseluruhan, buku ini enak dibaca, dan plotnya mengalir secara lancar, juga menambah pengetahuan kita akan berbagai pola dan metode organisasi dengan alasan kemanusiaan tak seluruhnya dijalankan dengan profesional dan juga menggunakan data yang benar. Buku ini juga mengingatkan kita perlunya ketelitian dalam memahami berita ketimbang langsung forward sana sini. 


No comments: