Wednesday, July 10, 2013

Cracking Zone - Rhenald Kasali

Hemm aneh juga judul buku ini dan perlu waktu untuk memahami apa yang dimaksud Kasali dalam buku ke 19-nya ini. Alih2 menggunakan terminologi umum, Kasali sepertinya membuat istilah sendiri, bagi saya crackers yang dimaksud Kasali adalah pelaku Blue Ocean. Meski untuk istilah crackers menurut saya kurang populer namun istilah layanan freemium, yang juga baru pertama saya baca di buku ini, yakni mendekati gratis namun dengan kualitas premium sepertinya menarik untuk digunakan.  

Sebagaimana buku2 beliau yang lain, buku ini pun memuat kandungan informasi yang padat dan foto2, grafik pendukung yang luar biasa. Style penulisan-nya yang seperti majalah, dimana ada banyak artikel paralel dalam bab yang sama menyebabkan kita terpaksa multitasking plus loncat2 dalam mencerna-nya. Kasali terlihat lebih senang menulis dengan orientasi action dibanding theory, itu sebabnya sangat banyak contoh kasus dalam buku-nya.

Kasali juga melibatkan team, dan bahkan putra-nya sendiri khusus untuk fotografi. Kasali juga banyak sekali mengangkat tokoh lokal dalam buku ini, seperti Panji Pragiwaksono, Hasnul Suhaimi, Gamal - Audrey, bahkan juga Kangen Band serta Mudhofir Aulia penjual jimat dari Yogya.



Beberapa hal menarik seperti Formula 123-nya Hasnul Suhaimi yakni bersatu (1) untuk menjadi no dua (2) dalam tiga (3) tahun dijelaskan secara menarik dengan penggunaan kuadran ala Gartner. Dengan mudah kita lihat posisi XL mengarah ke kuadran 4 dan menjadi satu2nya pemain dalam tiga tahun sejak Hasnul bergabung.

Untuk dapat terlibat dalam perubahan Hasnul juga menyediakan 2 sd 3 jam per hari untuk berkomunikasi via email dengan karyawan sehingga dapat menangkap ide secara langsung selain menulis blog. Lalu melakukan penggabungan empat produk sehingga tidak ada persaingan internal dan dapat memberikan ruang gerak terhadap budget marketing

Lalu dibentuk team khusus yang dinamakan dengan Blue Thunder (yang dengan iseng disingkat salah satu member-nya sebagai BeTe), dan diikat dengan perjanjian untuk merahasiakan strategi perusahaan, serta dibebaskan dari pekerjaan rutin selama waktu tertentu. Dari situlah muncul Rp 1/Detik, yang jika diterapkan dengan manajemen waktu sibuk,antar XL saja, berlaku secara bertahap sesuai geografi (desa mengepung kota alias bubur panas), serta berlaku setelah dua menit pertama dapat memberikan akselerasi bagi XL masuk ke kuadran 4, lalu selebihnya adalah sejarah. 

Apa kunci keberhasilan Hasnul, sebagai crackers, dia cukup bertanggung jawab ke satu orang, lalu semua orang yang persis dibawah dia bertanggung jawab hanya ke Hasnul. Saat Dato Jusuf komisaris TM mengumpulkan semua direksi XL, dia berkata "Hasnul jadi pemimpin disini, semua orang go with him, kalau tidak cocok dengan Hasnul, dia akan mengambil tindakan tegas pada anda, kalau Hasnul tidak menindak, saya yang akan melakukan". 

Bagi Rhenald, mendapatkan kepercayaan dari owner adalah separuh dari kesuksesan, dan Hasnul menganalogikan-nya sebagai bersandar pada dinding yang kuat dalam tulisan beliau di blog-nya. Jika ini tidak di-dapatkan maka lebih baik keluar dan mengurus usaha sendiri.

Laahhh kok jadi XL terus ?, sebagai contoh cracking, dunia persaingan bisnis telekomunikasi dalam buku ini sangat mendominasi dan diceritakan secara detail lengkap dengan wawancara beserta pelaku yang mendominasi. Bukan cuma strategi perang tarif tapi juga perang dalam metodologi beriklan. Sepertinya memang ini salah satu crackers versi Kasali yang data pendukung-nya lengkap dan Hasnul memang diwawancarai secara langsung. Namun jangan lupa, Hasnul dan team pun belajar dari Ryan Air, pelopor low cost carrier yang berhasil melawan British Airways dengan teknik pesawat kembar, internet marketing, kursi mini, tanpa makan dan tanpa VIP lounge, frekuensi terbang tinggi, waktu ground rendah, dan iklan nyleneh dll.

Meski ada cracker lain seperti Tirto Utomo penemu Aqua, atau Sutjipto Sosrodjojo penemu Teh Botol, namun mungkin Hasnul dimata Kasali lebih memenuhi untuk ditampilkan. Kalau pertimbangan-nya generasi, sebenarnya Rusdi Kirana pelopor low cost carrier di Indonesia menurut saya juga cocok untuk dijadikan salah satu ikon selain Emirsyah Satar dari Garuda, dan Purnomo Prawiro dari Blue Bird. 

Kerjasama dengan musuh merupakan salah satu contoh menarik dalam buku ini, saat panggung Ancol menjadi sepi karena TV menyelenggarakan konser di lokasi sendiri dan menjadi kompetitor, Dirut Ancol memilih kolaborasi dang menawarkan space yang lebih luas, panggung yang lebih megah.

Akhirnya buku yang nangkring 2 tahun lebih di rak koleksi saya ini dibaca juga, dan apa yang ditulis Kasali masih sangat relevan, dan sangat banyak ide yang bisa diserap, serta dapat memicu kita menjadi crackers yang sebenarnya di cracking zone.


 

No comments: