Monday, July 22, 2013

The Forgotten Massacre - Peer Holm Jorgensen

Buku ini serba tanggung, mau cerita suka duka ABK asal Denmark bernama Kasper atau mau lebih ke fokus ke peristiwa G30S ? Sebenarnya kalau saja Peer Holm Jorgensen lebih fokus ke analisa-nya tentang keterlibatan CIA dalam peristiwa tsb, bisa jadi cerita-nya akan lebih menarik.

Paralelisme antara petualangan cinta Kasper serta petualangan dari pelabuhan ke pelabuhan rasanya tidak sebanding dengan bab2 tentang rencana CIA. Belum lagi beberapa fakta yang kurang pas, misalnya eksekusi Letkol Untung. Jorgensen juga tidak menulis tentang apa yang terjadi di kota, namun lebih di lokasi sekitar pelabuhan, seperti Tanjung Priok, Makassar, Padang, Tanjung Perak, dll.




Mengenai keterlibatan CIA, Jorgensen menulis, bahwa provokasi massa ala Marshall Green memang telah terjadi disini. Namun kalau kita melihat pola2 yang terjadi sampai saat ini, seperti kasus Suriah, atau Mesir kuat dugaan sepertinya CIA masih belum berhenti dan terus melakukan hal yang sama, dalam rangka membentuk pemerintahan yang kooperatif terhadap Amerika.

Namun hal yang menarik, Jorgensen cukup fair mengenai perilaku bangsa kulit putih. Dimata Jorgensen perilaku tsb digambarkan sbb "Apakah ujian kedewasaan kulit putih adalah kepergian mereka untuk membunuh orang lain ? Semakin banyak yang kau bunuh, semakin banyak tanah yang kau curi, semakin banyak orang yang kau tindas, dan semakin banyak orang yang kau paksa menerima standar2 mu, maka akan semakin dewasalah dirimu ?".
Perasaan simpati Jorgensen, bisa jadi karena saat WWII, Denmark juga merupakan sasaran pendudukan Jerman. Sejarah menunjukkan kepunahan bangsa Aztec, Indian, Aborigin, dan penjajahan terhadap India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Afrika semua merupakan "prestasi" kulit putih yang peninggalan-nya masih dapat kita lihat hingga kini.

Selain suasana pelabuhan, Jorgensen cerita tentang betapa petugas imigrasi dan pabean saat itu (dan mungkin saat ini juga) begitu mudah dilewati dengan suap benda tertentu seperti rokok, ataupun uang. Hemm sepertinya sejak dulu korupsi memang sudah mengakar di negara ini. Tidak tanggung2, jika orang yang lewat mengaku tidak membawa apapun, maka selain alas sepatu, petugas2 ini juga kadang memeriksa sampai ke anus (maaf) dengan menggunakan kondom.

Siapa Kasper ?, sebenarnya tidak jelas juga apakah ini tokoh nyata atau fiktif, namun sejarah hidupnya nyaris sama dengan Jorgensen sendiri. Bagi saya buku ini memberikan gambaran mengenai peristiwa G30S dari kaca mata seorang asing yang relatif netral. Mengenai keterlibatan CIA, Direktur CIA 1962-1967 di Asia Tenggara, saat diwawancarai tahun 1990  cuma mengatakan "Mungkin kami memang terlibat dalam peristiwa itu. Saya sudah lupa...".

Namun yang jelas dalam buku nan klimaksnya kurang terbangun ini, setelah jatuhnya Soekarno, maka investasi (atau lebih tepat "kolonialisme" gaya baru) Amerika dan sekutu-nya pun masuk kembali. Dalam hal ini Soeharto dan para pembantu-nya memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya terhadap eksploitasi kekayaan bangsa sampai saat ini, dan lalu tanah air yang kaya (meminjam istilah Koes Plus) ini melibatkan diri dalam hutang luar biasa besar dan menjadi beban bagi beberapa generasi berikutnya.

No comments: