Sunday, July 28, 2013

Kuantar ke Gerbang - Ramadhan KH

Saat keluar dari Sukamiskin, menjawab pertanyaan Direktur Penjara mengenai apakah Soekarno akan memulai hidup baru, Soekarno menjawab "Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang tetap sama".

Ibu-nya yang berasal dari Bali, Ayah-nya dari Jawa, istrinya yang berasal dari Sunda, kuliahnya di Bandung sampai meraih gelar Insinyur, pergaulan-nya yang luas dengan berbagai suku dan bahkan bangsa lain, kemampuan-nya dalam berbahasa asing serta kehebatan-nya dalam berorasi membuat Soekarno menjadi bintang-nya perlawanan terhadap imperialisme.

Meski sejak usia 15 tahun sudah menumpang tinggal di rumah tokoh PSI Tjokroaminoto, namun menurut Inggit perkenalan Soekarno dengan Islam terjadi di penjara Banceuy karena saat itu kombinasi kesendirian dalam penjara 1,5 x 2 meter, dan tanpa jendela dengan hanya berteman Al Quran, menyebabkan-nya lebih tekun mempelajari Islam. Beberapa tahun yang lalu saya masih melihat sel ini di Banceuy, namun tidak tahu sekarang apakah sel tersebut masih ada atau tidak.

Beranjak dewasa, Tjokroaminoto meminta tolong pada aktivis PSI di Bandung untuk mencari pondokan bagi Soekarno yang saat itu sudah menjadi menantu putri baliau yakni Utari untuk kuliah sebagai salah satu murid Teknik Sipil di THS Dago (skr ITB). Aktivis PSI tsb alias Haji Sanusi, merupakan suami dari Inggit Ganarsih. Selisih usia antara Inggit dan suami-nya serta Soekarno yang sering curhat, menyebabkan diantara mereka tumbuh benih2 cinta. Dilain pihak hubungan Soekarno dan Utari yang lebih seperti kakak adik tidak pernah berakhir serius.  Atas seizin Haji Sanusi yang akhirnya menceraikan Inggit dan Tjokroaminoto yang menerima permintaan cerai Soekarno dari Utari, maka Soekarno dan Inggit pun akhirnya menikah.

Ketika PNI yang di lahirkan Soekarno pecah saat dia berada dalam penjara, menjadi Partindo dan PNI Baru, Soekarno selepas keluar dari penjara diminta mendukung Partindo, namun apa jawab-nya ? Soekarno memilih tidak kemana-mana, namun ada dimana-mana, karena bagi beliau perpecahan inilah salah satu kelemahan yang terus menerus menyebabkan kesulitan bangsa Indonesia untuk maju. Sepertinya sikap ini  juga yang terus dipertahankan Soekarno saat era kejatuhan-nya, karena memberikan ruang gerak yang terlalu besar bagi sayap kiri.

Buku ini juga mengisahkan konflik yang terjadi antara Hatta dan Soekarno. Hatta bahkan sempat menyerang Soekarno lewat tulisan2nya. Jika Soekarno melakukan perlawanan dengan orasi disana sini serta memobilisasi massa, Hatta lebih suka melawan dengan pendidikan bagi pemuda bangsa.

Aktivitas Soekarno yang tak berkurang setelah keluar dari penjara membuat pemerintah Belanda tidak nyaman. Lalu Soekarno dibuang ke Ende selama 5 tahun. Soekarno berkebun dan lebih mendalami lagi Al Quran, serta bahkan sempat membuat kelompok sandiwara, dimana Soekarno memimpin-nya sekaligus sebagai sutradara. Pada masa2 sulit itu Inggit selalu menemani Soekarno. Pada saat Soekarno sakit malaria, Belanda mendapat tekanan dari mana2, sehingga Soekarno diasingkan ke Bengkulu.Ende cukup berkesan di hati Soekarno dan Inggit, apalagi karena Ibu Inggit dimakamkankan di sini.
 

Di Bengkulu Soekarno bahkan sempat merancang masjid. Tapi tidak dijelaskan apakah masjid tsb jadi berdiri. Lalu Soekarno bergabung dengan Muhammadiyah dan menjadi pengajar. Dia juga menjadi penulis lepas di beberapa majalah Islam.



Selain Ratna Djuami mereka memiliki dua anak angkat lain, yakni Kartika titipan seorang keturunan Jawa di Ende dan Fatma titipan petinggi Muhammadiyah di Bengkulu. Sewaktu Ratna Djuami sekolah di kota lain dengan diantar Inggit. Ketika kembali pulang Inggit merasa ada hal yang aneh dengan rumah mereka. Misalnya susunan kursi yang berubah demikian juga dengan tanaman.  Akhirnya misteri tersebut terbuka saat suatu malam Soekarno menyampaikan keinginan-nya memiliki anak kandung dan menikahi Fatma, sedangkan Inggit setelah pernikahan ke tiga mulai menyadari bahwa dirinya memang tak bisa memiliki keturunan.

Hubungan yang semakin dingin ini akhirnya memuncak saat 20 tahun usia pernikahan mereka. Sementara Soekarno masih terus menerus menjalin hubungan dengan Fatma di belakang Inggit. Sebagai orang Banjaran, pantang bagi Inggit dimadu, baginya perceraian adalah solusi yang lebih bisa diterima.

Ketika akhirnya Soekarno tetap memilih Fatma, maka Inggit pun mengibaratkan dirinya sebagai seseorang yang tak memilih jalan berbunga menuju istana, melainkan hanya mengantar Soekarno ke gerbang-nya saja. Rasanya ironi, buku ini dibuka dengan surat pernikahan mereka berdua dan ditutup dengan surat perceraian mereka berdua. Namun tanggal 7/2/1980 Ali Sadikin memrakarsai silaturahhmi antara keluarga Fatmawati dengan keluarga Inggit. Pada tanggal 12/4/1984, Inggit menghembuskan nafas terakhir dan kembali ke pangkuan Allah SWT.

No comments: