Membaca judul buku ini cukup geleng2 kepala, kok vulgar benar judul-nya ?. Itu juga yang disampaikan istri saat melihat buku ini tergeletak di meja kamar. Namun memang harus dipahami inilah gaya Ippho, alih2 menggunakan judul formil, dia lebih senang judul menarik.
Sebenarnya sih isi-nya oke, dan judul ini merupakan potongan dari kalimat lengkap-nya yakni "Marketing is Bullshit without Creativity". Sama seperti "10 Jurus Terlarang" atau "13 Wasiat Terlarang", penggunaan kata "terlarang", font dengan model yang biasa digunakan dalam poster film misteri ataupun angka 13, semuanya tak lain penerapan gaya marketing nyleneh-nya Ippho untuk memancing rasa penasaran pembaca.
Pada buku ini pembatas yang biasanya menggunakan potongan karton kecil bertali, oleh Ippho diganti jadi stiker, harga kurang lebih sama dan dapat ditempel sekaligus promosi kembali buku ini, hemm menarik juga. Jadi buku ini sekaligus merepresentasikan tips marketing yang dimaksud oleh Ippho.
Buku ini juga sekaligus menjelaskan positioning ketiga buku yang dibuat Ippho, yakni "MB" lebih ke pemasaran, "10JT" lebih ke persaingan dan "13WT" lebih ke penggunaan otak kanan dalam kehidupan. Dengan positioning ini pembaca jadi lebih jelas memilih buku yang sesuai atau malah jika ingin membaca dan memahami semuanya sekaligus.
Selain ide yang melimpah ruah, studi kasus dalam dan luar negeri, juga jangan lupa humor yang sangat kental dengan mudah kita temukan dalam buku ini. Buku ini terbagi menjadi 8 Bullshit, ehh maksud-nya 8 Bab, masalahnya Ippho memang tidak menggunakan istilah Bab, jadi deh saya ikut2an dengan istilah vulgar ini.
Bullshit #1 "Hoki itu kebetulan", dibantah oleh Ippho, yang penting adalah siap saat ada kesempatan, komunikasi berlapis, gunakan ide dari mana saja, hemat, hebat dan cepat serta pastikan tetap kratif.
Bullshit #2 "Terobosan adalah pemborosan", dibantah Ippho dengan cek ulang mana yang benar2 diperlukan, daur ulang jika perlu, pakai teknik barter, libatkan konsumen sebagai co-produser, harga pasti dan wajar, komunikasi dengan cara murah (misal internet).
Bullshit #3 "Terobosan bukan keharusan" dibantah Ippho dengan, penamaan yang memancing rasa ingin tahu, penyajian dengan cara berbeda, promosi dengan cara berbeda, eksploitasi internet, eksploitasi fad (turun-nya tren disambut tren baru seperti yang pernah dilakukan Nokia) serta eksploitasi budaya pop.
Bullshit #4 "Diferensiasi sukar untuk dikreasi" dibantah Ippho dengan superiority vs inferiority, software vs hardware, product vs experience serta place vs promo.
Bullshit #5 "Kegigihan adalah segala-galanya" dibantah Ippho dengan keyakinan dan bukan sekedar keinginan, kecerdikan dan bukan sekedar kegigihan, kenekatan dan bukan sekedar keberanian, persiapan dan bukan sekedar pelayanan, penghasilan dan bukan sekedar penemuan, serta sisi laba dan bukan sekedar sisi liar.
Bullshit #6 "Perlu metode untuk hasilkan ide" dibantah Ippho dengan menghasilkan ide saat kepepet, saat santai (mirip sharpen the saw-nya Stephen Covey), spesialis, generalis, krisis, merantau dan saat muda.
Bullshit #7 "Segala sesuatu serba terbatas" dibantah Ippho dengan intuitif jadi infinitif, thoughts jadi things, sakit jadi duit, konvensional jadi kontroversial, serta sosial jadi komersial.
Bullshit #8 "Laba adalah raja" dibantah Ippho dengan build integrity, build the self esteem, build the network, build the relationship dan build the benefits.
Review ini saya tutup dengan salah satu humor ala Ippho soal sikap hemat, dengan cerita sbb; Suatu hari seorang pria lari2 disamping bis, teman-nya yang ada dalam bis bertanya "Hei kenapa lu lari2 disamping Bis ?", jawab si pelari "Biar bisa hemat 1000 perak !", mendengar jawaban si pelari, teman-nya menyarankan "kalau begitu mending lari di samping taksi, bisa hemat 20.000 perak".
Sebenarnya sih isi-nya oke, dan judul ini merupakan potongan dari kalimat lengkap-nya yakni "Marketing is Bullshit without Creativity". Sama seperti "10 Jurus Terlarang" atau "13 Wasiat Terlarang", penggunaan kata "terlarang", font dengan model yang biasa digunakan dalam poster film misteri ataupun angka 13, semuanya tak lain penerapan gaya marketing nyleneh-nya Ippho untuk memancing rasa penasaran pembaca.
Pada buku ini pembatas yang biasanya menggunakan potongan karton kecil bertali, oleh Ippho diganti jadi stiker, harga kurang lebih sama dan dapat ditempel sekaligus promosi kembali buku ini, hemm menarik juga. Jadi buku ini sekaligus merepresentasikan tips marketing yang dimaksud oleh Ippho.
Buku ini juga sekaligus menjelaskan positioning ketiga buku yang dibuat Ippho, yakni "MB" lebih ke pemasaran, "10JT" lebih ke persaingan dan "13WT" lebih ke penggunaan otak kanan dalam kehidupan. Dengan positioning ini pembaca jadi lebih jelas memilih buku yang sesuai atau malah jika ingin membaca dan memahami semuanya sekaligus.
Selain ide yang melimpah ruah, studi kasus dalam dan luar negeri, juga jangan lupa humor yang sangat kental dengan mudah kita temukan dalam buku ini. Buku ini terbagi menjadi 8 Bullshit, ehh maksud-nya 8 Bab, masalahnya Ippho memang tidak menggunakan istilah Bab, jadi deh saya ikut2an dengan istilah vulgar ini.
Bullshit #1 "Hoki itu kebetulan", dibantah oleh Ippho, yang penting adalah siap saat ada kesempatan, komunikasi berlapis, gunakan ide dari mana saja, hemat, hebat dan cepat serta pastikan tetap kratif.
Bullshit #2 "Terobosan adalah pemborosan", dibantah Ippho dengan cek ulang mana yang benar2 diperlukan, daur ulang jika perlu, pakai teknik barter, libatkan konsumen sebagai co-produser, harga pasti dan wajar, komunikasi dengan cara murah (misal internet).
Bullshit #3 "Terobosan bukan keharusan" dibantah Ippho dengan, penamaan yang memancing rasa ingin tahu, penyajian dengan cara berbeda, promosi dengan cara berbeda, eksploitasi internet, eksploitasi fad (turun-nya tren disambut tren baru seperti yang pernah dilakukan Nokia) serta eksploitasi budaya pop.
Bullshit #4 "Diferensiasi sukar untuk dikreasi" dibantah Ippho dengan superiority vs inferiority, software vs hardware, product vs experience serta place vs promo.
Bullshit #5 "Kegigihan adalah segala-galanya" dibantah Ippho dengan keyakinan dan bukan sekedar keinginan, kecerdikan dan bukan sekedar kegigihan, kenekatan dan bukan sekedar keberanian, persiapan dan bukan sekedar pelayanan, penghasilan dan bukan sekedar penemuan, serta sisi laba dan bukan sekedar sisi liar.
Bullshit #6 "Perlu metode untuk hasilkan ide" dibantah Ippho dengan menghasilkan ide saat kepepet, saat santai (mirip sharpen the saw-nya Stephen Covey), spesialis, generalis, krisis, merantau dan saat muda.
Bullshit #7 "Segala sesuatu serba terbatas" dibantah Ippho dengan intuitif jadi infinitif, thoughts jadi things, sakit jadi duit, konvensional jadi kontroversial, serta sosial jadi komersial.
Bullshit #8 "Laba adalah raja" dibantah Ippho dengan build integrity, build the self esteem, build the network, build the relationship dan build the benefits.
Review ini saya tutup dengan salah satu humor ala Ippho soal sikap hemat, dengan cerita sbb; Suatu hari seorang pria lari2 disamping bis, teman-nya yang ada dalam bis bertanya "Hei kenapa lu lari2 disamping Bis ?", jawab si pelari "Biar bisa hemat 1000 perak !", mendengar jawaban si pelari, teman-nya menyarankan "kalau begitu mending lari di samping taksi, bisa hemat 20.000 perak".
No comments:
Post a Comment