Jika anda membaca karya Zuhairi Misrawi ini dengan harapan anda membaca biografi beliau, saya rasa anda akan kecewa, karena fokus buku ini adalah pembahasan karya2 beliau. Memang label kecil di cover depan buku-nya sedikit mengecoh sehingga terkesan bisa melengkapi sejarah hidup yang disajikan dalam film-nya. Saya sendiri tertarik membaca buku ini memang karena menonton film-nya yang mengingatkan saya akan betapa banyak-nya hal positif yang belum saya lakukan bagi sesama.
Namun meski sedikit menyinggung sejarah hidup beliau, banyak hal menarik yang bisa kita temukan khususnya pemikiran beliau seperti "Bagaimana bisa kaum muslimin berpecah belah, sedang kitab mereka Al Quran adalah satu, nabi mereka Nabi Muhammad adalah satu, kib'lat mereka Kab'ah adalah satu. Tidak ada sesuatu yang patut alasan mereka berpecah belah, apalagi sampai saling mengkafirkan satu sama lain. Perpecahan ini hanyalah menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin."
Begitu pula bagaimana ilmu dalam pandangan beliau dan sikap hidup beliau, sepertinya sangat sesuai sebagaimana perkataan Muadz Bin Jabal
Hendaklah kalian mencari ilmu.
Mempelajarinya adalah kebaikan.
Mencarinya adalah ibadah.
Memperdalam-nya adalah tasbih.
Membahas-nya secara detail adalah jihad.
Mencari-nya dengan sungguh2 adalah mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sedang mengajarkan-nya bagi orang yang tidak dikenalinya adalah sedekah.
Pendiri Nadhatul Ulama tanggal 31/1/1926 ini juga konsisten dengan sikapnya pada penjajah, saat kebebasan berkeyakinan diperbolehkan maka beliau mendukung prinsip2 negara meski dijajah Belanda atau Jepang, namun saat dilanggar beliau akan melawan mati2an, seperti saat dipaksa untuk melakukan ritual Sekerei untuk menghormati matahari, meski beliau dipenjara dan jari tangan-nya dipatahkan. Kini Nadhatul Ulama dengan sekitar 40 jutaan anggota-nya adalah organisasi islam terbesar di dunia.
Sikap moderat-nya terbawa hingga ke anak cucu, sebagaimana Gus Dur memberi kesempatan yang luas untuk berbagai keyakinan menjalankan-nya. Masih segar dalam ingatan kita saat seperti dijadikan-nya Imlek sebagai hari libur, dan kebebasan untuk merayakan-nya yang membuat nama Gus Dur sangat harum dimata keturunan Tionghoa.
Moderat-nya beliau juga terlihat saat harus belajar lama di Mekkah, tidak membuat beliau terseret ke paham Wahabi, yang merupakan aliran "keras" dan sangat gampang menuduh selain mereka sebagai sesat.
Namun saya baru menyadari sebenarnya Hasyim Asy'ari tidak setuju ada-nya partai lain selain Masyumi, karena beliau ingin hanya ada satu partai islam yang menjadi wadah bagi semua. Artinya PKB, PKNU saat ini adalah hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan beliau.
Keinginan beliau agar umat bersatu dia tulis dalam salah satu karya-nya dalam mukaddimah qanun asasi Nadhatul Ulama yang menjadi lampiran buku setebal 374 halaman, sbb "Umat manusia bagaikan jasad dan orang-orang bagaikan anggota tubuh. Setiap anggota tubuh mempunyai fungsi. Tidak ada anggota tubuh yang tidak membutuhkan yang lain-nya."
Sayang buku ini tidak dilengkapi koleksi foto yang cukup dan berasal dari masa itu, namun demikian buku ini bagus untuk memahami jalan pikiran tokoh islam sekaligus pahlawan nasional ini.
Namun meski sedikit menyinggung sejarah hidup beliau, banyak hal menarik yang bisa kita temukan khususnya pemikiran beliau seperti "Bagaimana bisa kaum muslimin berpecah belah, sedang kitab mereka Al Quran adalah satu, nabi mereka Nabi Muhammad adalah satu, kib'lat mereka Kab'ah adalah satu. Tidak ada sesuatu yang patut alasan mereka berpecah belah, apalagi sampai saling mengkafirkan satu sama lain. Perpecahan ini hanyalah menguntungkan musuh-musuh kaum muslimin."
Begitu pula bagaimana ilmu dalam pandangan beliau dan sikap hidup beliau, sepertinya sangat sesuai sebagaimana perkataan Muadz Bin Jabal
Hendaklah kalian mencari ilmu.
Mempelajarinya adalah kebaikan.
Mencarinya adalah ibadah.
Memperdalam-nya adalah tasbih.
Membahas-nya secara detail adalah jihad.
Mencari-nya dengan sungguh2 adalah mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sedang mengajarkan-nya bagi orang yang tidak dikenalinya adalah sedekah.
Pendiri Nadhatul Ulama tanggal 31/1/1926 ini juga konsisten dengan sikapnya pada penjajah, saat kebebasan berkeyakinan diperbolehkan maka beliau mendukung prinsip2 negara meski dijajah Belanda atau Jepang, namun saat dilanggar beliau akan melawan mati2an, seperti saat dipaksa untuk melakukan ritual Sekerei untuk menghormati matahari, meski beliau dipenjara dan jari tangan-nya dipatahkan. Kini Nadhatul Ulama dengan sekitar 40 jutaan anggota-nya adalah organisasi islam terbesar di dunia.
Sikap moderat-nya terbawa hingga ke anak cucu, sebagaimana Gus Dur memberi kesempatan yang luas untuk berbagai keyakinan menjalankan-nya. Masih segar dalam ingatan kita saat seperti dijadikan-nya Imlek sebagai hari libur, dan kebebasan untuk merayakan-nya yang membuat nama Gus Dur sangat harum dimata keturunan Tionghoa.
Moderat-nya beliau juga terlihat saat harus belajar lama di Mekkah, tidak membuat beliau terseret ke paham Wahabi, yang merupakan aliran "keras" dan sangat gampang menuduh selain mereka sebagai sesat.
Namun saya baru menyadari sebenarnya Hasyim Asy'ari tidak setuju ada-nya partai lain selain Masyumi, karena beliau ingin hanya ada satu partai islam yang menjadi wadah bagi semua. Artinya PKB, PKNU saat ini adalah hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan beliau.
Keinginan beliau agar umat bersatu dia tulis dalam salah satu karya-nya dalam mukaddimah qanun asasi Nadhatul Ulama yang menjadi lampiran buku setebal 374 halaman, sbb "Umat manusia bagaikan jasad dan orang-orang bagaikan anggota tubuh. Setiap anggota tubuh mempunyai fungsi. Tidak ada anggota tubuh yang tidak membutuhkan yang lain-nya."
Sayang buku ini tidak dilengkapi koleksi foto yang cukup dan berasal dari masa itu, namun demikian buku ini bagus untuk memahami jalan pikiran tokoh islam sekaligus pahlawan nasional ini.
No comments:
Post a Comment