Saya baru beli dua buku dari mengenai SBY, yang dibuat Wisnu Nugroho, akan tetapi ketika akan membeli buku ketiga serta keempat, saya lebih tertarik buku Pak Kalla. Sejujurnya apa alasan saya lebih tertarik dengan buku Pak Kalla, bagi saya kolaborasi beliau dengan SBY bisa dibilang dahsyat, SBY yang pemikir dilengkapi dengan Pak Kalla yang cepat dan gesit, membuat Negara kita memiliki dua fungsi penting untuk bisa jalan, yaitu rem dan gas. Dari buku ini kita bisa melihat bagaimana Pak Kalla bertindak, dengan ciri khas-nya yang cermat, cepat, berani dan blak-blakan serta membuat kesan bahwa negara ini memiliki pilot yang dengan sigap membawa bangsa ini kearah yang lebih baik.
Misalnya kasus demo di Situ Gintung, ketika Pak Kalla sedang berkunjung ke lokasi, dengan sigap dan berani langsung mendatangi pendemo yang berkoar koar dengan pengeras suara dan mengeritik keras pemerintah serta sebaliknya bertanya apa yang sudah sang pendemo lakukan untuk korban, berapa banyak mayat yang sudah dia mandikan, sehingga membuat sang pendemo mati kutu.
Atau ketika Pak Kalla mencampakkan nasakah pidato yang begitu begitu saja dari satu pidato ke pidato lain-nya, serta mengabaikan aturan protokoler kepresidenan dengan tanpa ragu mengambil inisiatif menyalami semua yang hadir. Pak Kalla bahkan berani menaikkan BBM sekaligus meski kebanyakan birokrat menyarankan untuk kenaikan secara bertahap, hal ini mengingatkan kita keputusan beliau mengganti minyak tanah dan gas serta memaksakan ujian nasional. Ini menunjukkan bagi Pak Kalla, pemimpin yang sebenarnya adalah pemimpin yang berani mengambil resiko meski kadang putusan yang harus dilakukan sama sekali tidak populer.
Kita akhirnya juga dapat mengerti bagaimana Pak Kalla, ternyata menjadikan keluarga sebagai pelengkap yang setara dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sekaligus menunjukkan rahasia dibalik kekuatan beliau. Rasanya tidak salah kalau kita bisa menyebutkan Pak Kalla, sejauh ini adalah satu satunya Wakil Presiden RI yang paling efektif dalam sejarah Indonesia. Bahkan menurut Buya Syafii Ma’arif, Pak Kalla lah yang berhak disebut sebagai “The Real President”. Dan rasanya semakin terasa kalau hal ini tidaklah salah salah amat, melihat kondisi bangsa ini di periode kedua yang justru malah menurun, misalnya dengan kasus korupsi di tubuh Partai Demokrat, dan lambatnya respon dan ketidak jelasan sikap pemerintah terhadap masalah masalah bangsa.
Misalnya kasus demo di Situ Gintung, ketika Pak Kalla sedang berkunjung ke lokasi, dengan sigap dan berani langsung mendatangi pendemo yang berkoar koar dengan pengeras suara dan mengeritik keras pemerintah serta sebaliknya bertanya apa yang sudah sang pendemo lakukan untuk korban, berapa banyak mayat yang sudah dia mandikan, sehingga membuat sang pendemo mati kutu.
Atau ketika Pak Kalla mencampakkan nasakah pidato yang begitu begitu saja dari satu pidato ke pidato lain-nya, serta mengabaikan aturan protokoler kepresidenan dengan tanpa ragu mengambil inisiatif menyalami semua yang hadir. Pak Kalla bahkan berani menaikkan BBM sekaligus meski kebanyakan birokrat menyarankan untuk kenaikan secara bertahap, hal ini mengingatkan kita keputusan beliau mengganti minyak tanah dan gas serta memaksakan ujian nasional. Ini menunjukkan bagi Pak Kalla, pemimpin yang sebenarnya adalah pemimpin yang berani mengambil resiko meski kadang putusan yang harus dilakukan sama sekali tidak populer.
Kita akhirnya juga dapat mengerti bagaimana Pak Kalla, ternyata menjadikan keluarga sebagai pelengkap yang setara dalam menghadapi berbagai persoalan hidup sekaligus menunjukkan rahasia dibalik kekuatan beliau. Rasanya tidak salah kalau kita bisa menyebutkan Pak Kalla, sejauh ini adalah satu satunya Wakil Presiden RI yang paling efektif dalam sejarah Indonesia. Bahkan menurut Buya Syafii Ma’arif, Pak Kalla lah yang berhak disebut sebagai “The Real President”. Dan rasanya semakin terasa kalau hal ini tidaklah salah salah amat, melihat kondisi bangsa ini di periode kedua yang justru malah menurun, misalnya dengan kasus korupsi di tubuh Partai Demokrat, dan lambatnya respon dan ketidak jelasan sikap pemerintah terhadap masalah masalah bangsa.
No comments:
Post a Comment