Wednesday, March 12, 2014

Maulwi Saelan Penjaga Soekarno Terakhir - Asvi Warman Adam dkk


Saat situasi semakin sulit, Soekarno berkata pada Maulwi Saelan, pengawalnya yang lahir di Makassar, 8/8/1928 ini dengan kalimat;  

"Saelan percayalah! Saya yakin bahwa nanti sejarah akan mengungkapkan kebenaran dan siapa yang sebetulnya benar, Soeharto atau Soekarno !".

Demikian salah satu tulisan dalam buku ini saat era kekuasaan Soekarno menjelang akhir, dan kalimat yang terasa kebenarannya kini, karena  32 tahun kemudian, tepatnya di tahun 1998, pemerintahan Soeharto ambruk dan cacat demi cacat-nya terbuka hingga kini.

Apa yang terpikir dengan judul buku ini ? tentunya momen dimana Maulwi Saelan masih bersama Soekarno, namun nyaris 75% buku justru membahas biografi Maulwi Saelan. Siapa sih Maulwi Saelan, kebanyakan orang jika disebut nama Maulwi Saelan pastilah yang diingat salah satu kiper dari team legendaris Indonesia bersama sama tokoh lainnya seperti Ramang, dll. Namun mungkin tidak banyak yang tahu, kalau Maulwi Saelan adalah salah satu anggota Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden Soekarno. Maulwi Saelan juga sudah bertempur sejak remaja melawan penjajah, dan bukan cuma di Sulawesi, beliau juga bertempur di Jawa, seperti saat peristiwa Sidobunder.



Lewat buku ini Maulwi Saelan berusaha membersihkan nama Tjakrabirawa, dan anggota2 nya yang sudah “pergi” duluan, dan dari buku ini juga kita mengetahui bagaimana Soeharto secara efektif  “menghabisi” lawan-lawan-nya. Untunglah di zaman Megawati, nama Maulwi Saelan dan Tjakrabirawa  seolah kembali dibersihkan, dari tuduhan tak berdasar. Bahkan Megawati memfasilitasi kunjungan paspampres era baru secara rutin ke lokasi Maulwi Saelan. Tjakrabirawa yang dibentuk tahun 1962 untuk mengantisipasi serangkaian percobaan pembunuhan Soekarno sejak peristiwa penggranatan Soekarno di Cikini 1957, akhirnya “direhabilitasi”.

Cara buku ini bercerita unik, Maulwi tidak dikisahkan sebagai aku, namun seakan akan orang ketiga, sehingga kurang mendekatkan diri kita pada sang tokoh dan perjalanan hidupnya. Juga  terlalu banyak materi mengenai sejarah di masa itu, tanpa memberikan kita persepsi bagaimana cara pandang Maulwi sendiri. Selain membahas hal hal diatas, juga dibahas karakter AE Kawilarang, Andi Azis, Sam Ratulangi, Westerling, Kahar Muzakkar, dll sehingga memberikan kita gambaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi dimasa itu. Dalam buku ini juga disinggung mengenai kekejaman Westerling dan kroninya saat penjajahan Belanda. Bukan cuma di Sulawesi, kiprah Westerling di Angkatan Perang Ratu Adil, saat melakukan huru hara di dan pembantaian Bandung juga bisa kita temukan dam buku ini.

Hal2 yang diungkap kadang cukup mengagetkan misalnya pembantaian suku Ambon, alias peristiwa Ambon Moord,  yang dianggap sebagai antek-antek KNIL di Sulawesi Selatan. Namun sebaliknya bagaimana antar suku/agama menjadi begitu dekat dan menyatu juga terlihat, seperti saat salah seorang anggota pasukan Maulwi Saelan dari Indonesia timur bernama Fernandez mati-matian bahu membahu melawan agresi Belanda. Juga dibahas "blunder" Sam Ratulangi saat tak langsung mengumumkan mandat yang dia dapat sebagai Gubernur Sulawesi dengan pusat kedudukan di Makassar.  Meski didesak banyak orang termasuk istrinya, Ratulangi memilih jalan diplomasi, karena kuatir pernyataannya akan membuat pertumpahan darah yang mengorbankan anak anak Sulawesi.

Maulwi Saelan, juga mengungkapkan sisi2 menarik, bagaimana sehari hari Soekarno hanya mengenakan kaos yang sudah sobek di sana sini, meski para pemimpin dunia menyeganinya. Begitu juga ketidak percayaannya akan tuduhan penyalah gunaan wewenang dalam hal materi, karena tidak cuma sekali Maulwi Saelan tahu kesulitan keuangan Soekarno yang sempat minta tolong sana sini.

Saelan juga sama sekali tidak yakin keterlibatan Soekarno dalam G30S, beliau hanya tak ingin Indonesia cerai berai dan runtuh, dan ternyata hal ini dimanfaatkan pihak2 tertentu.  Pernyataan ini sekaligus membantah cerita versi ajudan presiden Soekarno, Bambang Widjanarko. Saelan juga menjelaskan arti pidato Soekarno mengenai kutipan Bhagavad Gita, perintah Kresna pada Pandawa yang sama sekali bukan dipicu keinginan untuk menghukum pengkhianat, namun lebih karena dipicu spanduk salah tulis yang memang secara kebetulan terpasang di belakang mimbar. Keyakinan Saelan bahwa Soekarno bersih juga didukung bahwa Ahmad Yani salah satu jendral korban pembunuhan, merupakan sosok kesayangan Soekarno.

Namun setelah G30S Soekarno dijauhi dan dikucilkan layaknya penyakit, seorang perwira Satgas Pomad membentak pengawal Soekarno yang membantu sang proklamator membuka pintu mobil. Kali yang lain saat di Istana Merdeka, Soekarno merasa kelaparan, mulai dari minta roti bakar, pisang, sampai nasi kecap, berturut turut diabaikan pelayan. Saat ke Cimacan, tak ada satupun penduduk yang mau membukakan pintu.  Lalu ketika di Ciawi beliau makan sate, maka pagi harinya si penjual sate ditangkap petugas Kodim. 

Soeharto yang terus menerus memperkuat kekuasaannya akhirnya membekukan Tjakrabirawa, yang dianggap sebagai pribadi-pribadi setia pada Soekarno. Lalu Tjakrabirawa dituduh sebagai penjahat, komunis, dsb. Baik Maulwi Saelan, Mangil dan Sabur ditahan. Maulwi Saelan yang sempat menjadi Kepala Staff di Tjakrabirawa dan lalu Wakil Komando Tjakrabirawa sempat diinterogasi lalu dipenjara. Dalam penjara dengan pintu berlapis serta sempit, dan kotor Maulwi Saelan terpaksa membuang kotoran di sel-nya sendiri, serta tidak mendapat makanan yang cukup. Bukan cuma itu gajinya selama lima tahun dipenjara juga hangus, begitu juga hartanya disita. Tahun 1972 dia dibebaskan begitu saja di usia 45 tahun, dan dengan susah payah Maulwi Saelan mengupayakan surat keterangan bebas PKI atau cap ET (eks Tapol). Untung saja Buya Hamka yang sempat menjadi musuh Soekarno justru mengangkatnya menjadi anak dan diminta mengurus sekolah Buya Hamka di Kebayoran Baru yang sekarang kita kenal sebagai Al Azhar Syifa Budi. Hemm buku yang menarik, dan memberikan sudut pandang baru terhadap sejarah Indonesia.

No comments: