Thursday, April 07, 2016

Suka Duka Bekerja di Multi National Company Part#2 of 9 : Pentingnya Bahasa Asing


Bekerja di MNC otomatis anda harus menguasai Bahasa Inggris, namun masih tanda tanya bagi saya jika MNC nya dari negeri-negeri Asia sepertinya halnya Samsung, atau misalnya Huawei. Dalam gedung dimana saya bekerja saat ini setiap hari bertemu saat di lift dengan karyawan Huawei yang sehari-hari menggunakan Bahasa Mandarin.

Pada perusahaan saya saat ini, meski sudah sama-sama menggunakan Bahasa Inggris tidak berarti situasi menjadi lebih mudah, kadang kita harus berpikir keras saat lawan bicara menggunakan aksen Amerika, Inggris,  Irlandia, Jepang, Australia, Thailand, China, Malaysia atau Singapore. Salah satu yang tersulit adalah aksen India yang “T” dan “D” nya sangat kental, atau aksen Singapore yang terdengar lucu karena banyak menggunakan misalnya “Lah” diujung kalimat.

Hal-hal yang bisa memudahkan dalam berkomunikasi dan saya praktekkan sehari hari adalah membuat materi tertulisnya lebih dahulu, dan akan lebih baik jika disertai gambar. Hal yang sama bisa kita minta pada lawan diskusi agar jelas apa yang dia maksud. Lalu kalau masih belum cukup jelas, kita bisa menggunakan Office Communicator, yang sangat mirip fungsinya dengan chatting dan bisa melibatkan banyak orang sekaligus.  Setelah meeting jangan lupa buat MoM atau minta presenternya yang membuatkan untuk menghindari situasi ambigu.

Hal lain yang diperlukan adalah keberanian menyatakan pendapat yang memang sangat diperlukan dalam budaya internasional, kebanyakan orang asing akan tanpa tendeng aling-aling menyerang saat diskusi, sementara kebanyakan orang Indonesia terlalu kuatir menyakiti perasaan lawan bicara.  Sering-sering kalau tidak siap, kita bisa jadi bulan-bulanan. Kuncinya adalah kuasai masalah, pahami prosedur dan miliki data yang cukup, dalam hal ini data akan membantu bobot pernyataan anda. Pastikan anda cukup mengerti sampai ke level micro bahkan kadang sampai ke level rumus, kejutan bagi saya selevel Country President Director atau Regional Manager pun ternyata paham sampai ke level micro.

Saat masih bekerja untuk British Telecom, salah satu PIC yang sering harus saya jumpai adalah seorang keturunan Irlandia bernama Kevin Russel, sedihnya saat dia berbicara, saya kesulitan memahami maksudnya. Akhirnya saya malah senyum sendiri, karena salah satu Direktur saya yang bahkan pernah mengambil program master IT di Inggris pun mengalami hal yang sama. Sambil tersenyum simpul beliau mengatakan salah satu aksen Inggris paling sulit adalah aksen Irlandia.

Kesimpulan

Jangan kuatir mengenai grammar dan tenses, selama lawan bicara anda mengerti, lanjut saja, kebanyakan problem orang Indonesia memang lebih pada keberanian. Sebaliknya Philippina atau India sangat percaya diri, namun yang paling tinggi kepercayaan dirinya adalah China, bahkan dalam lingkungan MNC kadang perwakilan dari China dengan santainya tetap berbahasa China *.

* Saya jadi ingat perjalanan ke Shenzhen, dimana saya tersesat, karena nyaris tak ada yang bisa berbahasa Inggris, dan semua petunjuk jalan menggunakan huruf Mandarin. Perjalanan ke Shenzhen dapat dilihat di

http://hipohan.blogspot.co.id/2013/05/inspirasi-dari-hongkong-shenzen-dan_9783.html

Ke Part 3 : http://hipohan.blogspot.co.id/2016/04/suka-duka-bekerja-di-multi-national_54.html

No comments: