Sunday, June 19, 2016

Seni Pengambilan Keputusan

Minggu lalu Presdir di perusahaan tempat saya bekerja, mendadak datang ke cubicle saya, namun melihat saya sedang sibuk conference call dengan Jabra headset terpasang di kepala, beliau meletakkan hadiah buku berjudul Execution karya Larry Bossidy dan Ram Charan di meja saya , yakni sebuah buku dengan tema “The Discipline of Gettings Done”.  Hemm jadi teringat masalah yang saya hadapi dengan bisnis saya dan istri yang baru saja terjadi, sepertinya buku ini menjadi sangat relevan.



Seminggu sebelumnya,  istri menelepon saya, karena aliran listrik di klinik bermasalah, server shutdown beberapa kali selama beberapa hari terakhir.  Seorang ibu yang sedang melahirkan, bahkan terpaksa ditangani dalam kegelapan. Situasi ini semakin rumit karena orang kepercayaan kami selama bertahun tahun yakni Pak Ahmad telah berpulang seminggu sebelumnya.

Syukur akhirnya kami mendapatkan pengganti, yakni Pak Ade yang sehari-harinya memang bekerja sebagai pegawai perusahaan yang merupakan subkon dari PLN. Namun sepertinya cukup berat bagi Pak Ade untuk langung menemukan pokok permasalahan, karena kami tidak memiliki peta yang jelas tentang konfigurasi aliran listrik di klinik.

Setelah 3x datang, Pak Ade sepertinya hampir menyerah, dan saya yang kebetulan baru kembali dari Jakarta langsung berdiskusi dengan Pak Ade. Menurutnya, dia harus membobok dinding di beberapa posisi lalu menjebol plafon di beberapa tempat untuk menelusuri kabel penyebab gangguan. Namun dia tidak berani melakukannya karena Edi petugas merangkap supir dan penanggung jawab kebersihan tidak mengizinkan “perusakan” asset klinik.

Setelah menimbang baik buruknya, sore itu juga saya langsung memutuskan untuk memberikan izin pada Pak Ade untuk membongkar bagian apa saja yang memang perlu dibongkar, karena operasional klinik seperti peralatan unit Gigi, Apotik, Kebidanan serta seluruh layanan yang tergantung pada aplikasi benar-benar terganggu, dan itu lebih penting dr sekedar kerugian akibat dinding atau plafon yang rusak.

Setelah jam praktek berakhir, Pak Ade pun mulai beraksi, dan tengah malam sekitar jam 01, setelah menjebol empat posisi di plafon, Pak Ade beruntung menemukan sumber short, karena kebetulan sekali terlihat percikan api di ruang kosong di langit-langit ruang kebidanan. Ternyata paku tukang atap, menembus instalasi kabel persis dibawah besi penyangga. Setelah menyelesaikan problem tsb, telah seminggu ini kelistrikan klinik kembali berjalan normal.

Apa moral of the storynya ?, jika saya memberi ruang pada Edi untuk mengambil keputusan setelah menjelaskan prioritas dalam operasional klinik, Pak Ade tidak perlu menunggu saya di hari Sabtu untuk bisa menyelesaikan masalah tsb. Atau jika sampai ke level saya, namun saya tidak mampu memilah mana yang prioritas, maka tingkat kepercayaan pasien terhadap klinik akan menurun, disamping resiko rusaknya peralatan. Jadi pastikan anda tahu prioritas dalam hidup, selalu kembali ke level prioritas manakala anda mengambil keputusan, disertai kesiapan menghadapi worst case yang mungkin terjadi.  






No comments: