Saat tidur di malam hari kemerdekaan Indonesia yang ke 77, saya mendadak terbangun sekitar jam 02:00, ternyata krn pipi kanan basah, lalu saya seka dengan tangan kanan, dan coba amati dalam kegelapan, ternyata darah. Alhasil sarung bantal dan seprei juga memerah terkena rembesan darah. Panik dan bingung, krn darahnya cukup banyak, saya lsg bangun dengan terhuyung2, lalu mencari kacamata, dan begitu dipakai, kepala terasa pusing dan pandangan kabur. Sempat mengira pusing krn kehabisan darah,..... ternyata salah ambil kacamata, yakni milik istri.
Lalu di kamar mandi saya menatap wajah dengan pipi kanan yang terus menerus mengeluarkan darah, baru ingat sekitar jam 21, istri melakukan operasi minor terhadap jerawat usia belasan tahun yang mendamping saya selama ini. Namun istri lupa kalau saya rutin minum Clopidogrel yang menyulitkan darah membentuk keropeng penutup luka. Ternyata malam hari perbannya lepas, dan darah merembes ke bantal serta sprei.
Saya coba seka dengan beberapa lembar tissue, tp darahnya terus merembes. Untung istri sudah menyiapkan perban tambahan, yang lsg saya gunakan malam itu juga. Semua ini berawal dari ketidak sabaran saya belasan tahun lalu, menunggu proses kematangan jerawat, bukannya pecah dia malah membentuk semacam bisul tanpa mata. Alhasil selama belasan tahun ada semacam penebalan daging di pipi kanan. Sempat bareng istri ke salah satu klinik kulit "N" di Talaga Bodas, namun krn prosesnya cukup ribet dan bahasa tubuh dokternya (pria) agak2 gimana gitu, akhirnya saya urung berobat ke sana.
Setelah merayu istri berbulan2, akhirnya dia bersedia melakukan operasi minor malam hari menjelang klinik tutup, krn sudah bosan mendengar rengekan suaminya yg sudah sangat ZBL dan KZL (sebal dan kesal kalau gunakan istilah milenial) pada jerawat lansia tsb.
Demikianlah kisah horor penuh darah tadi malam, semoga menghibur. Btw ini beneran cerita asli ya bukan skenario bohong "Baku Tembak Berdarah" yang menghantui lini masa sebulan ini. :)
No comments:
Post a Comment