Monday, May 21, 2012

Kisah Kisah Tengah Malam - Edgar Alan Poe

Saat yang lalu, saya tidak pernah benar2 bisa dikatakan membaca karya Edgar Alan Poe (1809-1849), saat SMP memang sempat membacanya  di perpustakaan sekolah yaitu salah satu ceritanya yang berjudul “Terjebak di Pusaran Maelstorm”, lalu salah satu ceritanya dengan tema menjelang ajal dengan alat pemotong logam yang berayun seperti pendulum dan tidak ingat persis apa judulnya dan saya baca pada salah satu majalah. Lalu pada buku koleksi almarhum ayah lagi lagi saya menemukan kisah tentang kehidupan Poe yang begitu miskin-nya sehingga dia terpaksa “merayu” kucingnya untuk tidur di kaki istri-nya yang sedang sakit saat musim dingin yang mengerikan sedangkan Poe tidak punya uang untuk sekedar membuat perapian-nya hangat, serta kisah hidupnya yang berakhir tragis dalam kesendirian kemiskinan  meski setelah meninggal, karya2-nya justru menemukan puncak kejayaan-nya.

Karena itulah ketika menemukan buku ini yang berisi tiga belas kisah karya beliau saya sangat senang dan tanpa pikir panjang langsung membawanya pulang. Melihat covernya Staven Andersen saja sudah bikin penasaran, sebuah karya dengan teknik ilustrasi mirip Sibarani (salah satu maestro karikatur Indonesia yang sangat terkenal di masanya dengan serial “Si Utjok”) menggambarkan beberapa tokoh dengan ekspresi aneh, duduk beralaskan kursi diatas lantai papan dengan potongan2 tubuh mayat yang termutilasi di bawahnya. Dan ilustrasi ini memang sekaligus visualisasi kisah pertama dalam buku ini. Buku Poe ini juga mengingatkan saya akan salah satu album Alan Parsons Project “Tales of Mystery and Imagination” yang memang menjadikan Poe sebagai inspirasi album ini.



Poe terkenal dengan karya2nya yang “gelap”, kemampuan-nya menggiring pembaca dalam psikologis tokoh dalam cerita-nya sangat luar biasa, meski tema2 cerita-nya sering kali sederhana. Dia juga tidak segan2 mengumbar kesadisan dalam cerita-nya seperti dalam kisah “Hop Frog” dimana seorang badut cacat yang teraniaya akhir-nya membalas perlakuan Raja padanya dengan cara yang tak kurang kejam-nya yaitu membakar hidup2 sang Raja di hadapan rakyat-nya.

Begitu juga tak kurang sadis-nya mutilasi yang dilakukan tokoh utama pada cerita “Gema Jantung Yang Tersiksa” yang sekaligus divisualisasikan sebagai cover atau bagaimana tokoh utama menggantung seekor kucing hitam dengan terlebih dahulu mencongkel matanya dalam “Kucing Hitam”, namun bagi saya “Terjebak di Pusaran Maelstorm” yang dalam buku ini berjudul “Mengarungi Badai Maelstorm” tetaplah yang terbaik. Adegan saat pelaut tua mendaki puncak gunung dan lantas bercerita pada pembaca sambil menatap lokasi kejadian dari kejauhan, memberikan kesan yang sangat kuat.  Lantas apa terbaik kedua ?, tak lain dan tak bukan adalah “Jurang dan Pendulum”, yang menggambarkan kondisi psikologis tokoh yang terkurung dalam ruang gelap dan lantai berlendir dengan lubang yang dipenuhi tikus serta ancaman pendulum logam dengan pisau berayun turun perlahan tapi pasti serta mengancam hidup sang tokoh.
Selain kedua cerita terbaik versi saya diatas, ada satu cerita yang membuat saya cukup terkesan. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 1999 saya sempat menonton "Fight Club" kisah tentang kepribadian ganda, yang diperankan oleh Brad Pitt dan Edward Norton, namun ternyata dalam "William Wilson", Poe sudah menuliskan-nya terlebih dahulu, dimana kedua tokoh dalam satu tubuh ini akhirnya saling membunuh satu sama lain.

Bagi penggemar cerita suspens, buku ini dipastikan sangat menarik, selain “Mengarungi Badai Maelstorm”, “Hop Frog”, "William Wilson", “Kucing Hitam”, “Jurang dan Pendulum” dan  “Gema Jantung Yang Tersiksa” , judul2 cerita lain dalam buku ini antara lain

Pesan Dalam Botol.
Potret Seorang Gadis.
Kotak Persegi Panjang.
Obrolan Dengan Mummy.
Setan Merah.
Kucing Hitam.
Pertanda Buruk.
Misteri Rumah Keluarga Usher.

Mengingat karya Poe sangat kental dalam mengungkapkan psikologis tokoh2nya, tentu bukan hal yang mudah menerjemahkan karyanya, untuk itu jerih payah Maggie Tiojakin sebagai penerjemah patut diapresiasi meski masih ada kejanggalan pemilihan kata disana sini.  

No comments: