Wednesday, February 13, 2013

Sayid Budiseno

Sebelum embargo militer tahun 1999 oleh Amerika, Indonesia pernah juga di embargo  karena dianggap bermasalah secara HAM. Selain masalah Timor Timur biasanya yang mendapat sorotan internasional adalah  isu pelanggaran HAM yang juga terjadi di Aceh. Pada masa itu pesawat tempur F16 milik Indonesia terpaksa terbang dengan kondisi ala kadarnya. Suatu waktu, salah satu F16 sedang melakukan "intercept" terhadap benda terbang tak dikenal, di udara Sumatera. Namun karena penyergapan ini gagal, maka F16 tsb terpaksa mendarat di Aceh, ketika akan terbang kembali, sistem komputer-nya menolak sebelum parameter penerbangan di pindahkan ke sistem komputer pasangan-nya di Lanuma Iswahyudi. Parameter ini perlu dipindahkan karena berisi data jam terbang dari setiap komponen yang berhubungan dengan keamanan terbang pesawat.

Tak bisa meminta tolong Amerika karena embargo, maka petinggi Angkatan Udara mencari tahu siapa ahli IT indonesia yang mampu membantu memecahkan problem ini.  Kondisi F16 yang berada di landasan tanpa perlindungan benar2 bagaikan "sitting duck" yang secara militer merupakan posisi lemah terhadap serangan udara asing. Maka militer melakukan kontak pada Sayid Budiseno (selanjutnya disingkat SB) dan setelah mempelajari bagaimana integrasi antara sistem di landasan dan sistem yang di pesawat dapat dilakukan, SB pun berangkat ke Aceh dalam misi militer rahasia.

Sesampai di Aceh, SB membuat protokol untuk membaca semua data di F16 menyalurkan-nya via kabel data, dan lalu mengupdate status di pesawat, sehingga F16 dapat kembali terbang, lalu data yang sudah dibaca diintegrasikan kembali dengan sistem di darat. Semua proses ini dilakukan hanya dalam waktu kurang lebih seminggu, dan misi pun berhasil dengan baik. Hemm urusan protokol memang tidak asing bagi beliau, SB bahkan sekitar 25 tahun yang lalu sudah membuat protokol radio / wireless yang memungkinkan internet bisa berjalan tanpa kabel.

Pada waktu yang lain, saat harian berbahasa asing JP membangun gedung baru, maka pimpinan yang bernama SS meminta tangan kanan-nya RT untuk mencari tokoh IT Indonesia yang memiliki pengalaman bagaimana membangun kantor modern yang semua meja-nya saling terhubung secara digital baik untuk komunikasi maupun untuk digital library. Maklum lah tugas jurnalistik memerlukan akurasi yang hanya bisa secara cepat dilayani jika dan hanya jika menggunakan IT. Maka RT pun mengontak SB untuk datang ke Jakarta, namun penampilan SB yang lecek, dengan kemeja lusuh, jeans belel, dan tas kulit tua, membuat SS sama sekali tidak yakin bahwa RT memilih tokoh yang tepat.

Tak puas dengan pilihan RT, maka SS mencari ahli yang tepat dan berkebangsaan asing dengan langsung ke luar negeri. Sayang-nya sang ahli, meski kompeten, namun secara waktu memiliki keterbatasan karena masih terlibat dalam proyek2 lain. Tetapi sang ahli asing tak lupa memberikan rekomendasi nama ahli lokal yang menurut-nya pasti mampu membantu masalah di harian JP. Setelah mendapatkan nama tersebut SS lalu kembali ke Indonesia dan meminta RT mendatangkan ahli lokal yang dimaksud. RT sambil menyengir lalu berkata "Pak, itu kan orang yang kemarin datang dan bapak tolak".

Pada kisah yang lain SB pernah membuat file spreadsheet dengan kombinasi makro yang kompleks, sehingga bahkan orang2 asing yang juga merupakan IT expert, meminta salinan dari program tersebut karena sangat berguna dalam pekerjaan mereka. Jadi wajar saja kalau SB selalu tersenyum sinis mendengar JR pendiri LPKIA yang masa itu disebut sebut sebagai pakar komputer (dan lantas diperkarakan karena kasus penipuan), karena SB memang memiliki kaliber internasional yang sebenar-benar-nya.

SB juga dikenal sebagai spesialis proyek "emergency", saat satu proyek kritis, dead line sudah dekat, tokoh kunci kabur, ancaman pinalti dari customer, nah saat itu lah SB biasanya berperan. Gaya-nya yang tenang, kemampuan "helicopter view"-nya yang tinggi dan pengetahuan yang luas, cara kerja yang "smart" dan bukan "hard", membuat beliau sering kali berhasil dalam proyek2 seperti ini.

Begitulah kisah salah satu guru ku,SB yang kemana mana selalu menggunakan VW Safari dengan atap terpal (Sebagian orang mengatakan VW camat, karena suatu masa pernah menjadi mobil dinas camat) serta Land Rover kuning. Karakternya yang cuek dan acap kali merokok dikelas, sambil matanya menatap sayu keluar jendela setelah biasanya memberikan pertanyaan filosofis pada kami para siswa-nya. Beliau tidak suka mengajarkan secara teknis dan step by step namun lebih ke filosofis dan konsep. Pelajaran yang dia berikan juga salah satu mata kuliah yang dihindari para dosen lain yaitu Algoritma, yang mana merupakan kunci cara berpikir ala komputer, atau ibarat-nya "mother language" yang menjadi dasar semua bahasa pemrograman.

Rokok yang pernah dia buang dan injak begitu saja di depan kelas, sempat menjadi pemicu amuk guru agama yang mengajar esok harinya dan mengira kami para mahasiswa-lah yang melakukan-nya. Hobi-nya pada ular (yang kadang membuat dia menghentikan mobil-nya begitu saja jika melihat ular, dan mengeluarkan karung lalu menangkap ular tsb) , selain otomotif dan programming atau bahkan gitar selalu jadi kenangan akan sosok beliau. Rasa-nya tidak salah kalau beliau dijuluki teman2nya "Dukun" atau "Tuyul". Aku masih ingat saat malam2 mengerjakan aplikasi IT untuk perkebunan, beliau duduk disamping ku sambil memainkan lagu blues-nya Alvin Lee gitaris Ten Years After. Atau ketika dia menyarankan penggantian tuas gas di VW Variant ku, atau saran-nya soal perbaikan mesin hanya dengan mengendus asap dan meraba debu di pinggiran knalpot.  Meski latar belakang-nya adalah Teknik Perminyakan ITB, beliau juga merupakan pakar untuk acuan / standar perangkat lunak seperti MIL, IEEE dan ISO/IEC. SB juga membuat beberapa buku pegangan seperti "Jaringan komputer Lokal LAN" atau "Pengembangan Sistem Informasi", dll.

Saat aku dan team yang sedang mengalami kesulitan di proyek, kami seperti menemukan seorang "juru selamat", yang beliau mulai dengan melakukan "one on one", dan lalu melakukan "kompresi" pada anggota team dari belasan orang menjadi hanya sekitar enam, namun ajaib-nya proyek tetap selesai tepat waktu. Begitu juga ketika dia menyarankan penggunaan teknik makro (type string yang dibaca sebagai instruksi) pada program Clipper yang kami buat, dan  melakukan teknik bahasa generasi keempat yang menyimpan parameter report pada database, teknik yang pada masa itu sangat maju dan hanya bisa muncul dari orang yang sangat kuat dalam konsep pemrograman sekaligus praktisi. Dan lantas menjadi bagian dari tugas akhir ku saat menyelesaikan S1. Begitu juga usulan beliau untuk membuat parameter cerdas yang bisa memunculkan window khusus tergantung dari pos akunting yang digunakan saat merekam transaksi inventory.

Aku juga ingat rumah-nya yang sederhana di seputaran Arcamanik, dan perpustakaan kecil yang dikelola anak perempuan-nya di ruang tamu (mengingatkan aku akan Robert Kiyosaki saat memulai bisnis pertama-nya) . Bagiku SB yang kembali ke pencipta-Nya tanggal  27/10/2007 setelah sempat dirawat di ICU RS Borromeus, adalah salah satu guru terbaik yang selalu ada di hatiku.
 

6 comments:

rizanul said...

walau tidak lama, saya pernah melihat di di kampus, dan suka gayanya yang bersahaja itu. dulu saya gak banyak tahu tentang dia. ternyata dia yang dulu saya lihat suka bersepatu sendal itu (kalau gak salah ingat karena itu sekitar 30 tahunan lalu)punya kelas tersendiri di dunia IT Indonesia. semoga Allah menempatkan dia di tempat yang layak di sana

arimahar said...

Salut atas tulisan anda untuk menghormati dosen yang juga sangat saya hormati karena ilmu, idealisme dan nasionalismenya yang tinggi. Salah satu yang paling saya ingat adalah beliau pembayar pajak yang taat meskipun kadang harus menghadapi masalah di kantor pajak ... ironis memang mau bayar kok malah dibikin perkara kata beliau. Sekali lagi terima kasih tulisannya, karena cerita inipun saya baru tahu. Memang beliau ternyata keilmuannya sudah bertaraf international. Thanks you Husni ... from Arinto PAT'82

didiet said...

Terima kasih Pak Husni atas tulisannya. Beberapa cerita tentang almarhum baru saya ketahui dari tulisan ini.
Saya masih ingat ketika kuliah di JTK semester 1, almarhum hanya masuk 3 kali dalam 1 semester, di awal semester, UTS dan UAS, tapi ilmu yang diberikannya serta diktat 'ajaib'nya terpakai sampai saya bekerja sebagai programmer.

didiet, piksi'94, jtk'95

Husni I. Pohan said...

Beliau, pembimbing tugas akhir saya, dari beliau lah saya mendalami lagi bagaimana mendesain database, termasuk normalisasi mulai 1NF, 2NF, 3NF, BCNF, 4NF,5NF sd DKNF. Bukan cuma itu konsep implementasi database dalam aplikasi keuangan, mulai dari transaksi, jurnal, buku besar, neraca termasuk ayat koreksi, dan berbagai metode penyusutan spt double decline, metode inventory spt moving average, dll.

Awang Yudi Aryadi, SE said...

Mantapnya dosenku. Hebat.

Awang Yudi Aryadi, SE said...

Mantap dosenku. Beliau mengajar cukup 8 jama dlm 1 semester. Tetapi yang diajarkannya masuk dan dapat diterima dengan baik oleh kami. Bangsa Indonesia sepatutnya bangga memiliki tokoh It sekaliber beliau.