Dalam buku Rizki Ridyasmara disebut sebut mengenai buku Donny yang dijadikan oleh Rizki sebagai salah satu referensi. Berpegang dari informasi itu saya memasukkan-nya sebagai “wish list” dan lalu mencoba melakukan pencarian, namun setelah berbulan bulan di banyak toko buku, buku ini tetap saja tidak dapat saya temukan. Namun suatu hari saat ada urusan dengan Bank di MTA, JakBar, saya sempatkan ke Gramedia dan dengan bantuan aplikasi searching akhirnya saya menemukan dua buku yang tersisa, dan teronggok di rak paling bawah, dengan gembira langsung saja buku ini saya bawa pulang untuk dibaca lebih lanjut.
Judulnya mengingatkan saya akan tudingan Ahmadinejad, Presiden Iran, mengenai Holocaust, yang memang merupakan salah satu topik yang dibahas dalam buku ini. Meski judulnya terdengar “bombastis” namun buku yang disusun dengan gaya bahasa “text book” ini semakin lama semakin membuat kita yakin akan apa2 yang dia simpulkan. Persis seperti ungkapan orang “Two Sides of Every Story”, yakni ini adalah versi yang berbeda dengan apa yang selama ini di sampaikan oleh banyak media.
PD I (1914-1918) diset sedemikian rupa, agar Palestina dapat diambil alih dengan menggunakan tangan Inggris serta provokasi kabilah2 disekitarnya sehingga dapat mengusir Turki Ottoman dan dengan demikian berhasil memecah belah Arab menjadi negara negara kecil yang lebih mudah dikendalikan serta dihisap kekayaan minyaknya oleh Eropa yang membutuhkan minyak bumi untuk industrinya. PD II (1939-1945) diset sedemikian rupa agar Yahudi yang tercerai berai dapat “digiring” secara paksa ke Palestina, dan dengan demikian dapat mengimbangi populasi Arab disekitarnya. Jika mengacu ke “The Protocols of Zion” dan juga surat Albert Pike (1809-1891) bertanggal 15/8/1871, situasi ini memang sesuatu yang disengaja, khususnya dengan melihat kemiripan isi dari kedua dokumen. Meski terdengar aneh, namun bahkan tokoh pengarang Yahudi sendiri seperti Emil Ludwig mengatakan “Hitler akan dilupakan dalam beberapa tahun, tetapi ia memiliki monumen indah di Palestina, ribuan yang hilang terlihat sepenuhnya. Agama Yahudi dibawa kembali ke tempatnya oleh Hitler, dan untuk itu secara pribadi saya berterima kasih kepadanya”.
Bagaimana keterlibatan Yahudi dalam PD I ?, pertama adalah keterlibatan mereka dalam revolusi Bolshevik (yang di motori Lenin yang mana sesuai buku Robert Service berjudul “Lenin” disebutkan merupakan buyut Moishe Itskovich Blank yang memang seorang Yahudi), lalu revolusi Jerman, lalu revolusi di Turki. KhususTurki meski terdengar aneh, namun perlu diketahui sesuai pengakuan Kemal Pasha, bahwa dia adalah keturunan Sabbatai Zevi dan Kemal Pasha bahkan memiliki keterlibatan dengan Freemansory Turki.
Dalam konteks PD II, apa yang membuat buku ini mengambil kesimpulan seperti itu, sebagai contoh, sampai saat ini tidak pernah ada dokumen yang di ttd Hitler yang menginstruksikan “Holocaust”, artinya meski benar terjadi, itu bukanlah hal yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan perintah, demikian juga “dongeng” mengenai kamar gas dan jumlah enam juta yang selama ini didengung2kan oleh Yahudi. Fakta yang ada adalah jumlah total yang tewas di kamp Auschwitz, Bergenbelsen sd Abteilung adalah 271.301 jiwa sesuai laporan ICRC, sementara laporan lain dari Sonderstandesamt berkisar antara 282.077 sd 373.468. Lantas kenapa sangat banyak yang akhirnya mati dalam kamp ? kematian dalam kamp terjadi karena pada masa itu Jerman mengalami kesulitan bahan pangan yang luar biasa akibat pengepungan oleh tentara sekutu.
Selain issue “Holocaust” ternyata sebagian team inti Nazi bahkan berdarah Yahudi, seperti Adolf Eichmann, Alfred Rosenberg, Hans Frank, Heinrich Himmler, Herman Goring, dan banyak lagi, sebagaimana yang disampaikan buku2 Konrad Heiden, Gerhard Kessler dll. Bahkan yang lebih mengagetkan Hitler sendiri ternyata masih keturunan tidak sah Rothschild, salah satu tokoh keuangan Yahudi terkaya di zaman-nya sesuai dengan analisa Konrad Heiden, Dietrich Bronder, Franz Jetzinger, dll. Bukan cuma team inti Nazi, aktor PD II lainnya seperti Churcill yang sangat terkenal dengan pidatonya yang dijadikan sebagai pembuka salah satu track group metal Inggris "Iron Maiden" saat penyerangan Inggris oleh Jerman dan juga Stalin pemimpin Rusia diisukan sebagai keturunan Yahudi.
Untuk memahami kenapa ada Yahudi yang dikorbankan untuk Yahudi yang lain, perlu diketahui bahwa ada dua jenis Yahudi yaitu Ashkenazim dan Sephardim. Dalam hal ini yang banyak menjadi korban adalah Sephardim, sebaliknya yang berada di balik ide New World Order adalah Ashkenazim, dan bagi bangsa pragmatis ini, pengorbanan adalah bagian dari strategi yang lebih besar.
Saat ini di beberapa negara, bantahan terhadap “Holocaust” merupakan hal yang dapat mengakibatkan tuduhan penghinaan dan tuduhan anti Semit, dan begitu kuatnya lobi Yahudi, sehingga di Amerika yang berjarak ribuan kilometer dari Jerman terdapat lusinan museum “Holocaust” sebaliknya di Amerika tidak ada museum untuk mengenang pembantaian terhadap kaum Indian, ataupun kulit hitam yang menjadi korban pendudukan kulit putih di Amerika.
Akhir kata, lantas bagaimana dengan PD III ? mengingat isi dari “The Protocols of Zion” adalah menghancurkan aristokrasi, melegalkan minuman keras, melegalkan pornografi, menciptakan gagasan baru seperti marxisme, sosialisme yang menjadi kontradiksi baru, menanamkan kecenderungan terhadap materialisme, menciptakan perang dunia, merekayasa bencana, penguasaan media, penguasaan sistem keuangan dengan berlindung dibalik pinjaman asing serta pendefinisian ulang kekayaan (baca : uang) dimana dalam hal ini mata uang tertentu di kondisikan menggantikan emas yang sebenarnya justru merupakan “kekayaan riil”, merekayasa kebangkrutan nasional suatu negara. Pada akhirnya PD III adalah perang terakhir sekaligus menjadikan satu ras sebagai penguasa bumi dan ras lain yang tersisa menjadi budaknya dengan kata lain “New World Order”. Kesimpulan-nya, benar atau tidak dugaan ini diserahkan kembali pada pembaca, dan tugas kitalah sebagai masyarakat dunia untuk tetap waspada, saling membantu dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk didiami.
Judulnya mengingatkan saya akan tudingan Ahmadinejad, Presiden Iran, mengenai Holocaust, yang memang merupakan salah satu topik yang dibahas dalam buku ini. Meski judulnya terdengar “bombastis” namun buku yang disusun dengan gaya bahasa “text book” ini semakin lama semakin membuat kita yakin akan apa2 yang dia simpulkan. Persis seperti ungkapan orang “Two Sides of Every Story”, yakni ini adalah versi yang berbeda dengan apa yang selama ini di sampaikan oleh banyak media.
PD I (1914-1918) diset sedemikian rupa, agar Palestina dapat diambil alih dengan menggunakan tangan Inggris serta provokasi kabilah2 disekitarnya sehingga dapat mengusir Turki Ottoman dan dengan demikian berhasil memecah belah Arab menjadi negara negara kecil yang lebih mudah dikendalikan serta dihisap kekayaan minyaknya oleh Eropa yang membutuhkan minyak bumi untuk industrinya. PD II (1939-1945) diset sedemikian rupa agar Yahudi yang tercerai berai dapat “digiring” secara paksa ke Palestina, dan dengan demikian dapat mengimbangi populasi Arab disekitarnya. Jika mengacu ke “The Protocols of Zion” dan juga surat Albert Pike (1809-1891) bertanggal 15/8/1871, situasi ini memang sesuatu yang disengaja, khususnya dengan melihat kemiripan isi dari kedua dokumen. Meski terdengar aneh, namun bahkan tokoh pengarang Yahudi sendiri seperti Emil Ludwig mengatakan “Hitler akan dilupakan dalam beberapa tahun, tetapi ia memiliki monumen indah di Palestina, ribuan yang hilang terlihat sepenuhnya. Agama Yahudi dibawa kembali ke tempatnya oleh Hitler, dan untuk itu secara pribadi saya berterima kasih kepadanya”.
Bagaimana keterlibatan Yahudi dalam PD I ?, pertama adalah keterlibatan mereka dalam revolusi Bolshevik (yang di motori Lenin yang mana sesuai buku Robert Service berjudul “Lenin” disebutkan merupakan buyut Moishe Itskovich Blank yang memang seorang Yahudi), lalu revolusi Jerman, lalu revolusi di Turki. KhususTurki meski terdengar aneh, namun perlu diketahui sesuai pengakuan Kemal Pasha, bahwa dia adalah keturunan Sabbatai Zevi dan Kemal Pasha bahkan memiliki keterlibatan dengan Freemansory Turki.
Dalam konteks PD II, apa yang membuat buku ini mengambil kesimpulan seperti itu, sebagai contoh, sampai saat ini tidak pernah ada dokumen yang di ttd Hitler yang menginstruksikan “Holocaust”, artinya meski benar terjadi, itu bukanlah hal yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan perintah, demikian juga “dongeng” mengenai kamar gas dan jumlah enam juta yang selama ini didengung2kan oleh Yahudi. Fakta yang ada adalah jumlah total yang tewas di kamp Auschwitz, Bergenbelsen sd Abteilung adalah 271.301 jiwa sesuai laporan ICRC, sementara laporan lain dari Sonderstandesamt berkisar antara 282.077 sd 373.468. Lantas kenapa sangat banyak yang akhirnya mati dalam kamp ? kematian dalam kamp terjadi karena pada masa itu Jerman mengalami kesulitan bahan pangan yang luar biasa akibat pengepungan oleh tentara sekutu.
Selain issue “Holocaust” ternyata sebagian team inti Nazi bahkan berdarah Yahudi, seperti Adolf Eichmann, Alfred Rosenberg, Hans Frank, Heinrich Himmler, Herman Goring, dan banyak lagi, sebagaimana yang disampaikan buku2 Konrad Heiden, Gerhard Kessler dll. Bahkan yang lebih mengagetkan Hitler sendiri ternyata masih keturunan tidak sah Rothschild, salah satu tokoh keuangan Yahudi terkaya di zaman-nya sesuai dengan analisa Konrad Heiden, Dietrich Bronder, Franz Jetzinger, dll. Bukan cuma team inti Nazi, aktor PD II lainnya seperti Churcill yang sangat terkenal dengan pidatonya yang dijadikan sebagai pembuka salah satu track group metal Inggris "Iron Maiden" saat penyerangan Inggris oleh Jerman dan juga Stalin pemimpin Rusia diisukan sebagai keturunan Yahudi.
Untuk memahami kenapa ada Yahudi yang dikorbankan untuk Yahudi yang lain, perlu diketahui bahwa ada dua jenis Yahudi yaitu Ashkenazim dan Sephardim. Dalam hal ini yang banyak menjadi korban adalah Sephardim, sebaliknya yang berada di balik ide New World Order adalah Ashkenazim, dan bagi bangsa pragmatis ini, pengorbanan adalah bagian dari strategi yang lebih besar.
Saat ini di beberapa negara, bantahan terhadap “Holocaust” merupakan hal yang dapat mengakibatkan tuduhan penghinaan dan tuduhan anti Semit, dan begitu kuatnya lobi Yahudi, sehingga di Amerika yang berjarak ribuan kilometer dari Jerman terdapat lusinan museum “Holocaust” sebaliknya di Amerika tidak ada museum untuk mengenang pembantaian terhadap kaum Indian, ataupun kulit hitam yang menjadi korban pendudukan kulit putih di Amerika.
Akhir kata, lantas bagaimana dengan PD III ? mengingat isi dari “The Protocols of Zion” adalah menghancurkan aristokrasi, melegalkan minuman keras, melegalkan pornografi, menciptakan gagasan baru seperti marxisme, sosialisme yang menjadi kontradiksi baru, menanamkan kecenderungan terhadap materialisme, menciptakan perang dunia, merekayasa bencana, penguasaan media, penguasaan sistem keuangan dengan berlindung dibalik pinjaman asing serta pendefinisian ulang kekayaan (baca : uang) dimana dalam hal ini mata uang tertentu di kondisikan menggantikan emas yang sebenarnya justru merupakan “kekayaan riil”, merekayasa kebangkrutan nasional suatu negara. Pada akhirnya PD III adalah perang terakhir sekaligus menjadikan satu ras sebagai penguasa bumi dan ras lain yang tersisa menjadi budaknya dengan kata lain “New World Order”. Kesimpulan-nya, benar atau tidak dugaan ini diserahkan kembali pada pembaca, dan tugas kitalah sebagai masyarakat dunia untuk tetap waspada, saling membantu dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk didiami.
4 comments:
ini atikel yang saya cari..
Judul bukunya apa bang?
Judul bukunya apa bang?
Judul bukunya apa bang
Post a Comment