Thursday, March 14, 2013

We Shall Never Surrender

Suatu sore di akhir minggu saya menyetir menuju Bandung bersama salah seorang teman sesama  "kutu buku" dan sekarang bekerja di Makassar. Dalam perjalanan kami saling "share" mengenai berbagai bacaan yang pernah kami “lalap”, dan Iwan demikan nama-nya cerita tentang Winston Churchill. Hemm apakah ini berhubungan dengan pidato terkenal-nya saat serbuan Jerman saat WWII di atas langit London, ternyata tidak sepenuhnya.

Cerita ini juga tidak berhubungan dengan Iron Maiden, group metal Inggris yang bahkan membuat “Aces High”, lagu dengan pembuka pidato yang sangat terkenal ini dalam salah satu konser "live" mereka. Seperti apa sih pidato-nya ?


We shall go on to the end.
We shall fight in France
We shall fight on the seas and oceans.
We shall fight with growing confidence and growing strength in the air.
We shall defend our island whatever the cost may be
We shall fight on beaches,
We shall fight on the landing grounds,
We shall fight in the fields and in the streets,
We shall fight on the hills.
We shall never surrender.


Nah pidato serak dan sengau (sepertinya dipengaruhi hobi cerutu-nya Churchill ) inilah yang membuat masyarakat Inggris terbakar, seakan tidak perduli dengan bagaimana Jerman menghajar antara lain Belanda, Perancis, serta beberapa negara lain-nya dengan serangan kilat ala blietzkrieg (nah kalau ini diangkat menjadi salah satu lagu oleh Metallica) Inggris yang diuntungkan dengan adanya selat antara Jerman dan Inggris, mengubah ketakutan menjadi keberanian. Dan RAF Inggris menantang Luftwaffe  Jerman di langit Inggris yang akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak perang legendaris di masa WWII.

Beberapa saat setelah perang, Churchill yang menuai pujian karena pidato dahsyat-nya ini diundang oleh salah satu sekolah tepatnya Harrow School untuk memberikan pencerahan. Ketika segenap “civitas academica” sudah hadir, namun Churchill yang ditunggu konon tak jua datang. Menit demi menit, dan lalu merambat ke jam, akhirnya Churchill pun tiba, dengan mantap tanpa rasa bersalah langsung menuju podium, dan lalu diam sambil menyapukan pandangan dari kiri ke kanan seraya menatap hadirin dengan tajam.  Audiens yang kebingungan dan masih agak kesal dengan keterlambatan ini, bertanya tanya dalam hati ada apa dengan Churchill ? detik demi detik seolah olah merambat begitu lama, lantas setelah keheningan yang mencekam, Churchill akhirnya mengucapkan “Never Give Up !” dengan serak dan mantap.

Lalu Churchill meninggalkan ruangan, audiens yang tidak siap, masih bingung dengan kejadian itu, lalu terdengar tepuk tangan, perlahan diikuti audiens lain, dan akhirnya di seluruh gedung terdengar tepukan membahana. Dan sejak saat itu, pidato Churchill yang cuma satu kalimat tersebut di Harrow School tersebut dikenang sebagai salah satu pidato terbaik, namun tentu saja masih jauh dibawah pidato-nya saat WWII.

Hemm lantas apa moral of the story-nya ? seperti juga ada banyak cerita sebuah pertandingan bola dapat berubah hasilnya secara drastis, karena seorang pemimpin (manajer sepak bola) dapat memanfaatkan 15 menit saat istirahat dengan baik. Jadi komunikasi di saat yang tepat, dengan pemilihan kata yang tepat, dan kontrol intonasi yang tepat dapat mengubah nasib suatu kaum, dari pecundang menjadi pemenang. 

1 comment:

rihlah said...

Dulu saya dapatkan quotes "Never Give Up" itu dari cerita motivator :-). Tetapi setelah lama kemudian ternyata banyak yang salah dengan "cerita" tersebut. Karena di cerita yang beredar dia pidato di oxford atau cambridge kemudian hanya mengucapkan tiga kata: Never Give Up, dalam versi lainnya We Shall Never Surrender.

Ternyata setelah saya baca sejarahnya winston churchill itu dia pidato di Harrow School tanggal 29 Oktober 1941. Dan pidatonya itu Never Give In. Bisa cari di youtube judulnya never give in speech of Winston Churchill.

never give in, never give in, never, never, never, never—in nothing, great or small, large or petty—never give in except to convictions of honour and good sense. Never yield to force; never yield to the apparently overwhelming might of the enemy.