Monday, May 12, 2014

Anakku Matahariku - Priska Devina

Apa sih yang kita inginkan dalam hidup, Priska menulis, banyak orang mungkin akan berpikir mengenai award dalam bentuk perjalanan yang bergengsi bersama komunitas penuh prestasi, penghasilan puluhan juta atau lebih per bulan, rumah mewah, kendaraan bergengsi atau jabatan prestisius. Hemm Priska hanya ingin menjadi Ibu, setelah 7 tahun berumah tangga tak ada kebahagiaan lain di dunia ini selain menjadi Ibu dari seorang putri bernama Sekar.

Buku ini berisi cerita sehari hari yang sebenarnya juga kita alami sebagai orang tua namun ditulis dengan memikat oleh Priska. Dalam buku ini Priska seakan akan menjadi sahabat kita dan sedang bercakap-cakap di suatu sore yang indah, di pinggir laut menjelang terbenamnya matahari ditemani secangkir kopi panas dan sepiring jajanan hangat. Namun kedekatan itu bukan melulu karena cerita, namun juga karena suami Priska merupakan sahabat saya sekantor enam tahun terakhir ini. Kedekatan itu memang akhirnya terasa, sebagaimana Priska ngotot memilih dokter wanita, yang juga mengingatkan saya akan saya dan istri saya sendiri.


Rasanya masih segar dalam ingatan, beberapa bulan lalu, saat sahabat saya bertanya bagaimana langkah2nya sebuah tulisan dapat menjadi buku. Meski terakhir menulis buku tahun 2001, saya mencoba memberikan masukan pada-nya sesuai dengan apa yang saya ingat. Dan hari ini betapa kaget dan senang-nyanya ketika masuk kantor, dan buku tersebut akhirnya terwujud serta salah satu copy-nya ada di atas meja saya, menunggu untuk di-review.

Dimulai dari sebuah pelatihan yang mencerahkan di Institute of Mind Technology, dan akhirnya menyadarkan Priska bahwa selama ini dia ternyata menempuh jalan yang salah dalam mencari kebahagiaan. Lalu sampai lah Priska pada apa yang dia cari selama ini yakni menjadi seorang ibu. Dengan menjadi ibu lah Priska akhirnya memiliki sudut pandang baru mengenai Ibunya sendiri. Dengan menjadi Ibu lah Priska akhirnya belajar kembali bagaimana menjadi anak yang baik bagi ibunya sendiri.

Beberapa artikel yang saya suka adalah "Mengajari Anak Berderma, Mungkinkah ?", tentang bagaimana Sekar justru memiliki kemurahan hati yang sering sekali hilang pada orang-orang dewasa, dan melalui Sekar kita seakan menemukannya kembali. "Lisptik" yang menyadarkan kita mengenai hal-hal paling berharga dalam hidup. Lalu "Why Are You Crying Mami" yang memang sangat mengharukan, dan akhirnya membantu Priska menemukan mimpi dirinya kembali sebagai seorang penulis.

Anak-anak dimata Priska juga menjadi pemberi inspirasi sekaligus guru kehidupan dalam banyak hal. Sekar sang anak sering sekali memberikan kejutan yang  menyadarkan Priska dan suaminya seperti misalnya bahwa ulang tahun tidak harus di Paris, atau di Singapore melainkan cukup makan bersama dengan mbak Ani si pencuci pakaian, Pak Kimung satpam kompleks dan keluarganya, Supir dan keluarganya serta asisten rumah tangga di restoran yang mereka pilih sendiri.

Priska yang lahir di Singkawang dan besar di Pontianak, dua kota yang juga sangat dekat dengan kehidupan keluarga saya akhirnya menantang pembaca di bagian akhir buku yang menginspirasi ini, "Kapan terakhir anda menulis surat cinta kepada anak anda ?"

2 comments:

Priska Devina said...

Bang Husni, terima kasih banyak atas review ini. Senang hati ini, buku ini bisa dinikmati dan memberi manfaat pada para pembacanya.

Husni I. Pohan said...

Sama2 mbak Priska, kita tunggu edisi berikutnya, jadi ikut penasaran mengamati perkembangan Sekar nih, semoga menjadi anak yang memenuhi harapan orang tuanya, dan berguna bagi sesamanya :)