Beberapa bulan lalu, seorang teman yang memang selama ini kerap saling meracuni dengan konten-konten progressive menyarankan saya untuk eksplorasi Haken via link Youtube di Facebook. Sepintas dengar, sepertinya cukup menarik, khususnya warna suara vokalisnya yang terasa akrab. Lantas setelah dapat sourcenya dari rekan yang lain, saya pasang dalam USB 16 GB, playlist di stereo set di mobil yang biasa dipakai bolak balik Bandung - Jakarta.
Rasanya saya sudah cukup lama tidak membuat review album progressive, dan Haken ini sangat pantas untuk di review. Album ini terdiri dari 9 track (plus dua track bonus yang merupakan versi lain dari track 1 dan 9) dengan cover pegunungan curam yang sosoknya mengingatkan saya akan K2 alias Karakorum, salah satu gunung terterjal di dunia. Bagi Haken sendiri, cover gunung melambangkan pencarian mereka dalam musik. Siapa Haken ? grup asal Inggris ini terdiri dari
Ross Jennings – Vocals
Richard "Hen" Henshall – Guitar, Keyboards
Charlie Griffiths – Guitar
Tom MacLean – Bass guitar
Diego Tejeida – Keyboards, Sound Design
Raymond Hearne – Drums
Ok, mari kita mulai saja reviewnya sbb;
1.The Path 2:46 (***)
Track pembuka ini membuat kita teringat akan Jon Anderson legenda super group Yes, suara lirih namun kesahduan komposisi nada-nya mengingatkan saya akan karya Michael Kamen dalam OST Band of Brothers. Suasana sendu dan sahdu sangat terasa dalam lagu ini. Sebuah lagu yang manis untuk kontemplasi mengakhiri hariyang meletihkan.
2. Atlas Stone 7:32 (****)
Diawali dentingan bening piano, Haken mulai menunjukkan sisi kompleksitas dari musik mereka. Secara skill untuk kelasnya progressive tidak ada permainan teknik individu yang menonjol di band ini, namun karya mereka dalam dan indah. Penggunaan synthesizer menggantikan fungsi koor terasa megah, Diego Tejeida yang kadang dibantu Richard Hensall bermain apik di sektor keyboard. Tejeida bahkan juga menunjukkan bakatnya memainkan improvisasi ala jazz. Berturut turut kita diajak dalam perubahan perubahan beat yang mereka mainkan dengan iringin suara bening dan lirih Ross Jennings.
3. Cockroach King 8:14 (*****)
Bagi yang merindukan koor poliritem ala Gentle Giants, meski Spock's Beard kadang dapat mengobati kerinduan, namun kali ini Haken via track berjudul aneh ini, menunjukkan mereka memiliki kapabilitas yang sama. Pada track ini suara Ross Jennings seakan akan berubah dari dua track sebelumnnya, namun di bagian tengah kembali kita mendengar teriakan ala Jon Anderson. Lagi-lagi ditengah lagu Tejeida pamer skill jazz-nya, setelah sebelumnya di awali dengan solo thrill ala Charlie Griffits. Oh ya jangan mengaharapkan adanya solo-solo gitar indah ala Petrucci ataupun Gilmour. Setelah 4/5 track, mendadak sisi metal Haken muncul dengan ritem berat, dan lalu kembali memulai koor poliritem. Sementara Raymond Hearne meski menabuh drum dengan bermain biasa saja, namun semuanya serba terukur dan terasa pas. Akhirnya koor yang sama dengan pembuka lagu menutup track ini dengan cantik. Track ini juga mengingatkan kita akan gaya repetisi-nya King Crimson, satu dari dua track terbaik dalam album ini.
4. In Memoriam 4:17 (****)
Setelah terjebak dalam labirin Cockroach King, kali ini kita serasa mendengar Porcupine Tree, dengan musik rapi dan sekali2 distorsi. Lagu ini sekalian media unjuk skill Jennings untuk nada-nada tinggi. Lagi-lagi dibagian akhir diantara ejeg-ejeg metal super bersih, diselipkan gaya Gentle Giant, maestro poliritem.
5. Because It's There 4.23 (***)
Track ini lebih mirip variasi dari Track 1, namun dinyanyikan dengan cara yang agak berbeda, kali ini menyerupai gaya choir. Rasanya akan sangat indah jika dinyanyikan dalam konser.Lalu disusul dengan akustik gitar yang dimainkan dengan cita rasa jazz. Dalam album ini, mulai digunakan drum sampling. Bagi saya nada-nada dalam track ini menghanyutkan perasaan. Di bagian tengah Jennings menggunakan teknik yang berbeda dan terkesan berbisik, dan lalu track ini berakhir dengan cantik, dan lalu hening.
6. Falling Back To Earth 11.50 (*****)
Track ini sekaligus merupakan track terpanjang dalam album ini, dan terdiri dari dua bagian, yakni I. Rise dan II. Fall. Jika didengar sepotong pertama, track ini mengingatkan akan Dream Theater, namun mendadak setelah pembukaan, Jennings berbisik. Lalu bernyanyi dengan teknik falsetto ala MUSE, lirih, terkesan fals dan melengking. Track ini membuka ruang improvisasi yang sangat luas bagi Tejeida. Terlihat juga kapasitas sound engineer sekelas karya Steven Wilson, karena jernihnya suara yang dihasilkan. Bagi saya ini mungkin track yang terbaik bersama sama dengan Cockroach King, sekaligus mistis dan gelap. karakter suara Jennings sangat dinamis dalam track ini. Lalu track ini diakhiri dengan nada sendu yang dikemas secara megah.
7. As Death Embraces 3.13 (***)
Track ini mengingatkan saya akan Zeke and The Popo, band lokal yang beberapa tahun lalu manggung dalam acara progressive di Jakarta. Meski idenya tidak orisinal-orisinal amat dan berbau Radiohead.
8. Pareidolia 10:50 (****)
Track kedua terpanjang ini,lagi2 membuktikan betapa album ini disusun secara serius sebagai bagian yang terkait satu sama lain. Track ini mungkin yang paling dekat ke metal scene, sekaligus
terkesan lebih muram. Di tengah lagu, Tejeida dan Griffiths bermain dengan gaya unison yang biasa dimainkan Petrucci dan Rudess atau mungkin Jon Lord dan Blackmore. Dan lalu tanya jawab musikal Jennings dengan member lain, yang mengingatkan saya akan Pink Floyd. Hemm kalau saja unsur suara luar dimasukkan, seperti suara hujan, kicauan burung, bisikan angin, pasti album ini akan lebih asik.
9. Somebody 09:00 (****)
Lagi-lagi track ini mengigatkan kita akan Jon Anderson, harus diakui Jennings benar-benar memiliki kemampuan menirukan suara Jon Anderson. Dalam track ini Jennings seakan menjeritkan seluruh luka perasaan-nya, dengan suara bening melengking. Lalu dipertengahan lapisan multi layer vokal Jennings menghiasi track ini dengan indah dan diakhiri dengan petikan gitar.
Bonus dalam album ini yakni The Pasth Unbeaten tidak menawarkan sesuatu yang baru, namun sepenuhnya ilstrasi musik dari The Path, sepertinya cocok untuk alarm bangun pagi karena kelembutannya. Begitu juga Nobody yang merupakan plesetan track 9 alias Somebody.
Akhir kata album Haken ini merupakan pencapaian yang sangat baik bagi group yang sudah merilis tiga album ini, dan memberikan harapan besar kalau aliran progressive masih terus menghasilkan karya-karya berkelas. Tak aneh kalau Metal Underground memberikan bintang 5 dari 5, dan juga sambutan yang bagus dari The Monolith 4,5 dari maksimal 5 , serta Sea of Tranquility 9,5 dari maksimal 10. Bagi saya album ini seakan akan sharing pengalaman yang sangat personal dari member Haken, layaknya catatan harian yang dipublikasikan, benar-benar dari hati. Tak aneh jika Portnoy ( http://www.mikeportnoy.com/forum/tm.aspx?high=&m=2872620&mpage=1#2872620 ) dan Rudess ( http://top2013.roadrunnerrecords.com/topten/jordan-rudess/#.U-Bor_l_s1Y ) menandai album ini sebagai salah satu dari 10 album yang terbaik di 2013.
Rasanya saya sudah cukup lama tidak membuat review album progressive, dan Haken ini sangat pantas untuk di review. Album ini terdiri dari 9 track (plus dua track bonus yang merupakan versi lain dari track 1 dan 9) dengan cover pegunungan curam yang sosoknya mengingatkan saya akan K2 alias Karakorum, salah satu gunung terterjal di dunia. Bagi Haken sendiri, cover gunung melambangkan pencarian mereka dalam musik. Siapa Haken ? grup asal Inggris ini terdiri dari
Ross Jennings – Vocals
Richard "Hen" Henshall – Guitar, Keyboards
Charlie Griffiths – Guitar
Tom MacLean – Bass guitar
Diego Tejeida – Keyboards, Sound Design
Raymond Hearne – Drums
Ok, mari kita mulai saja reviewnya sbb;
1.The Path 2:46 (***)
Track pembuka ini membuat kita teringat akan Jon Anderson legenda super group Yes, suara lirih namun kesahduan komposisi nada-nya mengingatkan saya akan karya Michael Kamen dalam OST Band of Brothers. Suasana sendu dan sahdu sangat terasa dalam lagu ini. Sebuah lagu yang manis untuk kontemplasi mengakhiri hariyang meletihkan.
2. Atlas Stone 7:32 (****)
Diawali dentingan bening piano, Haken mulai menunjukkan sisi kompleksitas dari musik mereka. Secara skill untuk kelasnya progressive tidak ada permainan teknik individu yang menonjol di band ini, namun karya mereka dalam dan indah. Penggunaan synthesizer menggantikan fungsi koor terasa megah, Diego Tejeida yang kadang dibantu Richard Hensall bermain apik di sektor keyboard. Tejeida bahkan juga menunjukkan bakatnya memainkan improvisasi ala jazz. Berturut turut kita diajak dalam perubahan perubahan beat yang mereka mainkan dengan iringin suara bening dan lirih Ross Jennings.
3. Cockroach King 8:14 (*****)
Bagi yang merindukan koor poliritem ala Gentle Giants, meski Spock's Beard kadang dapat mengobati kerinduan, namun kali ini Haken via track berjudul aneh ini, menunjukkan mereka memiliki kapabilitas yang sama. Pada track ini suara Ross Jennings seakan akan berubah dari dua track sebelumnnya, namun di bagian tengah kembali kita mendengar teriakan ala Jon Anderson. Lagi-lagi ditengah lagu Tejeida pamer skill jazz-nya, setelah sebelumnya di awali dengan solo thrill ala Charlie Griffits. Oh ya jangan mengaharapkan adanya solo-solo gitar indah ala Petrucci ataupun Gilmour. Setelah 4/5 track, mendadak sisi metal Haken muncul dengan ritem berat, dan lalu kembali memulai koor poliritem. Sementara Raymond Hearne meski menabuh drum dengan bermain biasa saja, namun semuanya serba terukur dan terasa pas. Akhirnya koor yang sama dengan pembuka lagu menutup track ini dengan cantik. Track ini juga mengingatkan kita akan gaya repetisi-nya King Crimson, satu dari dua track terbaik dalam album ini.
4. In Memoriam 4:17 (****)
Setelah terjebak dalam labirin Cockroach King, kali ini kita serasa mendengar Porcupine Tree, dengan musik rapi dan sekali2 distorsi. Lagu ini sekalian media unjuk skill Jennings untuk nada-nada tinggi. Lagi-lagi dibagian akhir diantara ejeg-ejeg metal super bersih, diselipkan gaya Gentle Giant, maestro poliritem.
5. Because It's There 4.23 (***)
Track ini lebih mirip variasi dari Track 1, namun dinyanyikan dengan cara yang agak berbeda, kali ini menyerupai gaya choir. Rasanya akan sangat indah jika dinyanyikan dalam konser.Lalu disusul dengan akustik gitar yang dimainkan dengan cita rasa jazz. Dalam album ini, mulai digunakan drum sampling. Bagi saya nada-nada dalam track ini menghanyutkan perasaan. Di bagian tengah Jennings menggunakan teknik yang berbeda dan terkesan berbisik, dan lalu track ini berakhir dengan cantik, dan lalu hening.
6. Falling Back To Earth 11.50 (*****)
Track ini sekaligus merupakan track terpanjang dalam album ini, dan terdiri dari dua bagian, yakni I. Rise dan II. Fall. Jika didengar sepotong pertama, track ini mengingatkan akan Dream Theater, namun mendadak setelah pembukaan, Jennings berbisik. Lalu bernyanyi dengan teknik falsetto ala MUSE, lirih, terkesan fals dan melengking. Track ini membuka ruang improvisasi yang sangat luas bagi Tejeida. Terlihat juga kapasitas sound engineer sekelas karya Steven Wilson, karena jernihnya suara yang dihasilkan. Bagi saya ini mungkin track yang terbaik bersama sama dengan Cockroach King, sekaligus mistis dan gelap. karakter suara Jennings sangat dinamis dalam track ini. Lalu track ini diakhiri dengan nada sendu yang dikemas secara megah.
7. As Death Embraces 3.13 (***)
Track ini mengingatkan saya akan Zeke and The Popo, band lokal yang beberapa tahun lalu manggung dalam acara progressive di Jakarta. Meski idenya tidak orisinal-orisinal amat dan berbau Radiohead.
8. Pareidolia 10:50 (****)
Track kedua terpanjang ini,lagi2 membuktikan betapa album ini disusun secara serius sebagai bagian yang terkait satu sama lain. Track ini mungkin yang paling dekat ke metal scene, sekaligus
9. Somebody 09:00 (****)
Lagi-lagi track ini mengigatkan kita akan Jon Anderson, harus diakui Jennings benar-benar memiliki kemampuan menirukan suara Jon Anderson. Dalam track ini Jennings seakan menjeritkan seluruh luka perasaan-nya, dengan suara bening melengking. Lalu dipertengahan lapisan multi layer vokal Jennings menghiasi track ini dengan indah dan diakhiri dengan petikan gitar.
Bonus dalam album ini yakni The Pasth Unbeaten tidak menawarkan sesuatu yang baru, namun sepenuhnya ilstrasi musik dari The Path, sepertinya cocok untuk alarm bangun pagi karena kelembutannya. Begitu juga Nobody yang merupakan plesetan track 9 alias Somebody.
Akhir kata album Haken ini merupakan pencapaian yang sangat baik bagi group yang sudah merilis tiga album ini, dan memberikan harapan besar kalau aliran progressive masih terus menghasilkan karya-karya berkelas. Tak aneh kalau Metal Underground memberikan bintang 5 dari 5, dan juga sambutan yang bagus dari The Monolith 4,5 dari maksimal 5 , serta Sea of Tranquility 9,5 dari maksimal 10. Bagi saya album ini seakan akan sharing pengalaman yang sangat personal dari member Haken, layaknya catatan harian yang dipublikasikan, benar-benar dari hati. Tak aneh jika Portnoy ( http://www.mikeportnoy.com/forum/tm.aspx?high=&m=2872620&mpage=1#2872620 ) dan Rudess ( http://top2013.roadrunnerrecords.com/topten/jordan-rudess/#.U-Bor_l_s1Y ) menandai album ini sebagai salah satu dari 10 album yang terbaik di 2013.
No comments:
Post a Comment