Wednesday, August 20, 2014

Rampokan Java dan Rampokan Celebes - Peter Van Dongen

Membaca komentar atas karya Peter Van Dongen di komunitas Tintin ID, membuat saya langsung beraksi di Gramedia MTA, ehh sayangnya masih belum dijual. namun saat ke Bandung dan mampir di Toga Mas jalan Supratman, 17/8/2014, ternyata komik ini tersedia dan langsung saya sambar komik 168 halaman dengan 4 bab ini, tanpa berpikir panjang, hemm lumayan juga ada potongan harga 10%. 

Komik ini terdiri dari dua karya yang berselisih 6 tahun, yakni Rampokan Java (1998) dan Rampokan Celebes (2004), lalu digabung menjadi satu. Benar-benar kejutan melihat kualitas grafis Van Dongen, sepertinya ybs benar-benar terobsesi dengan coretan Herge. Teknik yang digunakan yakni Ligne Claire, dengan garis-garis kuat bersih namun tetap menggunakan ketebalan yang sama, serta tentu saja tanpa arsiran. Hanya saja agak aneh kenapa Van Dongen tidak menerapkan pewarnaan secara menyeluruh, namun hanya warna hitam, putih dan sephia pucat, Catatan saja, saya tidak merekomendasikan komik ini bagi anak-anak, maklum meski tidak eksplisit tetapi ada muatan kekerasan dan perselingkuhan. 




Balik ke teknik, tidak tanggung-tanggung karya Van Dongen ini tingkat kualitas-nya nyaris sekelas dengan Penerbangan 714 karya Herge meski masih sedikit dibawah kerumitan Perjalanan/Penjelajahan ke/di Bulan. Bagi saya pribadi, sesuai periode berkarya, Herge memiliki beberapa perbedaan level secara teknis. Berbeda dengan petualangan Tintin di Amerika yang masih terkesan sederhana, lalu meningkat di Rahasia Kapal Unicorn, Herge menunjukkan kualitas gambar yang meningkat secara drastis di Penerbangan 714 dan Perjalanan/Penjelajahan ke/di Bulan.

Secara riset, terlihat juga bagaimana telitinya Van Dongen menggambarkan alam Celebes dan Java dengan indah, termasuk jenis-jenis mobil yang digunakan (yang juga merupakan salah satu keunggulan Herge), pakaian penduduk tradisional, sampai dengan tradisi mistik. Sayangnya Van Dongen masih kedodoran di skenario, lalu karakter tokoh yang kurang kuat, serta klimaks cerita yang kurang mengigit. Juga raut wajah pribumi Indonesia sepertinya masih terlihat mendekati Thailand, khususnya mata yang digambarkan lebih dekat ke sipit. 




Kenapa Van Dongen terkesan dengan Indonesia ?, Ibu Van Dongen lahir di Manado, komikus kelahiran 1966 ini kerap mendengar cerita mengenai Indonesia dari ibu-nya. Ibunya bahkan terlibat langsung sebagai saksi hidup dalam peristiwa pemboman Makassar tahun 1950. Hemm banyak juga ternyata tokoh dunia yang memiliki kedekatan dengan Indonesia, layaknya Eddie Van Halen, gitaris papan atas yang ternyata memiliki Ibu (Eugenia Van Beers) yang berasal dari Rangkasbitung. 

Harapan saya kedepan, semoga saja Van Dongen dapat menelurkan karya-karya yang lebih baik lagi. Misalnya saja ada skenario petualangan Tintin di Indonesia, bisa sebagai wartawan saat huru hara G30S, atau memecahkan rahasia terdamparnya kapal selam Jerman di Karimun Jawa, atau digambarkan terlibat dalam mengungkap penemuan candi Borobudur, pasti-nya bakal seru sekali. 

Kalau ternyata penggambaran episode Tintin versi Van Dongen terhambat masalah copy right, bisa juga misalnya membuat komik grafis dari karya Pramoedya Ananta Toer, seperti empat karya dahsyat Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak  Langkah dan Rumah Kaca, maka karya Van Dongen ini bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Kombinasi Van Dongen dan Toer, akan menjadi sumbangan dahsyat bagi dunia komik.   

No comments: