Wednesday, February 04, 2015

Khilafah - Felix Y. Siauw



Buku ini berbeda dengan buku-buku Felix sebelumnya, khususnya karena ada visualisasi nyaris di sepanjang buku, oleh Handri Satria Handjaya. Judulnya mengingatkan saya akan buku Zaynur Ridwan yang pernah saya buat reviewnya di awal tahun 2012 (http://hipohan.blogspot.com/2012/01/khilafa-nya-zaynur-ridwan.html). Bagi saya tulisan-tulisan Felix enak dibaca, tajam, dan sistematis. Saat review ini ditulis koleksi tulisan Felix yang saya miliki termasuk buku ini,  mencapai enam buku yakni "Muhammad Al Fatih 1453", "How To Master Your Habits", "Beyond The Inspiration", "The Chronicles of Ghazi" jilid  1 dan 2. 

Saya ingat beberapa bulan lalu sempat diskusi dengan seorang teman, dan darinya saya akhirnya tahu bahwa ketertarikan Felix pada Islam berawal berinteraksi dengan seorang ulama yang aktif di Hizbut Tahrir. Organisasi yang aktif berdemo dan gampang dikenali karena sering membawa anggota keluarga dalam berdemo ini, memang terkenal akan orientasinya pada Khilafah. Tidak aneh kalau kemudian Felix menulis tentang ini, dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai Khilafah. Juga akhirnya saya memahami dalam tweetnya Felix sempat menimbulkan kontroversi soal nasionalisme. 




Saya pribadi berpendapat, Khilafah akan terbentuk dengan inisiatif Imam Mahdi, yang sampai kini masih ditunggu-tunggu proses baiat-nya di Madinah,  meski tanda-tanda akhir zaman sudah banyak yang bermunculan. Namun sama sekali tidak ada salahnya untuk membaca tulisan Felix ini, sekaligus memperdalam pemahaman mengenai Khilafah. Memang sejumlah ulama menyampaikan bahwa sebelum hari akhir tiba, dunia akan merasakan kembali kehadiran Khilafah, dan apa yang saya yakini adalah, hal itu akan terwujud dibawah pemerintahan Imam Mahdi. 




Jika kita mempelajari Khilafah maka salah satu yang dijadikan acuan tentunya Madinah. Di zaman Nabi Muhammad SAW, Madinah-lah adalah tempat yang aman bagi banyak keyakinan termasuk Yahudi dan Kristen.  Sebagaimana HR Bukhari, yang menyatakan " Madinah itu seperti tungku api (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya". Hal ini menurut Felix terjadi karena manakala seseorang memasuki Madinah, maka mau tak mau, suka tak suka, dia harus mengikuti syariat, sehingga dengan demikian maka hanya kebaikan yang bisa tampil kedepan *. 

Bagi Felix kebaikan individu (pilar yang bertakwa pada Allah), lalu menjadi kebaikan masyarakat (pilar yang berdakwah) dan akhirnya mewujud menjadi kebaikan Negara (pilar yang menerapkan syariah), adalah tiga pilar penting Khilafah. Pada masa lalu, Khilafah muncul di Madinah dilanjutkan dengan Umayyah, lalu Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah. Dan kekuasaan itu sebagaimana dijanjikan oleh Allah akan berpindah dari satu ke yang lain, dan akan bertahan selama mereka berpegang pada tali Allah. Bagi Felix saat ini kebanyakan umat Islam hanya sampai ke level masyarakat, dan belum sampai ke Negara. 

Madinah 632 - 661 
Umayyah - Damascus 661 - 750 
Abbasiyah - Baghdad 750 - 1250 
Abbasiyah - Khairo 1258 - 1517
Utsmaniyah - Istanbul 1517 - 1924

Tanpa pilar ketiga, maka Khilafah tidak akan pernah tercapai, dan bisa jadi itulah sebabnya kenapa sejak Utsmaniyah belum ada lagi pergerakan yang menyatukan dunia muslim dalam satu "negara". Dan yang terjadi justru Islam terpecah pecah menjadi banyak negara dan masing-masing harus menghadapi kesulitannya sendirian. Bayangkan saat dalam satu Khilafah, umat Islam pernah menguasai daratan seluas 20.000.000 km2, dan semuanya dalam satu pemerintahan, satu kepemimpinan, satu bendera dan satu komando. Tidak aneh kalau Palestina saat ini masih diduduki Israel, yang memang diakibatkan tidak satu suaranya negara-negara Islam. 

Bagi Felix, dua issue yang sering digunakan seperti isu toleransi saat yang memusuhi Islam berstatus minoritas dan sebaliknya isu demokrasi  saat yang memusuhi Islam berstatus mayoritas adalah kekonyolan yang terjadi karena umat Islam membiarkannya terjadi.  Kalau melihat kasus dimana kaum wanita muslim Prancis dilarang menggunakan jilbab atau saat di Inggris/Rusia dilarang membangun Masjid sih rasanya apa yang disampaikan Felix benar juga. Begitu juga pada kasus Charlie Hebdo yang baru-baru ini terjadi, saat membicarakan Yahudi maka tuduhan "Antisemit" menjadi senjata, namun sebaliknya saat Nabi Muhammad SAW di hina, maka issue yang diusung adalah "Freedom of Speech". 

Soal Khilafah ini juga ternyata "menakutkan" tokoh-tokoh Eropa, seperti Charles Clark - British Home Secretary 2004 - 2006 "Tidak boleh ada negosisasi mengenai pembentukan kembali Khilafah. Tidak boleh ada negosiasi mengenai penetapan hukum syariah" dan George W. Bush 2006 "Khilafah ini akan menjadi imperium Islam totalitarian yang meliputi seluruh wilayah muslim saat ini dan yang terdahulu yang membentang dari Eropa sd Afrika Utara, Timur Tengah sd Asia Tenggara". Demikian juga Tony Blair 2005 "Kita sesungguhnya sedang menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan mengusir Barat dari dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal, yang akan menjadikan syariat Islam sebagai hukum dunia Islam melalui penegakan Khilafah bagi segenap umat Islam. 

Hemm bagi saya akhirnya akan menarik mengamati bagaimana semuanya akhirnya berproses, menunggu baiat Imam Mahdi, atau memulainya dari sekarang menjadi dua pilihan yang bisa diambil kebanyakan muslim. Apapun perbedaan pendapat selama bukan hal yang prinsip, sebaiknya diterima sebagai rahmat, dan bukan sebagai pemicu permusuhan. 

* Bangsa Indonesia yang dikenal tak taat peraturan, ternyata bisa menjadi sangat disiplin saat di Singapore, tidak membuang sampah sembarangan, antri dengan tertib, menyebrang jalan sesuai peraturan, memberikan tempat duduk bagi yang cacat, hanya merokok di tempat-tempat tertentu saja. Kenapa ? bagi saya karena peran Negara yang kuat dalam menegakkan peraturan. 

No comments: