Ini Novel keempat Zaynur yang saya baca, dan di luar novel Indonesia Inc (II), novel The Khilafa (TK) merupakan suatu kesatuan trilogy bersama sama The Greatest Design (TGD), lalu Novus Ordo Seclorum (NOS). Sepertinya riset dua tahun dalam Novel TGD masih menyisakan materi yang cukup bernilai dan dapat dijadikan sebagai novel ketiga. Saat tugas ke Samarinda, begitu ada waktu senggang saya menikmati novel ini sepanjang perjalanan. Dan mencoba menuliskan resensi-nya saat menunggu pesawat yang akan membawa saya kembali ke Jakarta di Bandara Sepinggan.
Tetapi sayang-nya lagi2 sebagaimana TGD dan juga NOS, novel ini juga tidak memiliki ending yang memuaskan. Berbeda dengan II yang memiliki ending cantik, Trilogy TGD, NOS dan TK masih menyisakan teka teki besar, tadinya saya berharap dengan novel ketiga ini semua ending yang tidak pas pada kedua novel sebelumnya akan diselesaikan dengan cantik. Apakah kesemua ending Trilogy ini terjadi karena memang Zaynur tidak ingin berandai andai, terkait sebagian besar data yang ditampilkan mengacu pada fakta yang sebenar-benarnya ? sehingga mengira ngira ending justru akan menjauhkan trilogy ini dari fakta ? saya rasa iya. Meski demikian Zaynur tetap secara cerdas membuat pembaca-nya terpaku dan penasaran untuk menjelajahi novelnya lembar demi lembar dengan hasrat menggebu yang sulit dihentikan.
Tokoh2 yang terlibat masih Bumi, lalu Syaikh Naggar (yang di TGD juga memainkan peran sentral meski muncul belakangan), Aurora Bulan (Ibu Bumi yang juga seorang professor di bidang sains), dan sosok tambahan yaitu Dokter Mayra dan adiknya yang cacat Faisal. Sayang-nya tokoh Maria kali ini tidak kita temukan (padahal adanya tokoh Maria ini membantu pembaca non Muslim sekaligus Non Yahudi bahwa Yahudi adalah musuh semua umat). Novel ini memainkan skenario-nya di Gaza, Palestina dan dibuka ketika Bumi mengunjungi Masjidil Aqsa di saat Ramadhan, namun mengalami musibah karena dihajar tentara Israel tetapi sekaligus juga keberuntungan karena dapat menghindarkan diri dari ledakan yang menyebabkan semua penumpang bis tewas.
Selain Palestina atau Gaza, secara umum, maka secara khusus kehidupan di bawah lorong2 tanah juga digambarkan oleh Zaynur dengan mendetail. Serta juga bagaimana rencana perlawanan akan dilakukan dengan persenjataan kimia lewat pipa2 bawah tanah yang meneruskan racun ini lewat sebuah pabrik kimia yang juga dibangun di bawah tanah. Skenario persenjataan kimia ini bagi saya pribadi tidaklah Islami, khususnya karena efeknya tidak mengenal jenis sasaran, sedangkan perang ala Nabi sangat lah menghargai wanita, anak2, orang tua, lawan yang sudah menyerah, binatang dan bahkan sehelai daun.
Novel ini juga mengingatkan kita akan pengorbanan Rachel Corrie, wanita Amerika yang berani berdiri melawan gerak maju buldozer Israel, meski akhirnya beliau terjatuh, lantas kakinya digilas hingga patah, dan di hantam penggaruk buldozer berkali kali sampai akhirnya tewas. Kisah Al Dorrah anak dan ayah, yang dihajar bertubi tubi dengan tembakan, meski sudah memohon ampun, begitu juga dengan penderitaan Palestina secara umum atas perkosaan, penggusuran, penggunaan senjata dengan teknologi kejam seperti CSM3 dan Fosfor. Juga diungkapkan kasus penculikan 7600 anak2 Palestina sejak tahun 2000 yang dirusak masa depan-nya agar kelak tidak menjadi Mujahid yang membahayakan eksistensi Israel. Perlu diketahui bahwa Israel juga satu-satunya Negara yang tidak mempunyai tapal batas yang jelas, dan sejak perjanjian Oslo di 1993 masih terus tumbuh menjadi 3x lipat lebih luas. Juga fakta yang sering dilupakan orang, adalah Bangsa Yahudi bukanlah bangsa pertama yang tinggal di kawasan ini, sehingga klaim mereka atas kawasan ini dengan menggunakan kitab2 mereka sambil menggusur bangsa lain adalah suatu hal yang sulit untuk diterima.
Kita diingatkan kembali bahwa usaha2 untuk merubuhkan Masjidil Aqsa masih terus berjalan, dan kelak akan dikurbankan Sapi Merah (yang proses kloning-nya sudah final) serta diselesaikan-nya Haykal Sulaeman untuk menyambut datangnya Raja Yahudi (Dajjal). Dan sesuai dengan nubuat, saat itu sudah sangatlah dekat. Perhitungan astronomi, di 2014 sd 2015, dua hari besar Yahudi (Paskah dan Tabernakel) bertepatan dengan 4 gerhana bulan berturut turut yang disebut juga dengan BloodMoon atau Tetrad dimana warna bulan akan terlihat merah, sedangkan dua hari besar lainnya (Nisan atau tahun baru Yahudi dan Trumpet) bertepatan dengan dua gerhana Matahari. Dan Tetrad ini adalah yang terakhir di abad, dan ini dipercaya merupakan isyarat datang-nya Raja Yahudi.
Akhir kata, novel ini sesungguhnya mempermalukan umat (baik Indonesia yang jauh maupun tetangga2 Palestina yang jauh lebih dekat), yang bersikap seakan akan semua berjalan normal, padahal semua penindasan ini masih terus berlangsung hingga kini, dan lewat novel ini semoga kita semua tercerahkan.
No comments:
Post a Comment