Tuesday, May 17, 2016

Jalan jalan Klinik Nadhifa Al Ghiffari Part #1 of 4 : Berangkat ke Yogya

Tak terasa klinik sebentar lagi memasuki dua tahun berjalan secara operasional, dan seperti komitmen pada para keluarga besar klinik, setiap tahun diadakan 1x Jalan2 ala “Rawat Jalan” alias seharian jalan-jalan namun pulang pergi, dan 1x jalan2 ala “Rawat Inap” alias jalan-jalan dengan menginap. Jika tahun pertama ke Pangandaran dan Kampung Gajah, maka tahun kedua kali ini untuk “Rawat Inap” kami memilih ke Yogya. Sayangnya tidak semua keluarga besar klinik dapat bergabung, sehingga total peserta adalah 20 dewasa dan 1 anak (yakni keponakan yang turut ikut). Berikut link blog saat kami ke Pangandaran


Setelah memilih tanggal dimana kebetulan hari Jumat  merupakan hari libur Hari Raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 25/3/2016, dan karena kuatir dengan pengalaman buruk kami saat terjebak berjam-jam di Nagrek saat ke Yogya beberapa tahun lalu, maka kami memilih menggunakan KA Lodaya dibanding naik bis. Sesampai di Yogya subuh dini hari, langsung dijemput bis lokal yang kami sewa menuju tempat sarapan.  

Untuk memudahkan mobilitas rombongan, jauh-jauh hari kami sudah memesan bis dari Menara Trans, dengan PIC Pak Sigit, dan drivernya yang bernama Pak Aan. Bis ini kami sewa dengan biaya 2,6 juta sudah termasuk supir dan bahan bakar selama dua hari (tidak termasuk tip supir). Kami lalu melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan Stasiun Tugu. Senang sekali mendapatkan supir seperti Pak Aan, orangnya sabar dan ramah.




Awalnya beruntung sekali rasanya mendapat bis dengan mesin Elf Isuzu dan karoseri Adiputro, yang masih sangat baru, namun nantinya dalam perjalanan AC nya sempat bermasalah dan mengakibatkan anggota rombongan bagaikan direbus dalam gerbong kereta pengungsi Jepang saat zaman penjajahan dulu. Kami lalu menuju Cafe Semesta untuk sarapan, makanannya lumayan, lagian memang tidak mudah mencari sarapan sepagi itu.




Perjalananpun lanjut menuju Gua Pindul di daerah Gunung Kidul dengan melintasi kota Yogya,  selama sekitar 1,5 jam menempuh jarak sekitar 55 km. Ada beberapa spot menarik sebenarnya namun karena harus sampai secepatnya kami tidak sempat berfoto. Nama Goa Pindul sendiri berasal dari kisah perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang dutus oleh Panembahan Senopati di Mataram untuk membunuh bayi laki-laki buah cinta putri Panembahan Senopati yaitu Mangir Wonoboyo dari Mangiran (Bantul). Dalam perjalanannya, kedua abdi itu sepakat untuk tidak membunuh sang bayi, keduanya lalu pergi lalu pergi kearah timur (arah Gunung Kidul) hingga tiba disuatu dusun didaerah Karang Mojo. Disana keduanya menggelar tikar dan alas tempat tidur bekas persalinan sang bayi kemudian menguburnya.


Dusun tersebut dinamakan Dusun Gelaran. Sementara itu karena sang bayi terus saja menangis, maka kedua utusan itu pun memutuskan untuk memandikan Sang Bayi. Ki Juru Mertani naik kesalah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit, dan dengan kesaktiannya  tanah yang diinjakpun  runtuh dan mengangalah sebuah gua besar dengan aliran air dibawahnya. Sang bayi kemudian dibawa turun dan dimandikan di dalam goa di lubang tadi. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur (Jawa : kebendhul) batu yang ada didalam. Karena peristiwa tersebut akhirnya goa itu dinamakan Goa Pindul.

Lanjut ke Part #2 http://hipohan.blogspot.co.id/2016/05/jalan-jalan-klinik-nadhifa-al-ghiffari_66.html

No comments: