Saturday, December 15, 2018

Bohemian Rhapsody (2018) - Bryan Singer


Menemani  Si Bungsu menonton Bohemian Rhapsody, lalu untuk kedua kalinya menemani istri menonton kembali setidaknya ada dua hal yang bisa saya simpulkan. Pertama, hanya pada saat sulit kita menemukan sahabat dan cinta sejati.  Namun jika sukses diraih jangan pernah meninggalkan mereka, karena jika itu anda lakukan, maka hanya sahabat dan cinta palsu lah yang akan anda dapatkan.

Kedua, sebaiknya jika berkumis cukur kumis anda sebelum menonton, karena kalau tidak, maka akan ada perasaan tidak nyaman ditatap dengan penuh arti oleh penonton lainnya. Maklum Freddie Mercury, Jim Hutton dan Paul Prenter tokoh dengan kelainan seksual di masa itu seperti yang digambarkan di film, kesemuanya memiliki kumis tebal.




Hal yang mengagumkan bagi saya tentu saja proses casting yang luar biasa, pemeran Brian May (Gwilym Lee), Roger Taylor (Ben Hardy) benar-benar terlihat mirip. Begitu juga John Deacon (Joseph Mazello). Wajah Joseph Mazello juga terlihat akrab, dan baru ingat kemudian kalau dia pernah main di Jurassic Park, sebagai bocah lelaki yang dikejar-kejar dinosaurus sepanjang film. Begitu miripnya, sehingga ada yang mengatakan Gwilym Lee bahkan lebih mirip Brian May ketimbang Brian May sendiri he he.

Namun mencari aktor yang bisa memainkan Freddie Mercury tentunya tidak mudah, apalagi secara fisik Rami Malek tidak benar-benar mirip. Untungnya Rami Malek memiliki bakat khusus akting sehingga dia tetap bisa memainkan peran Freddie dengan luar biasa. Keputusan Brian May mengganti kandidat Sacha Baron Cohen (yang karya2 film sebelumnya sarat dengan komedi SARA) dan pengakuan Cohen yang ingin lebih menonjolkan sisi kelam Freddie akhirnya tidak terwujud. Cohen konon meninggalkan proyek tsb di tahun 2013 dengan tuduhan kalau Brian May tetap ingin menjaga nilai-nilai baik Queen dan lebih pantas sebagai produser musik ketimbang film.

Adegan yang saya suka, adalah saat Freddie mencoba meyakinkan Roger dan Brian, saat band mereka kehilangan vokalis, adegan awal saat persiapan konser Live Aid yang dipersiapkan dengan sangat detail, dialog dengan Mary Austin saat hujan turun dengan deras dan lalu Freddie menyadari kalau apa yang disampaikan Mary Austin benar belaka, sayangnya dia tidak kembali ke Mary Austin, cinta sejatinya (yang menjadi inspirasi lagu legendaris Love of My Life) , namun hanya meninggalkan Paul Sang Oportunis dan lalu jatuh ke pelukan Jim.  

Film ini juga menjelaskan bagaimana tidak nyamannya Brian, Roger dan John dengan gaya hidup pesta-pesta Freddie yang semakin liar, bahkan juga sampai melibatkan pasangan sejenisnya ikut menentukan sisi artistik dari album-album Queen selanjutnya. Kehidupan Freddie yang serba bebas akhirnya berakhir karena AIDS pada 24 November 1991, sementara pasangan terakhirnya alias Jim Hutton yang juga juga pengidap HIV sejak terdeteksi tahun 1990, meninggal 1 Januari 2010, karena kanker paru-paru pada usia 61 tahun.

Jangan lupa ada tokoh yang meski tak muncul, namun sangat penting untuk menghadirkan suasana studio dengan vokal khas Freddie Mercury. Siapa dia ? yakni Marc Martel, yang kualitas suaranya benar-benar mendekati Freddie. Begitu bagusnya Marc, sehingga banyak yang heran kenapa Queen formasi terakhir malah mengusung Adam Lambert. Anda bisa cek Marc Martel dalam link https://www.youtube.com/watch?v=QkCxE2Lh458 .

Apakah versi film ini dengan adanya supervisi langsung Brian May, sesuai dengan fakta ?, tidak juga ternyata, paling tidak ada sekitar 6 fakta yang tak sesuai dengan apa yang digambarkan dalam film. Anda bisa cek di link ini  https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20181202120303-36-44595/6-fakta-yang-tidak-sesuai-cerita-di-film-bohemian-rhapsody .

Diluar kehidupan Freddie yang saya kira tak layak dicontoh, bersama Queen mereka berhasil merilis 15 album studio. Sampai dengan album The Game, Queen masih setia pada jalur utama yakni rock, sayangnya sejak album Hot Space musiknya mulai agak melenceng, meski  pada beberapa bagian masih memainkan akar musik mereka yang sebenarnya.

  • Queen (1973)
  • Queen II (1974)
  • Sheer Heart Attack (1974)
  • A Night at the Opera (1975)
  • A Day at the Races (1976)
  • News of the World (1977)
  • Jazz (1978)
  • The Game (1980)
  • Flash Gordon (Original Soundtrack) (1980)
  • Hot Space (1982)
  • The Works (1984)
  • A Kind of Magic (1986)
  • The Miracle (1989)
  • Innuendo (1991)
  • Made in Heaven (1995)

Sayang juga, tidak semua masterpiece mereka ada dalam film ini, padahal menurut saya The Prophet Song, bahkan lebih baik ketimbang Bohemian Rhapsody. Akhir kata, menyenangkan sekali menonton kisah masa lalu ini, suasana konser yang megah, sound system yang membahana dan juga mengingatkan kita kembali pada pentingnya tetap hidup sehat dan normal, serta senantiasa berpegang pada norma agama.



No comments: