Setelah sempat mutar2 mencari cara masuk ke kompleks Masjid sekaligus makam Sunan Ampel dan ternyata memang kami tidak bisa masuk ke lokasi, kecuali dengan jalan kaki, maka Munir parkir di sisi jalan, dan kami pun masuk ke mulut gang. Jalan masuk-nya mengingat kan saya akan Ruin St. Paul di Macau, karena penuh dengan kios2 penjual di sepanjang gang dengan bangunan2 berarsitektur Tiongkok dan Arab disekitar-nya. Namun jualan-nya yang membedakan. Di sini yang dijual adalah kurma, buku2 agama, tasbih, baju2 muslim. Abang saya yang pernah wisata religi ke makam para Wali Songo, mengatakan memang nyaris disetiap makam selalu ada yang jualan seperti itu.
Istri mendadak menunjuk sebuah komik yang mengingatkan saya akan masa kecil tentang hukuman Allah di Neraka bagi dosa2 di Dunia. Sayang-nya dibuat dalam jilid2 super tipis untuk setiap jenis dosa. Hemm kalau saja ada yang versi lengkap, sepertinya komik ini cukup menarik untuk diboyong pulang, kalau saja ada yang membuat ulang komik ini sepertinya bagus juga buat anak2 sekarang. Komik ini juga berperan besar dalam “meluruskan” jalan saya hingga sekarang.
Begitu masuk ke jalan kecil tersebut kita segera dengan mudah mengenali dengan menara-nya yang berarsitektur khas. Namun Masjid baru dibuka jam 10:00 sedangkan kami masih memiliki agenda untuk ke lokasi lain-nya. Istri dan Ibu segera kebelakang menuju kompleks pemakaman Sunan Ampel untuk berziarah. Meski lokasinya outdoor namun untuk masuk kita harus melepas alas kaki dan tidak diperkenankan menggunakan kamera. Akhirnya saya urung masuk ke kompleks makam, namun berusaha untuk mencari sudut2 menarik disekitarnya. Si Sulung tertahan karena menggunakan celana ¾, dan terpaksa menunggu di sekitar masjid.
Masjid kuno Ampel ini terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir. Luasnya 120 x 180 meter persegi ini dan konon didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel. Selain kompleks pemakaman di bagian belakang, di samping kiri halaman masjid, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang percaya untuk penguat janji atau sumpah.
Siapa Sunan Ampel ?, salah satu sumber sejarah catatan kronik China dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam Po Bo. Ada beberapa versi lain, namun ini salah satu yang dianggap cukup valid. Menurut sejarah bukan cuma Masjid Sunan Ampel yang didirikan oleh beliau, namun juga Masjid Agung Demak.
Selanjutnya di http://hipohan.blogspot.co.id/2013/08/inspirasi-dari-jawa-timur-3-masjid.html
1 comment:
Saya senang membaca kisah perjalanan anda ke Mesjid Sunan Ampel. Kapan-kapan saya juga pingin ke sana, hex3. Salam Bang Husni.
Post a Comment