Sunday, August 04, 2013

Neraka Borneo - Alfi dan "Man"

Kalau disebut Mansjur Daman, mungkin banyak penggemar komik klasik Indonesia yang bingung dengan tokoh dimaksud. Namun kalau diingatkan Mandala Siluman Sungai Ular, Golok Setan, Braja, dll, barulah orang ingat nama salah satu komikus terkenal Indonesia yang tahun 2013 ini sudah berusia 67 tahun.

Alih2 mengira goresan-nya memburuk, Man justru semakin menunjukkan taring-nya dengan teknik menggambar yang sepertinya menggunakan riset yang cukup seksama, khusus-nya kostum Dayak beserta rumah panggung-nya, dll. Teknik gelap terang-nya saat menggambar pegunungan dikejauhan dengan warna abu2, dan tokoh2 yang dekat dengan warna tegas, menunjukkan kematangan Man selain penguasaan perspektif yang semakin bagus.

Sayang-nya skenario Alfi kedodoran, dan terkesan ingin menampilkan semua hal2 yang menarik namun justru menjadi tumpang tindih diserta penggambaran karakter tokoh yang terkesan tidak konsisten. Terlihat jelas pengaruh Jurrasic Park saat adegan pengejaran mahluk bertanduk di semak ilalang. Atau mahluk2 serangga raksasa yang muncul dari tebing2, yang mengingatkan kita akan karya Peter Jackson di film Kingkong. Begitu juga muncul-nya gadis kecil Dayak misterius yang sepertinya masih terinspirasi dari Kingkong.



Dilain pihak situs arkeologi yang memunculkan mayat prajurit Dayak yang hidup kembali mengingkatkan saya akan film The Mummy. Meski dalam penjelasan mengenai lahirnya komik ini Alfi sama sekali tidak menyebutkan film2 tersebut sebagai bagian dari referensi yang dia baca. Alfi justru menyebut Event Horizon sebagai film yang menginspirasi, dalam kasus dimana pesawat mengalami hal2 aneh dan perselisihan diantara penumpang bisa jadi memang pendekatan-nya mirip. Kebetulan saya yang memang pernah menonton Event Horizon akhirnya menjadi lebih jelas dengan apa yang dimaksud Alfi.

Lebih menyedihkan lagi adalah penggunaan istilah Arsitek Agung yang menjadi kunci dari seluruh keanehan yang dicoban dibangun sejak awal ini, bagi saya malah menjadi anti klimaks, apalagi ini istilah yang biasa digunakan kaum Illuminati.

Karakter lemah dari dua tokoh agama, sang Pendeta Joseph dan sang Ustadz Malik malah dibuat sebagai pelengkap penderita saja oleh Alfi. Namun untung-nya ilustrasi Man lah yang akhirnya membawa komik ini tetap pada level yang layak dibaca, khususnya bagi masyarakat pencinta komik Indonesia. Namun saya sama sekali tidak menganjurkan komik ini dibaca anak2 kecil, karena cukup sadis dalam penggambaran-nya. 

No comments: