Thursday, June 27, 2013

10 Jurus Terlarang - Ippho Santosa

Ini buku Ippho kedua yang saya baca, dimulai dari buku pertama yang saya baca sebelum-nya yaitu "7 Keajaiban Rezeki". Kali ini judul-nya "10 Jurus Terlarang" kita singkat dengan 10JT saja, alih2 menggunakan kata "Bab" sepertinya kata "Jurus" lebih menendang bagi Ippho. Malah "Kata Pengantar" diganti menjadi "Kata Pelontar" dan "Kata Penutup" diganti menjadi "Kata Pengatup". Dalam hal ini Ippho memang berusaha mewujudkan "tampil beda" dan ini sudah melekat pada penulis yang dikenal dengan dengan tema Otak Kanan ini.

Kalimat2 yang digunakan seperti biasa padat, penuh dengan contoh serta gaya bahasa percakapan seakan akan Ippho sedang berbicara di depan kita. Gambar cuma muncul sesekali dengan ukuran sangat kecil. Namun dibalik kesederhanaan buku ini sangat banyak kata mutiara yang tersimpan. 

Dalam Jurus  5 "Duduklah Sama Rendah"  Ippho mengutip keajaiban paralel antara 9/11 2001 dan runtuhnya Tembok Berlin di 11/9 1989 yang dipicu ketidaksetaraan. Menurut Ippho antara pihak2 yang berkerja sama, jika inging langgeng, maka pastikan kesetaraan dijalankan. Lalu PC (personal computer) dan CP (cellular phone) yang saling melengkapi dan peristiwa kerusuhan etnis di Malaysia dan Indonesia yang sama2 terjadi di 13/5, Malaysia 1969 dan Indonesia 1998. Sedangkan yang keempat adalah Old China dan Old Japan, serta terakhir sekaligus kelima adalah Prophet M(usa) dan Prophet M(uhammad).  Singkat kata bagi Ippho "Quality Life is Equality Life".



Dalam Jurus 8 "Biarkan Kudeta Terjadi" Ippho mengutip "Apalah arti sebuah nama, sebuah mawar tetaplah harum walau dengan nama lain sekalipun" William Shakespeare. Al Ries pakar pemasaran mengatakan hal tsb salah, karena dalam membentuk image, pemberian nama yang baik adalah hal penting pertama yang harus dilakukan, misal saat anda memutuskan membuat parfum. Sebalik-nya sebagian kaum muslim menganggap nama adalah doa.

Dalam Jurus  9 "Waspadai Zaman Edan" Ippho juga menekankan, penting-prasangka positif, karena dengan hal tsb maka akan mewujudkan sikap terbuka, meningkat-nya kepercayaan dan kerjasama, sehingga team akan mengeluarkan kinerja terbaik.

Sebaliknya kebiasaan prasangka buruk akan menyebabkan orang menjaga jarak, terus menerus curiga, melawan dan akhirnya tak mau mengeluarkan kemampuan terbaik-nya.

Ippho dalam Jurus 10 "Matilah dengan Tenang"  juga mengatakan  penting-nya untuk terus menjaga energi positif dalam jiwa dengan berbagi.  Salah satu contoh terbaik adalah saat Tembok Berlin masih berdiri, warga Berlin Timur yang ingin memberikan pelajaran pada warga Berlin Barat memutuskan untuk mengirim sampah, puing dan rongsokan ke daerah Berlin Barat. Alih2 dendam Berlin Barat justru membalasnya dengan kiriman makanan, pakaian, obat2an yang semua-nya sangat langka di Berlin Timur. Lalu disematkan tulisan "Masing2 memberi menurut kemampuan-nya". Meski seakan akan secara materi, Berli Barat rugi, namun secara psikologis, dan spiritual ini justru merupakan keuntungan bagi masyarakat Berlin Barat.


No comments: