Friday, June 28, 2013

The Secret - Rhonda Byrne

Prof. Yohannes Surya muncul di salah satu acara televisi, dan memberikan tantangan apakah anak2 Papua bisa memenangkan Olimpiade Fisika, ya kenapa tidak ? dan beliau membuktikan-nya beberapa waktu kemudian. Lohh kok semudah itu ?, hemm tidak ada yang susah kalau kita benar2 menginginkan-nya, karena seperti kata Sang Professor, itulah keajaiban Mestakung. Mestakung ?  ya betul, singkatan Semesta Mendukung. Contoh sederhana-nya saat kita ingin membeli sesuatu, maka mendadak saja informasi tentang itu seakan-akan muncul dimana mana, dimana dijual, berapa harga-nya, berapa besar discount-nya, dan lain2. Cara kerja otak kita akan menyaring apa2 yang berhubungan dengan minat kita, dan dengan demikian pintu2 untuk menuju impian tersebut terbuka satu persatu.

Stephen Covey mengatakan, "Begin with End in Mind", artinya jika memulai sesuatu pastikan menuju arah yang memang kita inginkan. Sebaliknya pepatah orang2 tua zaman dulu, "Kau adalah apa yang kau pikirkan".

Agama Islam mengatakan "Mulailah segala sesuatu dari Niat", bahkan dalam Islam, diyakini Allah sudah mengganjar manusia dengan pahala meski baru sebatas niat. Puasa yang begitu berat dimata umat lain, dapat dengan mudah-nya dijalankan anak kecil saja dalam Islam, selama kita memang benar2 berniat.



Empat contoh itulah yang ada dalam pikiran saya saat membaca "The Secret" karya Rhonda Byrne ini, jadi rasanya agak anti klimaks dengan judulnya yang terkesan rahasia. Tertarik membeli karena seorang motivator yang datang ke kantor, lalu disebut2 juga dalam testimoni Ishaq Ansyah, dalam buku 10 Jurus Terlarang-nya  Ippho Santosa, sebagai buku yang menginspirasi selain "Cash Flow Quadrant" lah yang akhirnya membuat saya me"lalap" buku ini. Namun saat membaca menurut saya apa yang disampaikan bukanlanh benar2 rahasia.

Dalam buku Ippho Santosa sempat dibahas juga soal ini, meski tidak secara jelas menyebut TS, dan dikenal dengan hukum tarik menarik ini atau nama keren-nya "Law of Attraction" alias LOA. Namun Ippho dengan cantik-nya mengaitkan-nya juga dengan DOA,  jadi satu paket komplit kombinasi dan kolaborasi LOA dan DOA. Berbeda dengan Rhonda yang justru membuat tidak nyaman, karena alih2 mengingatkan pembaca akan eksistensi Sang Maha Pencipta,  Rhonda malah memilih menggunakan analogi Semesta atau bahkan Jin sebagai pengganti Tuhan dalam salah satu bab-nya.

Rhonda sendiri sama seperti kebanyakan dari kita terperangkap dalam rutinitas pekerjaan, kehilangan waktu untuk benar2 menyadari apa yang dia inginkan, lelah, sampai akhirnya puncak-nya adalah meninggal-nya Sang Ayah dan dia mengalami kekacauan dalam hubungan dengan sahabat dan rekan kerja-nya. Hemm saya jadi ingat juga buku karya istri Jack Welch, mantan petinggi GE dan legenda-nya dunia manajemen alias Suzy Welch, hanya saja dalam buku Suzy "10-10-10", penekanan-nya lebih ke pengaturan prioritas jangka pendek, menengah dan panjang.

Lalu Rhonda yang lewat buku hadiah dari putri-nya mendadak sontak menyadari ada yang salah dengan hidup-nya dan mulai mencari dan menemukan rahasia kebahagiaan dalam kehidupan. Rhonda lalu membuat film dan mewawancarai banyak tokoh yang dia anggap sebagai guru, dan menemukan rahasia sukses dan bahagia dalam hidup. Film inilah yang memicu lahir-nya buku ini. Namun saya merasa ada yang aneh dengan paham dalam buku ini, yang terkesan membuat kesimpulan Semesta dan kita adalah satu, sehingga terkesan menuhankan diri kita. Hemm kok agak2 mirip paham Illuminati ? Lalu iseng saya coba cari kaitan tokoh2 yang menjadi nara sumber dengan organisasi misterius tersebut. Ternyata sepertinya memang ada, yakni misalnya Neale Donald Walsch pengarang "Conversations With God" dan lalu Michael Bernard Beckwith, seorang tokoh antar agama. Anjuran Rhonda untuk menonton film ini agar pesan2 tersebut menjadi satu dalam diri kita terasa seperti "subliminal message" bagi saya.

Meski tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan namun, buku yang terkesan bertele-tele ini masih layak untuk dibaca namun bukan untuk diyakini karena paham-nya yang terkesan  "sesat". Bertele tele ? Mungkin ada yang keberatan dengan pernyataan saya, namun saya rasa ini gara2 dua buku Ippho yang saya baca sebelum-nya, yang memang sangat2 "To The Point" sehingga membuat TS terasa membosankan.

Akhir kata, meski bukan buku yang menarik bagi saya, namun ada perumpamaan yang bagus sekali tentang bagaimana kita menyikapi hidup dari Jack Canfield dalam buku ini. Beliau mengatakan perjalanan menuju impian kadang seperti menyetir di jalan gelap saat tengah malam menuju kota lain yang menjadi tujuan namun belum pernah kita lihat sebelum-nya. Sementara cahaya lampu mobil hanya sanggup menerangi 60 meter jalan di depan. Namun 60 meter demi 60 meter berikutnya serta keyakinan untuk sampai dan terus melangkah lah yang akhirnya membawa kita sampai di tujuan.

No comments: